Otoritas Kesehatan Kongo Berlomba Atasi Penyebaran Ebola

Awal Februari 2021, seorang wanita tewas akibat virus itu

Kinshasha, IDN Times - Otoritas kesehatan Republik Demokratik Kongo telah berlomba-lomba untuk mengatasi penyebaran virus Ebola yang belum lama ini telah muncul kasus baru di dekat kota Butembo, RD Kongo. Awal Februari 2021 lalu, seorang wanita tewas akibat virus Ebola setelah menunjukkan gejalanya pada tanggal 1 Februari 2021 lalu dan hanya bertahan 2 hari saja di rumah sakit setempat. Bagaimana awal ceritanya?

1. Berawal dari wanita tersebut menikah dengan pria yang telah tertular virus Ebola

Otoritas Kesehatan Kongo Berlomba Atasi Penyebaran EbolaIlustrasi pernikahan. (pixabay.com/StockSnap)

Dilansir dari The Guardian, seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya ini diketahui telah menunjukkan gejala-gejala dari virus Ebola pada tanggal 1 Februari 2021 lalu di kota Biena, Kivu Utara, RD Kongo dan meninggal di rumah sakit di kawasan Butembo, RD Kongo sekitar 2 hari setelahnya. Menurut Menteri Kesehatan RD Kongo, Eteni Longondo, menceritakan berawal dari wanita tersebut menikah dengan seorang pria yang tertular virus Ebola. Selain itu, menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap wanita tersebut, virus dapat hidup di air mani pria yang selamat dari virus Ebola selama lebih dari 3 tahun lamanya.

Pihak Kementerian Kesehatan RD Kongo mengatakan tim tanggapan dari provinsi sudah bekerja keras semaksimal mungkin dan ini akan didukung oleh tim respon nasional yang akan segera mengunjungi Butembo. Pengumuman tersebut berpotensi menandai dimulainya wabah virus Ebola yang ke-12 dan itu terjadi bertepatan 13 bulan setelah RD Kongo mengumumkan diakhirinya wabah Ebola yang ke-11, di mana pada saat itu telah menginfeksi sebanyak 130 orang dan menewaskan sebanyak 55 orang diantaranya.

2. WHO menilai bukan hal yang aneh jika kasus ebola kembali terjadi

Otoritas Kesehatan Kongo Berlomba Atasi Penyebaran EbolaPetugas kesehatan saat bertugas dalam memberantas virus ebola. (Twitter.com/djHammond15)

Dalam sebuah pernyataan, pihak WHO menilai bukanlah hal yang aneh jika kasus sporadis virus Ebola terjadi setelah adanya wabah besar dan tanggapan dari virus Ebola sebelumnya sudah mempermudah penanganan yang satu ini. Direktur Regional WHO untuk benua Afrika, Dr. Matshidiso Moeti, mengatakan keahlian dan kapasitas tim kesehatan lokal sangat penting dalam mendeteksi virus Ebola baru ini dan membuka jalan untuk respons dalam waktu yang tepat. WHO sendiri sedang menyelidiki kasus tersebut dan mencoba mengidentifikasi jenis virus untuk menentukan hubungannya dengan wabah sebelumnya.

RD Kongo telah menderita konflik selama lebih dari seperempat abad dan ketidakpercayaan terhadap petugas kesehatan pemerintah dan orang luar lainnya di RD Kongo Timur. Warga di Butembo sudah mempertanyakan alasan butuh waktu 4 hari sejak wanita itu diuji untuk mengumumkan hasilnya. Menurut data dari WHO, tingkat kematian akibat virus Ebola adalah sekitar 50 persen tetap ini dapat meningkat hingga 90 persen untuk beberapa epidemi.

Baca Juga: Virus Chapare Bergejala Mirip Ebola Ditemukan di Bolivia

3. Munculnya virus Ebola di tengah penanganan pandemi COVID-19 bagi petugas kesehatan setempat tidaklah mudah

Otoritas Kesehatan Kongo Berlomba Atasi Penyebaran EbolaIlustrasi virus COVID-19. (Pixabay.com/geralt)

Di tengah pandemi COVID-19, munculnya virus Ebola yang melanda RD Kongo membuat tugas para petugas kesehatan setempat menjadi tidak mudah. Bahkan, pejabat kesehatan setempat khawatir wabah Ebola baru dapat berdampak buruk pada sistem kesehatan negara yang rapuh.

Menurut Asisten Profesor dari Departemen Mikrobiologi Medis dan Penyakit Menular University of Manitoba, Kanada, Jason Kindrachuk, mengatakan meskipun ada harapan bahwa identifikasi awal dari infeksi ini dapat membantu mengatasi wabah ini dengan cepat, wabah Ebola secara berurutan dan COVID-19 telah memperluas sistem kesehatan RD Kongo hingga ke batasnya dan ini dapat memberikan tekanan yang jauh lebih besar.

Sampai tanggal 7 Februari 2021, jumlah kasus COVID-19 di RD Kongo baru mencapai 23.599 kasus dengan rincian 681 kasus berakhir meninggal dunia serta 15.113 kasus berakhir sembuh. Untuk penambahan kasus ditanggal yang sama telah mencapai 114 kasus baru dengan rincian 2 kasus berakhir meninggal dunia. Saat ini, RD Kongo telah menempati urutan ke-113 jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

Baca Juga: Wabah Ebola Kesebelas di Kongo Pecah, WHO Minta Bantuan Dana

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya