Pengadilan: Rusia Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Litvinenko

Peristiwa itu sendiri terjadi sekitar tahun 2006 lalu

Jakarta, IDN Times - Pengadilan HAM Eropa pada Selasa (21/9) waktu setempat memutuskan Rusia bertanggung jawab atas kasus pembunuhan terhadap mantan perwira KGB, Alexander Litvinenko. Peristiwa itu sendiri terjadi sekitar tahun 2006 lalu.

1. Rusia selalu membantah terlibat dalam peristiwa ini 

Dilansir dari Rferl.org, pengadilan HAM Eropa memutuskan pada Selasa waktu setempat bahwa Rusia bertanggung jawab atas kasus pembunuhan Litvinenko yang meninggal dalam kematian akibat diracuni dengan Polonium 210, sebuah isotop radioaktif langka, di London, Inggris.

Dalam putusannya, Pengadilan HAM Eropa menyimpulkan bahwa Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Akan tetapi, Rusia selalu membantah terlibat dalam kematian Litvinenko yang menjerumuskan hubungan Anglo-Rusia ke titik terendah pasca Perang Dingin.

Penyelidikan Inggris yang panjang menyimpulkan pada tahun 2006 lalu bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, kemungkinan menyetujui operasi intelijen Rusia untuk membunuh Litvinenko.

Juga ditemukan bahwa mantan pengawal KGB, Andrei Lugovoy, dan seorang Rusia lainnya, Dmitry Kovtun, melakukan pembunuhan itu sebagai bagian dari operasi yang mungkin diarahkan oleh Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB), penerus utama KGB era Uni Soviet.

Pihak Pengadilan HAM Eropa setuju, namun kedua pria itu selalu membantah terlibat.

2. Bulan Agustus 2021 lalu, Inggris menjatuhkan 7 warga negara Rusia yang terlibat dalam kasus percobaan pembunuhan Alexei Navalny 

Pengadilan: Rusia Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan LitvinenkoPolitisi oposisi Rusia, Alexei Navalny. (Instagram.com/navalny)

Baca Juga: Pengesahan Perjanjian MLA Dukung Kerja Sama Hukum RI dan Rusia  

Sekitar bulan Agustus 2021 lalu, Inggris telah menjatuhkan sanksi kepada 7 warga negara Rusia yang dituduh terlibat dalam kasus percobaan pembunuhan dengan meracuni tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny.

Pihak Inggris mengumumkan bahwa beberapa individu, yang terkait dengan keanggotaan FSB, akan dikenakan larangan perjalanan dan pembekuan aset.

Departemen Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris mengatakan pihaknya yakin orang-orang tersebut bertanggung jawab langsung untuk merencanakan atau melakukan serangan terhadap pemimpin oposisi Rusia pada (20/8/2020) lalu.

Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengatakan sejak peristiwa itu terjadi setahun yang lalu, Inggris telah berada di garis terdepan tanggapan internasional terhadap tindakan mengerikan ini.

Meski merupakan korban dari peristiwa ini, Navalny justru ditangkap oleh pihak berwenang Rusia pada (17/1) lalu setelah kembali dari Jerman, di mana ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk pulih dari keracunan.

Penyelidikan anti-korupsi di Rusia menyalahkan Kremlin karena menargetkannya dengan racun saraf.

Inggris dan Amerika Serikat telah mengeluarkan pernyataan bersama di mana mereka menegaskan kembali kecaman mereka atas upaya pembunuhan terhadap Navalny.

3. Selain Litvinenko dan Navalny, beberapa tokoh lain yang mengkritik Kremlin juga menjadi korban keracunan

Pengadilan: Rusia Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan LitvinenkoIlustrasi racun. (Pixabay.com/qimono)

Selain Litvinenko dan Navalny, ada beberapa nama tokoh yang juga menjadi korban keracunan setelah mengkritik Kremlin.

Seorang jurnalis investigasi, Anna Politkovskaya, pada tahun 2004 lalu jatuh sakit parah dan kehilangan kesadaran setelah meminum secangkir teh.

Dia mengatakan dia sengaja diracun untuk mencegah meliput penyitaan sebuah sekolah di Rusia bagian selatan oleh separatis Chechnya pada tahun 2004 lalu.

Sebelum peristiwa itu, Politkovskaya telah menulis secara kritis mengenai pelanggaran oleh pasukan Chechnya Rusia dan pro-Rusia yang memerangi separatis di Chechnya.

Meski selama di tahun 2004 lalu, Politkovskaya ditembak mati pada tahun 2006 lalu di luar gedung apartemennya di Moskow, sebuah pembunuhan yang pada saat itu menuai kecaman luas di negara-negara Barat.

Selanjutnya, ada aktivis oposisi saat itu bernama Vladimir Kara-Murza Jr. dirawat di rumah sakit dengan gejala keracunan dua kali, yakni pada tahun 2015 dan 2017 lalu.

Meski sudah dinyatakan selamat, kepolisian Rusia menolak permintaan untuk menyelidiki kasus tersebut.

Selain itu ada nama Sergei Skripal dan Yulia Skripal, kedua orang ini nerupakan mata-mata Rusia yang menjadi agen ganda untuk Inggris.

Sergei Skripal jatuh sakit di Salisbury, Inggris, pada tahun 2018 lalu, di mana ketika itu, Skripal dan putrinya, Yulia, diracun dengan agen saraf kelas militer, Novichok.

Nama terakhir adalah Pyotr Verzilov, yang merupakan anggota kelompok protes Rusia, Pussy Riot. Pada tahun 2018 lalu, ia diduga keracunan yang membuatnya ditempatkan di unit perawatan intensif serta harus diterbangkan ke Berlin, Jerman, untuk menjalani perawatan.

Dokter Jerman yang menanganinya mengatakan keracunan itu sangat masuk akal dan pada akhirnya dia pulih kembali.

Baca Juga: Pemilu Rusia: Partai Pendukung Kremlin Unggul dalam Survei

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya