Netanyahu Diprediksi Gagal Raih Mayoritas Parlemen

Netanyahu berterima kasih kepada para pendukungnya

Tel Aviv, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diperkirakan gagal memenangkan mayoritas kursi parlemen dalam Pemilu Israel 2021 ini. Meski demikian, Netanyahu tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya selama ini menjelang Pemilu Israel. Bagaimana hasil sementara secara keseluruhan?

1. Partai-partai yang menentang Netanyahu justru mendapatkan kursi lebih banyak

Netanyahu Diprediksi Gagal Raih Mayoritas ParlemenPerdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersama istrinya saat memberikan hak suara pada Pemilu Israel 2021 lalu. (Instagram.com/b.netanyahu)

Dilansir dari BBC, partai Likud, yang merupakan partai dari Netanyahu, bersama sekutunya diprediksi akan memperoleh sekitar 52 atau 53 kursi dari 120 kursi parlemen Israel. Akan tetapi, partai-partai yang menentang Netanyahu justru mendapatkan lebih banyak kursi, yakni sekitar 60 kursi, yang artinya partai Likud dengan dukungan dari partai nasionalis Yamina belum cukup memperoleh mayoritas kursi parlemen Israel. Partai Yamina diperkirakan akan memperoleh 7 kursi, akan tetapi belum secara eksplisit pihak mana yang akan didukung.

Pemilu Israel kali ini dipandang sebagai referendum tentang gaya kepemimpinan Netanyahu yang terpolarisasi dan hasil awal menunjukkan bahwa negara itu tetap terpecah seperti sebelumnya, dengan serangkaian partai sektarian kecil yang mendominasi parlemen. Hasil sementara tersebut juga mengisyaratkan pergeseran berkelanjutan dari pemilih Pemilu Israel ke sayap kanan, yang mendukung pemukiman Tepi Barat dan menentang konsesi dalam pembicaraan damai dengan Palestina. Tren tersebut disorot oleh penampilan kuat dari partai anti-Arab ultranasionalis.

2. Kedua tokoh partai memberikan pidato di hadapan para pendukungnya

Netanyahu Diprediksi Gagal Raih Mayoritas ParlemenPemimpin partai Yamina, Naftali Bennett. (Instagram.com/naftalibennett)

Netanyahu, yang juga merupakan pemimpin partai Likud, telah berpidato pada Rabu, 24 Maret 2021, pagi waktu setempat dengan mengatakan pencapaian besar meski tidak menyatakan kemenangan. Sebaliknya, ia terlihat menjangkau lawan-lawannya dan menyerukan adanya pembentukan pemerintahan yang stabil yang akan menghindari digelarnya Pemilu Israel lebih cepat. Lain halnya dengan pemimpin partai Yamina, Naftali Bennett, yang melakukan serupa terhadap para pendukungnya.

Dalam pidatonya, Bennett memilih menolak untuk memihak manapun saat ini, namun dia bersumpah untuk mempromosikan nilai-nilai sayap kanan, tetapi juga mengambil beberapa gesekan terselubung pada gaya kepemimpinan Perdana Menteri Israel. Bennett juga telah mengindikasikan dia akan melakukan tawar-menawar keras dengan Netanyahu, menuntut kementerian kabinet senior, serta kemungkinan pengaturan pembagian kekuasaan yang mencakup tugas sebagai Perdana Menteri Israel.

Menurut Presiden Institut Demokrasi Israel, Yohanan Plesner, ketiga opsi pemerinahan sudah ada di meja seperti pemerintahan yang dipimpin Netanyahu, koalisi perubahan yang akan meninggalkan Netanyahu dalam oposisi, serta pemerintahan sementara yang mengarah ke Pemilu kelima kalinya. Beberapa partai sayap kanan telah berjanji tidak akan pernah duduk bersama dalam pemerintahan koalisi Netanyahu.

Baca Juga: 5 Fakta Pemilu Israel 2021: Akankah Dominasi Netanyahu Runtuh? 

3. Netanyahu juga saat ini dilibatkan dalam kasus korupsi

Netanyahu Diprediksi Gagal Raih Mayoritas ParlemenPerdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Instagram.com/b.netanyahu)

Nama Netanyahu akhir-akhir ini menjadi sorotan karena kasus korupsi yang melibatkan namanya, bahkan ada yang mengatakan seseorang yang didakwa melakukan kejahatan serius tidak cocok untuk memimpin sebuah negara. Netanyahu sendiri sudah didakwa melakukan penipuan, pelanggaran kepercayaan, serta menerima suap dalam serangkaian skandal yang dia anggap sebagai perburuan oleh media dan sistem hukum yang bertentangan.

Reputasi Netanyahu sendiri sebagai negarawan telah terpuruk dalam beberapa hari terakhir ini. Uni Emirat Arab, negara yang paling penting dari 4 negara Arab untuk menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Israel, pekan lalu menjelaskan bahwa mereka tidak ingin dimanfaatkan sebagai bagian dari upaya Pemilu Israel setelah dipaksa untuk membatalkan kunjungan negara. Tak hanya Uni Emirat Arab, Amerika Serikat melalui pemerintahan Presiden Joe Biden juga menjaga jarak, kontras dengan dukungan yang diberikan saat era pemerintahan Presiden Amerika Serikat sebelumnya, Donald Trump.

Baca Juga: 5 Fakta Pemilu Israel 2021: Akankah Dominasi Netanyahu Runtuh? 

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya