Paksa AstraZeneca Pasok Vaksin, UE Kalah di Pengadilan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Brussels, IDN Times - Uni Eropa dinyatakan kalah dalam pengadilan di Brussels, Belgia pada hari Jumat, 18 Juni 2021, waktu setempat di mana sebelumnya memaksa perusahaan AstraZeneca untuk memasok vaksin sebanyak 120 juta dosis. Meski demikian, hakim setempat juga memberikan tenggat waktu kepada AstraZeneca untuk memasok vaksin selama musim panas. Bagaimana awal ceritanya?
1. Jika perusahaan gagal memenuhinya, denda sebesar 10 euro atau setara Rp172 ribu setiap dosisnya yang tidak dikirimkan menanti
Dilansir dari BBC, hakim di Pengadilan Tingkat Pertama di Brussels, Belgia, memerintahkan agar perusahaan AstraZeneca memberikan total sebanyak 80,2 juta dosis pada tanggal 27 September 2021 ini. Jika perusahaan gagal melakukannya, perintah tersebut mengatakan perusahaan harus membayar denda sebesar 10 euro atau setara dengan Rp172 ribu setiap dosisnya yang tidak dikirimkan. Permintaan Uni Eropa untuk dosis sebanyak 120 juta dosis pada akhir bulan ini tidak diterima.
Menyambut putusan pengadilan, AstraZeneca mengatakan telah memasok lebih dari 70 juta dosis ke Uni Eropa dan akan secara substansial melebihi 80,2 juta dosis pada akhir Juni 2021 ini. Disebutkan bahwa perintah tersebut mengakui bahwa kesulitan yang dialami AstraZeneca dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini memiliki dampak substansial pada keterlambatan pengiriman vaksin. Dalam putusan tersebut menambahkan bahwa AstraZeneca saat ini menantikan kolaborasi baru dengan Komisi Eropa untuk membantu memerangi pandemi COVID-19 di Eropa.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, juga menyambut baik perintah tersebut tetapi mengatakan itu menegaskan pandangan Komisi Eropa bahwa AstraZeneca tidak memenuhi komitmen yang dibuat dalam kontrak. Ia merasa senang melihat hakim independen yang mengkonfirmasi hal ini dan ini menunjukkan bahwa kampanye vaksinasi Eropa tidak hanya memberikan kepada warganya hari demi hari, tetapi ini juga menunjukkan bahwa itu didirikan atas dasar hukum yang kuat.
2. Pihak AstraZeneca merasa keputusan hukum tidak mewajibkan perusahaan dalam memenuhi kontraknya dengan Uni Eropa
Editor’s picks
Baca Juga: Uni Eropa Lirik Potensi Perdagangan dan Investasi di Sumatra Selatan
Seorang pengacara yang mewakili Uni Eropa mengatakan perintah pengadilan berarti AstraZeneca juga harus menggunakan pabrik Inggris, Oxford Biomedica, untuk mengirimkan vaksin COVID-19 ke Uni Eropa jika perlu. Pabrik tersebut telah digunakan untuk memaok vaksin ke Inggris, antara lain perintah pengadilan mengatakan bahwa pilihan untuk memonopoli situs Oxford untuk kepentingan Inggris dan dengan demikian menghilangkan Uni Eropa dari situs produksi yang diramalkan secara jelas tampaknya bahkan lebih merugikan mengingat kapasitas produksinya dua kali lipat dari yang lain.
Akan tetapi, AstraZeneca mengatakan keputusan hukum tidak mewajibkan perusahaan untuk menggunakan pabrik Oxford Biomedica untuk memenuhi kontraknya dengan Uni Eropa. Keputusan pengadilan lebih lanjut diharapkan pada bulan September 2021 ini tentang apakah AstraZeneca melakukan upaya terbaiknya untuk memenuhi perjanjian pembelian di muka dengan Uni Eropa. Target awal Juni 2021 ini sebesar 300 juta dosis telah disepakati dalam negosiasi musim panas lalu tetapi kemudian dipotong oleh AstraZeneca menjadi 100 juta dosis karena masalah produksi dan pembatasan ekspor.
Pengurangan itu mendorong Uni Eropa untuk membuat permintaannya menjadi 120 juta dosis.
3. Peluncuran vaksin AstraZeneca di Uni Eropa sebelumnya dilanda kesulitan
Kebanyakan negara di blok tersebut membatasi penggunaan vaksin buatan AstraZeneca untuk mereka yang berusia di atas 55 atau 60 tahun, karena kaitannya dengan pembekuan otak yang jarang bahkan hingga menimbulkan kematian. Tetapi seorang pengacara Komisi Eropa mengatakan pada hari Jumat, 18 Juni 2021, waktu setempat bahwa Uni Eropa mungkin akan terus bergantung pada AstraZeneca ke depannya. Dengan persediaan vaksin
AstraZeneca yang lebih sedikit, Uni Eropa berupaya memperluas penggunaan vaksin Pfizer.
Komisi Eropa memperkirakan Pfizer telah mengirimkan sebanyak 250 juta dosis pada akhir Juni 2021 ini. Vaksin baru yang potensial untuk penggunaan di Uni Eropa oleh perusahaan biotek Jerman, CureVac, memiliki hasil kemanjuran yang mengecewakan dalam uji coba tahap akhir sehingga meragukan potensi pengiriman sebanyak jutaan dosis.
Baca Juga: Jerman dan Italia Desak Uni Eropa Tutup Wisata Ski di Eropa
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.