Korban Tewas Akibat Virus Ebola Capai Angka Lebih dari 1.000 Jiwa

Virus Ebola telah mewabah di sebagian besar negara DR Kongo

Kinshasha, IDN Times - Virus Ebola kian hari semakin mengganas, karena sampai saat ini korban tewas akibat virus ini sudah mencapai angka lebih dari 1.000 orang. Seluruh korban akibat virus Ebola ini tersebar di sebagian besar wilayah negara Republik Demokratik Kongo. Apa komentar dari pihak Kementerian Kesehatan setempat?

1. Hari Jumat, 3 Mei 2019, telah menambah korban tewas sebanyak 14 orang

Korban Tewas Akibat Virus Ebola Capai Angka Lebih dari 1.000 Jiwatwitter.com/ewnupdates

Dilansir dari BBC, korban tewas akibat virus Ebola di negara Republik Demokratik Kongo sudah mencapai angka lebih dari 1.000 orang, seperti yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo. Kondisi ini terjadi di mana situasi keamanan negaranya yang dinilai tidak menentu dan ketidakpercayaan masyarakat yang mendalam kepada pihak medis sehingga mempersulit upaya dalam memberantas virus Ebola.

Pada hari Jumat, 3 Mei 2019, lalu Kementerian Kesehatan setempat juga baru mencatat sebanyak 14 orang tambahan menjadi korban tewas berikutnya, sehingga total saat ini sudah mencapai 1.008 kematian dari 1.450 kasus Ebola yang terjadi di negaranya sejak bulan Agustus 2018 lalu. Pembaruan data ini terjadi setelah organisasi WHO telah memperingatkan pada hari yang sama bahwa para pejabatnya berantisipasi demi tercegahnya penularan yang intens.

Juru bicara Kementerian Kesehatan setempat, Jessica Illunga, mengatakan lonjakan kasus ini adalah hasil dari serangan terhadap petugas kesehatan dan pusat perawatan yang mengganggu kegiatan cepat tanggap dalam beberapa pekan terakhir.

"Keamanan telah menjadi masalah besar dan setiap kali kami memiliki insiden, kegiatan tanggapan penting seperti pelacakan kontak, vaksinasi dan penguburan yang aman ditangguhkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas, memberikan waktu dan ruang bagi virus untuk menyebar," ungkap pernyataan dari Jessica Illunga seperti yang dikutip dari Aljazeera.com.

2. Program vaksinasi pemerintah setidaknya sudah menginokulasi sebanyak lebih dari 109.000 orang

Korban Tewas Akibat Virus Ebola Capai Angka Lebih dari 1.000 Jiwatwitter.com/WHOAFRO

Hingga saat ini, virus Ebola di Republik Demokratik Kongo muncul di Provinsi Kivu Utara bagian timur tahun 2018 sebelum menyebar ke provinsi yang berbatasan, Provinsi Ituri. Dalam upaya mengatasi wabah Ebola, program vaksinasi yang didukung pemerintah melalui petugas kesehatan telah menginokulasi lebih dari 109.000 orang hingga saat ini. Seperti yang diketahui, menginokulasi adalah pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

Sayangnya, berbagai upaya dalam memberantas wabah Ebola ini dihalangi oleh beberapa kejadian kerusuhan, termasuk di daerah konflik di sekitar kota Beni dan Butembo di Provinsi Kivu Utara. Menurut WHO, pusat perawatan Ebola dan petugas kesehatan telah berulang kali menjadi sasaran serangan yang tercatat sejak Januari 2019 mencapai 119 insiden.

Kepala Darurat WHO, Michael Ryan, pada hari Jumat, 3 Mei 2019, mengatakan telah memperingatkan melalui konferensi pers bahwa ketidakamanan telah menjadi hambatan utama dalam melayani masyarakat untuk mengendalikan virus Ebola. Pada bulan April 2019 lalu, para penyerang bersenjata menyerang sebuah rumah sakit yang ada di Butembo serta menewaskan seorang dokter WHO asal Kamerun, Richard Mouzoko, yang bertugas  menangani virus Ebola.

Tak heran jika serangan virus Ebola menyebabkan jumlah korban tewas terus bertambah hingga saat ini. Pada bulan Februari 2019 lalu, serangan brutal terjadi dengan membakar dua fasilitas perawatan Doctors Without Borders (MSF) di Provinsi Kivu Utara yang mendorong pihak organisasi kesehatan melakukan penundaan operasi di kawasan tersebut.

3. Presiden Republik Demokratik Kongo membentuk Komite Multisektoral untuk menangani virus Ebola

Korban Tewas Akibat Virus Ebola Capai Angka Lebih dari 1.000 Jiwatwitter.com/ZyiteGadgets

Presiden Republik Demokratik Kongo, Felix Tshisekedi, membentuk sebuah komite yang dinamai Komite Multisektoral, yang tergabung dengan Kementerian Pertahanan Kongo, Kementerian Dalam Negeri Kongo, dan beberapa kelompok pemerintah lainnya dengan Kementerian Kesehatan, untuk berupaya mengakhiri wabah ini. Ryan mengapresiasi tindakan Felix Tshisekedi dalam membentuk komite itu, namun sayangnya kendala dana menjadi hambatan yang dihadapinya saat ini.

Pasalnya, organisasi WHO memiliki kesenjangan pendanaan untuk pekerjaannya sendiri sebesar 54 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp766,9 miliar. Padahal, Ryan menyebut sejak awal tahun 2019 ini telah menghabiskan dana sebesar lebih dari 35 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp497 miliar.

Respons yang sedemikian mahal ini melibatkan pelacakan lebih dari 12.000 kontak per hari dan vaksinasi lebih dari 1.000 orang per hari. Terlepas dari masalah uang atau bukan, WHO memutuskan pada bulan April 2019 lalu bahwa Ebola bukan merupakan keadaan darurat kesehatan publik yang beberapa tahun terakhir ini menjadi perhatian dunia internasional.

WHO juga sedang menjajaki kemungkinan penggunaan dosis fraksional dari vaksin Merck yang ada untuk memperluas pasokan dan pengenalan vaksin eksperimental baru dari Johnson & Johnson. Pembenaran untuk dosis fraksional dan memasukkan vaksin kedua adalah untuk merancang pendekatan yang lebih baik.

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya