Pemilu Peru 2021: Pimpinan Serikat Guru vs Anak Mantan Presiden

Putaran kedua Pemilu Peru kali ini sangat terpolarisasi

Lima, IDN Times - Putaran kedua Pemilu Presiden Peru 2021 ini mempertemukan antara pimpinan serikat guru veteran, Pedro Castillo, menghadapi anak mantan Presiden Peru (Alberto Fujimori), Keiko Fujimori, setelah keduanya berhasil memperebutkan hati warga Peru di putaran pertama lalu. Pada putaran kedua kali ini diketahui sangat terpolarisasi, yang hasil akhirnya dapat mengarahkan negara ke arah yang sangat berbeda. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pedro Castillo unggul mengejutkan di putaran pertama lalu

Pemilu Peru 2021: Pimpinan Serikat Guru vs Anak Mantan PresidenPedro Castillo berhasil unggul di putaran pertama Pemilu Presiden Peru 2021 yang digelar beberapa hari lalu. (Twitter.com/Arturo_Car1)

Dilansir dari The Guardian, Peru sedang menghadapi proses Pemilu Presiden yang terpolarisasi, di mana seorang guru yang juga pimpinan serikat guru veteran akan menghadapi seorang anak mantan Presiden Peru, yang juga dikenal berasal dari salah satu dinasti politik paling abadi dan kontroversial di Peru. Pedro Castillo secara mengejutkan bisa unggul di putaran pertama dengan perolehan suara sebesar 18,47 persen, sedangkan Keiko Fujimori berada di bawahnya yang berhasil meraup suara sebesar 13,12 persen.

Castillo juga berhasil memenangkan sapu bersih di wilayah paling miskin di Peru, dengan menang di 16 dari 24 wilayah Peru serta lebih dari 50 persen di dua negara bagian Peru yang termiskin. Nama Castillo menjadi semakin lebih banyak dikenal setelah aksinya pada tahun 2017 lalu dalam pemogokan guru atas masalah gaji dan pada Oktober 2020 lalu, dia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Peru dari partai Peru Libre. Lain halnya dengan Fujimori, yang ingin mencalonkan diri untuk ketiga kalinya sebagai calon Presiden Peru, mengungkapkan janjinya jika terpilih sebagai Presiden Peru, maka ia bersedia menghentikan tindakan lockdown serta menindak berbagai kasus kejahatan.

2. Menurut pengamat politik setempat, ketidaksetaraan diterjemahkan menjadi pilihan politik

Pemilu Peru 2021: Pimpinan Serikat Guru vs Anak Mantan PresidenSuasana di sekitar salah satu tempat wisata yang ada di Peru. (Pixabay.com/jorgecandia)

Menurut ilmuwan atau pengamat politik yang mengepalai organisasi pro-demokrasi Transparencia, Adrianna Urrutia, mengatakan bahwa wacana anti-sistemnya berhasil menangkap semua ketidakpuasan, kemarahan, serta keasyikan para pemilih yang terdampak pandemi COVID-19. Ia juga menambahkan di Peru, ketidaksetaraan diterjemahkan menjadi pilihan politik dan sebagian besar populasi memiliki banyak tuntutan tanpa adanya pengawasan di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh negara dan tidak diwakili oleh kelas politik tradisional.

Castillo telah memanfaatkan kemarahan publik atas korupsi politik yang meluas dan penanganan pandemi COVID-19. Peru sendiri merupakan salah satu negara dengan korban tewas COVID-19 terbanyak di dunia dengan angka yang sampai hari Senin, 12 April 2021, waktu setempat sudah mencapai 55.230 kasus dengan jumlah kasus sebanyak 1.653.320 kasus. Sosok Keiko Fujimori sendiri telah menjanjikan pendekatan tangan besi terhadap kasus kejahatan dan korupsi.

Akan tetapi, dia sendiri justru sedang diselidiki karena kasus pencucian uang, yang dia bantah sampai saat ini, serta telah menghabiskan waktu selama berbulan-bulan di balik jeruji besi dalam penahanan pra-peradilan. Ayahnya, Alberto Fujimori, memerintah Peru pada tahun 1990an dan dihukum karena kasus pembunuhan dan korupsi yang merajalela.

Baca Juga: Peru Selenggarakan Pilpres di Tengah Pandemik COVID-19

3. Sebagian besar pemilih di Peru takut terinfeksi COVID-19 saat menggunakan hak suara

Pemilu Peru 2021: Pimpinan Serikat Guru vs Anak Mantan PresidenPresiden Peru, Francisco Sagasti, saat memberikan hak suaranya pada Pemilu Presiden 2021 yang digelar beberapa hari lalu. (Twitter.com/presidenciaperu)

Pemilu Presiden Peru yang digelar hari Minggu, 11 April 2021, lalu terjadi di tengah minggu paling mematikan di Peru dari pandemi COVID-19 hingga saat ini, di mana antrean untuk mendapatkan hak suara bersaing dengan antrean orang yang mencari pasokan oksigen untuk para kerabat yang terinfeksi virus tersebut. Sebagian besar pemilih mengatakan bahwa mereka meskipun takut terinfeksi COVID-19, ia memilih datang untuk hadir untuk  memberikan hak suara ketimbang membayar denda sebesar 88 sol atau setara dengan Rp356,5 ribu.

Tak hanya itu saja, Pemilu Presiden Peru kali ini datang pada titik terendah untuk Peru, di mana selama 5 tahun terakhir, Peru telah melewati periode ini dengan 4 Presiden yang berbeda serta 2 Kongres dan menyaksikan bentrokan yang terjadi secara berulang antara cabang legislatif dan eksekutif. Sebanyak 3 mantan Presiden Peru telah menghabiskan waktu di penjara selama investigasi penyuapan, termasuk satu calon Presiden Peru dalam Pemilu Presiden kali ini, serta yang paling populer adalah Martin Vizcarra yang telah dimakzulkan pada bulan November 2020 lalu.

Baca Juga: Peru Selenggarakan Pilpres di Tengah Pandemik COVID-19

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya