Pengadilan Kamboja Vonis 2 Tahun ke Aktivis Buruh Rong Chhun

Ia sebelumnya telah ditangkap sejak bulan Juli 2020 lalu 

Phnom Penh, IDN Times - Pengadilan Kamboja pada hari Rabu, 18 Agustus 2021, ini waktu setempat telah menjatuhkan vonis 2 tahun penjara kepada aktivis hak-hak buruh Kamboja, Rong Chhun. Sebelumnya, ia telah ditangkap sekitar bulan Juli 2020 lalu. Bagaimana awal ceritanya?

1. Putusan tersebut dijatuhkan setelah ia dinyatakan bersalah atas kasus penghasutan untuk melakukan kejahatan 

Pengadilan Kamboja Vonis 2 Tahun ke Aktivis Buruh Rong ChhunIlustrasi palu pengadilan. (Pixabay.com/qimono)

Dilansir dari Apnews.com, pengadilan Kamboja telah menjatuhkan vonis 2 tahun penjara kepada Rong Chhun karena dianggap menghasut untuk melakukan kejahatan dengan memberikan pernyataan sensitif mengenai perbatasan Kamboja-Vietnam. Selain itu, dua aktivis lainnya, Ton Nimol dan Sar Kanika, masing-masing divonis 20 bulan penjara dan keduanya telah ditangkap sejak Agustus 2020 lalu saat melakukan protes di depan pengadilan menuntut pembebasan Rong Chhun. Pengadilan juga memerintahkan ketiganya untuk membayar kompensasi sebesar 100 ribu dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp1,44 miliar kepada Komisi Perbatasan Gabungan.

Pengacara Rong Chhun, Sam Sokong, mengatakan bahwa dia merasa kecewa dengan putusan tersebut dan ketiga terdakwa telah memintanya untuk mengajukan banding. Sam Sokong juga mengutip pernyataan dari Rong Chhun yang mengatakan di ruang sidang setelah putusan bahwa pengadilan tidak adil dan sistem peradilan di Kamboja berada di bawah pengaruh pemerintah. Pemimpin buruh seperti Rong Chhun memiliki pengaruh politik yang signifikan di Kamboja karena mereka mewakili sejumlah besar pekerja di industri tekstil, yang merupakan penghasil ekspor utama Kamboja.

2. Berawal dari komentar yang dibuat Rong Chhun mengenai hak atas tanah bagi warga desa di sepanjang perbatasan 

Pengadilan Kamboja Vonis 2 Tahun ke Aktivis Buruh Rong ChhunAktivis hak buruh di Kamboja, Rong Chhun (tengah). (Twitter.com/BHRRC)

Kasus ini tampaknya berawal dari pernyataan yang dibuat oleh Rong Chhun tentang hak atas tanah bagi warga desa di sepanjang perbatasan Kamboja-Vietnam dan diawasi dengan ketat oleh masyarakat lokal dan internasional. Sejak itu juga, Rong Chhun ditangkap dari rumahnya pada tanggal 31 Juli 2020 lalu dan dipenjara sejak saat itu. Perbatasan negara telah menjadi isu sensitif di Kamboja, di mana sentimen anti-Vietnam tetap kuat, sejak jatuhnya Khmer Merah lebih dari 40 taun yang lalu.

Kamboja memiliki catatan panjang dalam menindak para aktivis, pembela HAM, dan kelompok oposisi. Sejak penangkapan itu juga, banyak sekali aktivis serta biksu dan penyanyi rapper telah didakwa dengan tuduhan penghasutan. Menurut Wakil Direktur Human Rights Watch (HRW) untuk Asia, Phil Robertson, mengatakan tuduhan dan seluruh persidangan terhadap Rong Chhun telah bermotivasi politik sejak awal, yang ditujukan hanya untuk hal, yakni menempatkan pemimpin serikat pekerja paling aktif di Kamboja di balik jeruji besi karena kritiknya terhadap pemerintah dan kebijakannya.

Baca Juga: Kamboja: Singa Peliharaan yang Disita Dikembalikan ke Pemiliknya

3. Berdasarkan laporan tahun 2020 oleh Kantor HAM PBB telah merinci bagaimana ruang sipil dan demokrasi di Kamboja telah menyusut

Pengadilan Kamboja Vonis 2 Tahun ke Aktivis Buruh Rong ChhunAktivis hak buruh di Kamboja, Rong Chhun, telah ditahan sejak Juli 2020 lalu akibat tindakan penghasutan. (Twitter.com/morysar)

Dalam laporan tahun 2020 oleh Kantor HAM PBB di Kamboja, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, merinci bagaimana ruang sipil dan demokrasi di Kamboja telah menyusut serta pekerjaan HAM dan organisasi masyarakat sipil menjadi sasaran intimidasi atau pelecehan campur tangan yang tidak semestinya. Juru bicara Kantor HAM PBB di Jenewa, Swiss, Liz Throssell, mengatakan pihaknya mendesak pihak berwenang untuk waspada dengan memastikan bahwa hukum pidana tidak digunakan untuk membatasi kegiatan sah para pembela HAM yang bekerja untuk mempromosikan perlindungan HAM.

PBB mengatakan setidaknya ada 24 pembela HAM, di mana 12 diantaranya adalah perempuan, saat ini berada di penjara karena menggunakan hak mereka atau mengungkapkan keprihatinan mereka, baik secara langsung atau online. Ratusan anggota oposisi juga telah ditangkap sejak partai oposisi utama dilarang menjelang Pemilu Kamboja tahun 2018 lalu. Robertson menilai Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, dan pemerintahannya berusaha melakukan apa pun yang mereka bisa untuk mengintimidasi aktivis dan kritikus masyarakat serta penganiayaan terhadap Rong Chhun dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa para pemimpin buruh nasional yang terkenal merasa tidak aman.

Baca Juga: Amnesty Internasional Minta Kamboja Izinkan Pengiriman Bantuan

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya