PM Inggris Umumkan Aturan Lockdown Sangat Ketat

Hal ini berimbas dari kasus COVID-19 yang semakin meningkat

London, IDN Times - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengumumkan negaranya akan memasuki aturan lockdown ketat, seperti yang dilakukan pada bulan Maret 2020 lalu saat awal virus COVID-19 masuk ke negaranya. Hal ini berimbas dari jumlah kasus COVID-19 yang kian meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. Bagaimana situasi di Inggris saat ini?

1. Lockdown akan berlangsung selama 7 minggu ke depan di seluruh Inggris

Dilansir dari The Guardian, Johnson mengatakan dalam beberapa minggu ke depan merupakan waktu yang paling sulit dan kabarnya lockdown ketat akan diberlakukan selama 7 minggu ke depan. Padahal sebelumnya, Johnson telah mengumumkan semua sekolah akan dilakukan secara offline atau tatap muka dan kini ia mengalihkan semua pembelajaran di sekolah dilakukan secara online. Ia juga menilai para orang tua murid akan bertanya mengapa tidak mengambil keputusan ini lebih awal.

Johnson sendiri menambahkan ia benar-benar memahami ketidaknyamanan dan kesusahan perubahan yang dinilai terlambat akan menyebabkan jutaan orang tua murid dan murid sendiri menjadi tertinggal di seluruh Inggris. Ia juga berharap sebanyak 12,2 juta orang yang paling rentan di masyarakat, seperti penduduk lansia dan staf panti jompo, pekerja kesehatan, serta pekerja sosial, akan mendapatkan vaksinasi pada bulan Februari 2021 ini.

Menteri Vaksin Inggris, Nadhim Zahawi, kemudian mengatakan sebanyak 4 kelompok telah berjumlah 13,9 juta orang di Inggris. Saat ini, Inggris telah memasuki fase akhir perjuangan dan dengan setiap pukulan yang masuk ke tangannya, pihaknya akan bertarung melawan COVID-19 dan selalu berpihak pada warga Inggris. 

2. Kepala Petugas Medis Inggris menyarankan peringatan COVID-19 dipindahkan dari level 4 ke level 5

PM Inggris Umumkan Aturan Lockdown Sangat KetatIlustrasi pemakaian masker di tengah pandemi COVID-19. (Pixabay.com/Anestiev)

Pada hari Senin, 4 Januari 2020, lalu Kepala Petugas Medis Inggris, Prof. Chris Whitty, merekomendasikan agar peringatan COVID-19 dipindahkan ke level tertinggi, di mana sebelumnya berada di level 4 ke level 5, yang berarti ada risiko material dan layanan kesehatan yang kewalahan serta memerlukan jarak sosial sangat ketat. Ia juga merasa pihak National Health Service tidak dapat menangani peningkatan kasus yang berkelanjutan dan tanpa tindakan lebih lanjut ada risiko material dari NHS di beberapa area yang kewalahan selama 21 hari ke depan.

Para pemimpin Inggris lainnya juga mengumumkan adanya lockdown baru, di mana semua sekolah yang berada di Wales akan ditutup hingga tanggal 18 Januari 2020, sementara di Skotlandia akan lockdown mulai tengah malam pada hari Senin, 4 Januari 2021, selama di bulan Januari 2021 ini. Menteri Utama Skotlandia, Nicola Sturgeon, mengatakan tidak berlebihan bahwa ia merasa lebih prihatin tentang situasi yang dihadapi saat ini dibandingkan yang pernah dialaminya saat bulan Maret 2020 lalu. Menteri Utama Irlandia Utara, Arlene Foster, mengatakan wilayahnya saat ini bersiap menghadapi situasi yang sangat mengerikan meski bersiap menghadapi lockdown baru.

Baca Juga: PM Boris Johnson Siapkan Rencana Lockdown untuk Inggris

3. Saat ini, Inggris memiliki jumlah kasus COVID-19 yang mencapai 2.713.563 kasus

PM Inggris Umumkan Aturan Lockdown Sangat KetatSuasana di sekitar kota London, Inggris. (Pixabay.com/paulohabreuf)

Sampai pada tanggal 5 Januari 2021 waktu setempat, Inggris mencatat jumlah kasus COVID-19 mencapai 2.713.563 kasus dengan rincian 75.431 kasus berakhir meninggal dunia. Per tanggal 4 Januari 2021, kasus COVID-19 di Inggris mengalami penambahan sebanyak 58.784 kasus dengan rincian 407 kasus berakhir meninggal dunia dan akan bertambah terus sampai saat ini. Dengan demikian, total kasus COVID-19 menempatkan Inggris berada di peringkat 5 dari negara-negara di seluruh dunia.

Bulan Desember 2020 lalu, Inggris menjadi negara pertama di dunia yang mendistribusikan vaksin buatan Pfizer-BioNTech. Sejak saat itu, terdapat kebingungan mengenai alokasi vaksin di Inggris, dengan pemerintah Inggris lebih memprioritaskan pemberian dosis pertama vaksin kepada sebanyak mungkin orang daripada pemberian dosis kedua. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari beberapa ahli karena keluar dari dosis yang diuji secara uji klinis.

Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Resmi Blokir Huawei sebagai Penyedia 5G

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya