PBB: Tak Ada Negara yang Gunakan Bahan Bakar Timbal

Penggunaan bahan bakar itu menyebabkan berbagai penyakit

Jakarta, IDN Times - Program Lingkungan PBB dalam pengumuman pada hari Senin, 30 Agustus 2021, waktu setempat bahwa tak ada negara satu pun di dunia yang saat ini menggunakan bahan bakar timbal untuk mobil dan truk. Penggunaan bahan bakar tersebut diyakini dapat menimbulkan beberapa penyakit.

1. Sekretaris Jenderal PBB menyebut pengumuman itu merupakan kisah sukses internasional

Dilansir dari BBC, bahan bakar timbal dinilai telah mencemari udara, tanah, dan air selama hampir satu abad terakhir ini. Selain itu, bahan bakar tersebut dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, dan stroke serta telah dikaitkan dengan masalah perkembangan otak pada anak-anak.

Sebagian besar negara berpenghasilan tinggi memang sudah melarang bahan bakar itu pada tahun 1980an lalu, tetapi baru pada bulan Juli 2021 lalu, Aljazair menjadi negara terakhir yang masih menggunakan bahan bakar timbal.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebut pemberantasan bahan bakar timbal sebagai kisah sukses internasional.

Timbal mulai ditambahkan ke bensin pada awal 1920an lalu untuk meningkatkan performa mesin kendaraan. Alarm telah dimunculkan pada awal tahun 1924 lalu, ketika 5 pekerja saat itu dinyatakan tewas dan puluhan orang lainnya dirawat di rumah sakit setelah menderita kejang-kejang di kilang yang dikelola oleh raksasa minyak Amerika Serikat, Standard Oil.

Namun meskipun demikian, timbal terus ditambahkan ke semua bensin secara global hingga tahun 1970an lalu.

Negara-negara kaya kemudian mulai menghentikan penggunaannya, tetapi 3 dekade kemudian, pada awal 2000an lalu, masih ada 86 negara yang menggunakan bensin bertimbal.

Korea Utara, Myanmar, dan Afghanistan berhenti menjual bensin bertimbal pada tahun 2016 lalu yang artinya hanya menyisakan beberapa negara, termasuk Irak, Yaman, dan Aljazair yang saat itu menyediakan bahan bakar beracun pada paruh kedua dekade terakhir.

2. Pihak Program Lingkungan PBB mencatat pertumbuhan penggunaan kendaraan secara global berkontribusi pada udara, air, tanah, dan iklim

PBB: Tak Ada Negara yang Gunakan Bahan Bakar TimbalIlustrasi seseorang menyetir mobil. (Pixabay.com/Free-Photos)

Selain kemajuan pesat, pihak Program Lingkungan PBB mencatat bahwa pertumbuhan penggunaan kendaraan secara global berkontribusi terhadap polusi udara, air, tanah, dan krisis iklim.

Mereka menambahkan emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi akan meningkat dari hampir seperempat menjadi sepertiga pada tahun 2050 ini.

Meskipun banyak negara sedang beralih ke mobil listrik, dengan 1,2 miliar kendaraan baru memasuki jalan dalam beberapa dekade ke depan, banyak negara, terutama di negara berkembang, masih bergantung pada bahan bakar fosil.

Program Lingkungan PBB mengatakan jutaan kendaraan bekas berkualitas buruk, yang diimpor ke negara-negara dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, menambahkan pemanasan global dan polusi udara, serta juga pasti akan menyebabkan kecelakaan.

Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB, Inger Andersen, mengatakan bahwa aliansi pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil yang didukung PBB berhasil membersihkan dunia dari bahan bakar beracun ini adalah bukti kekuatan multilateralisme untuk menggerakkan dunia menuju berkelanjutan dan masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau.

Ia menambahkan pihaknya mendesak pemangku kepentingan yang sama untuk mengambil inspirasi dari pencapaian besar ini dengan memastikan bahwa saat ini pihaknya memiliki bahan bakar yang lebih bersih serta juga mengadopsi standara kendaraan yang lebih bersih secara global, kombinasi bahan bakar dan kendaraan yang lebih bersih dapat mengurangi emisi hingga lebih dari 80 persen.

Baca Juga: Anies Baswedan Segera Cek Temuan Taman Gunakan Cat Berbahan Timbal

3. Kepala Unit Transportasi Berkelanjutan Program Lingkungan PBB ungkap alasan beberapa negara sempat tidak setuju menghentikan bahan bakar timbal

PBB: Tak Ada Negara yang Gunakan Bahan Bakar TimbalIlustrasi stasiun pengisian bahan bakar. (Pixabay.com/JirkaF)

Kepala Unit Transportasi Berkelanjutan Program Lingkungan PBB, Rob de Jong, telah mengerjakan upaya penghentian penggunaan bensin bertimbal sejak dimulai pada tahun 2002 lalu.

Ini bertarti meyakinkan orang-orang yang hanya pernah menggunakan bahan bakar bertimbal bahwa akan lebih baik membayar lebih banyak uang untuk beralih ke eksklusif tanpa timbal.

Dia mengatakan sebagian besar negara berkembang menerima penghentian dalam satu dekade, tetapi beberapa negara sempat mengungkapkan tidak setuju, seperti yang diungkapkan negara Aljazair, Irak, Yaman, Myanmar, Korea Utara, dan Afghanistan.

Ia menunjuk pada dua alasan utama, di mana alasan pertama adalah negara-negara seperti Irak, Afghanistan, dan Yaman sedang berperang. Sedangkan alasan kedua adalah korupsi, di mana beberapa negara ini, para pejabat disuap oleh industri kimia yang memproduksi zat aditif ini serta membeli persediaan besar.

Perjuangan untuk kendaraan yang lebih bersih terus berlanjut. Yang terakhir dari persediaan yang diketahui telah dihilangkan.

Saat ini, de Jong mengatakan dia akan fokus pada kebutuhan negara berkembang akan standar kendaraan yang lebih baik, bahan bakar diesel berkualitas lebih tinggi, dan peralihan cepat ke kendaraan tanpa emisi.

Ia juga mengatakan perjuangan panjang untuk mengakhiri penggunaan bensin bertimbal telah mengajarkan pelajaran berharga untuk memerangi perubahan iklim, termasuk bahwa adalah mungkin untuk mengalihkan konsumen dan industri dari produk yang menguntungkan tetapi merusak.

Baca Juga: Menimbang Manfaat Limbah Perkotaan untuk Bahan Bakar Alternatif

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya