Kongres AS Resmi Sahkan RUU Dukungan untuk Tibet

Keputusan tersebut membuat pihak Tiongkok geram dengan AS

Washington, D.C, IDN Times - Kongres Amerika Serikat akhirnya mengesahkan RUU Dukungan Amerika Serikat untuk Tibet pada hari Selasa, 22 Desember 2020, waktu setempat. Keputusan tersebut membuat pihak Tiongkok geram dengan Amerika Serikat. Bagaimana awal ceritanya?

1. Menurut pemerintah Tibet di pengasingan, ini merupakan sebuah kemenangan bagi kemerdekaan Tibet

Kongres AS Resmi Sahkan RUU Dukungan untuk TibetSuasana di sekitar wilayah Tibet. (Pixabay.com/nrxfly)

Dilansir dari Aljazeera.com, Kepala Politik orang Tibet di pengasingan menyambut positif keputusan yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat yang menegaskan kembali hak-hak warga Tibet untuk memilih pengganti pemimpin spiritual mereka, Dalai Lama, sebuah langkah yang dinilai membuat pihak Tiongkok geram. Tiongkok sendiri menganggap Dalai Lama sebagai pemimpin yang dianggap "pemecah belah" yang berbahaya atau separatis serta dukungan terbaru dari Kongres Amerika Serikat membuat hubungan kedua negara antara Amerika Serikat dengan Tiongkok semakin rusak.

Presiden Administrasi Pusat Tibet (CTA) atau yang dikenal dengan pemimpin Tibet di pengasingan, Lobsang Sangay, mengatakan bahwa DPR dan Senat Amerika Serikat telah menyetujui kebijakan Tibet. Tak hanya itu saja, keputusan Kongres Amerika Serikat tentang hal ini dianggap sebagai kemenangan perjuangan kemerdekaan Tibet. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menuduh Amerika Serikat telah mencampuri urusan internal Tiongkok.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin, mengatakan bahwa pihaknya telah mendesak Amerika Serikat untuk berhenti mencampuri urusan internal negaranya serta menahan diri untuk menandatangani undang-undang klausul dan tindakan negatif ini, menurutnya jangan sampai hal itu justru semakin merugikan hubungan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. 

2. Kampanye Internasional Kelompok HAM untuk Tibet menilai RUU ini akan mengeluarkan era baru di Tibet dalam kebijakan AS

Kongres AS Resmi Sahkan RUU Dukungan untuk TibetSuasana di sekitar wilayah Tibet. (Unsplash.com/ilonkadijk)

Kampanye Internasional Kelompok HAM Tibet (ICT) mengatakan RUU ini akan meluncurkan era baru dalam kebijakan Amerika Serikat di Tibet. Dengan adanya RUU ini, Kongres tidak hanya meningkat dukungan keseluruhan untuk Tibet, tetapi secara khusus meletakkan penanda di panggung global yang menyatakan bahwa komunitas internasional tidak akan menerima campur tangan Tiongkok dalam menentukan suksesi Dalai Lama serta akan menentang pelanggaran HAM Tiongkok di Tibet selama terus berlanjut. 

Dibuat berdasarkan Undang-Undang Kebijakan Tibet tahun 2002, RUU ini juga membahas HAM TIbet, hak lingkungan, kebebasan beragama, dan pemerintahan demokratis Tibet di pengasingan. Hal ini juga menyerukan kerangka kerja regional untuk masalah keamanan air, menyusul kekhawatiran selama bertahun-tahun dari aktivis lingkungan dan negara-negara tetangga bahwa proyek pembangkit listrik tenaga air Tiongkok yang ambisius mengalihkan air dan mengancam ekosistem regional. RUU ini juga mengatakan bahwa penamaan Dalai Lama berikutnya harus diserahkan sepenuhnya kepada komunitas Buddha Tibet dan bahwa posisi resmi Amerika Serikat adalah bahwa Tiongkok tidak dapat ikut campur dalam proses Pemilihan Umum.

Baca Juga: Pemimpin Politik Tibet Melakukan Kunjungan Bersejarah ke Gedung Putih

3. Pemerintah Tibet di pengasingan telah mengunjungi Gedung Putih pada hari Jumat lalu

Pada hari Jumat, 18 Desember 2020, lalu pemimpin Tibet di pengasingan, Lobsang Sangay, telah mengunjungi Gedung Putih yang sekaligus pertemuan pertama dalam 60 tahun terakhir dan pertemuan yang biasa memancing kemarahan pihak Tiongkok. Saat itu, dia telah bertemu dengan koordinator khusus Amerika Serikat untuk Tibet di Gedung Putih, Robert Destro dan perwakilan dari kantor Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat, bersama dengan personel kunci yang menangani masalah Asia dan Tiongkok.

Seperti yang diketahui, Tiongkok menguasai Tibet pada tahun 1950 dalam apa yang digambarkan sebagai "pembebasan damai" yang membantu wilayah Himalaya yang terpencil membuang masa lalu era "feodalis". Menurut para kritikus, apa yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Tibet dianggap sebagai "genosida budaya". Hingga pada akhirnya di tahun 1959 lalu, Dalai Lama dan ribuan orang lainnya telah melarikan diri dari wilayah tersebut dengan melintasi pegunungan Himalaya dan memilih tinggal di Dharamshala, India, sampai saat ini.

Baca Juga: Pemimpin Politik Tibet Melakukan Kunjungan Bersejarah ke Gedung Putih

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya