PM Norwegia Akui Kekalahan kepada Oposisi Sayap Kiri

Koalisi sayap kiri berhasil meraih sebanyak 100 kursi

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg, akui kekalahan dalam Pemilu Norwegia 2021 pada Senin (13/9) waktu setempat dari oposisi sayap kiri. Koalisi sayap kiri berhasil meraih sebanyak 100 kursi parlemen Norwegia dalam hasil Pemilu Norwegia kali ini.

1. Hasil tersebut dipastikan setelah 97,5 persen suara sudah masuk

Dilansir dari Aljazeera.com, oposisi sayap kiri Norwegia yang dipimpin oleh pemimpin Partai Buruh, Jonas Gahr Store, menang telak dalam Pemilu Norwegia 2021 setelah kampanye yang didominasi oleh masa depan industri minyak di Norwegia.

Store mengalahkan koalisi kanan-tengah pada Senin waktu setempat yang dipimpin oleh Erna Solberg, yang sudah berkuasa sejak tahun 2013 lalu.

Dengan sebanyak 97,5 persen suara sudah dihitung, Partai Buruh bersama 4 partai kiri-tengah lainnya meraih kursi mayoritas parlemen Norwegia sebanyak 100 kursi, naik dari 81 kursi sebelumnya.

Untuk memenangkan mayoritas parlemen minimal sebanyak 85 kursi dari total 169 kursi yang diperebutkan.

Menurut Store, Norwegia telah mengirimkan sinyal yang jelas di mana Pemilu menunjukkan bahwa warga Norwegia meninginkan masyarakat yang lebih adil. Store sendiri sebelumnya telah berkampanye menentang ketidaksetaraan sosial.

Anggota Partai Buruh, Anniken Huitfeldt, mengatakan kemenangan itu melampaui semua harapan. Ia mengakui belum pernah melihat perubahan yang begitu besar dan sangat berarti untuk membentuk pemerintahan dengan koalisi partai kiri dan tengah serta ia berharap itu akan menjadi hasilnya.

Pemimpin Sosialis Kiri, Audun Lysbakken, mendukung aliansi 5 partai yang lebih luas, dengan memperkirakan pembicaraan koalisi akan berjalan sulit.

2. Partai Konservatif Norwegia mengalami pengurangan persentase sebanyak 4,7 poin

PM Norwegia Akui Kekalahan kepada Oposisi Sayap KiriPerdana Menteri Norwegia, Erna Solberg. (Twitter.com/erna_solberg)

Baca Juga: Oposisi Norwegia Menang Telak dalam Pemilu

Partai Konservatif Norwegia mengalami kemunduran pada Pemilu Norwegia kali ini, di mana telah kehilangan persentase sebesar 4,7 poin yang dijuluki oleh penyiar Norwegia, NRK, sebagai "pecundang terbesar dalam Pemilu".

Mantan mitra koalisinya, Partai Kemajuan, kehilangan persentase 3,4 poin. Solberg yang berusia 60 tahun saat ini telah berada di depan pemerintahan minoritas sejak 2020 lalu, sebelum itu koalisi dengan antara lain Partai Kemajuan yang populis.

Karena masa jabatannya yang panjang serta komitmennya terhadap liberalisme ekonomi, ia dikenal di dalam negeri sebagai "Iron Erna", terinspirasi oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher, yang dijuluki "Wanita Besi" karena gayanya yang tegas.

Solberg sendiri berharap menjadi Perdana Menteri Norwegia pertama yang memenangkan masa jabatan 4 tahun ketiga secara berturut-turut.

Selama 8 tahun masa jabatannya, dia telah memperluas eksplorasi minyak, memotong pajak, serta berusaha membuat administrasi publik lebih efisien.

Pada Pemilu Norwegia 2013 lalu, Partai Buruh digulingkan dari kekuasaan saat itu, setelah takluk dari Partai Konservatif dengan calonnya, Erna Solberg, yang membuatnya menjadi pemimpin terlama di Norwegia.

Setelah dinyatakan unggul, Store berterima kasih kepada Solberg karena telah menjadi Perdana Menteri yang baik selama menjabat.

3. Kampanye Pemilu Norwegia kali ini membahas produsen minyak dan gas

PM Norwegia Akui Kekalahan kepada Oposisi Sayap KiriIlustrasi industri minyak. (Pixabay.com/jp26jp)

Posisi Norwegia sebagai produsen minyak dan gas terbesar di Eropa Barat menjadi inti kampanye Pemilu setelah laporan iklim bulan Agustus 2021 lalu dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mendorong masalah ini ke puncak agenda.

Store telah menyerukan transisi bertahap dari ekonomi minyak, sementara Partai Hijau telah menyerukan untuk segera mengakhiri eksplorasi minyak.

Partai Konservatif juga menyerukan transisi dari bahan bakar fosil yang telah membuat Norwegia menjadi kaya.

Baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh menganjurkan penarikan bertahap dari minyak dan gas, yang menyumbang sebesar 14 persen dari PDB Norwegia dan 40 persen dari ekspor, yang menyediakan 160 ribu pekerjaan langsung dan telah membantu negara membangun dana kekayaan berdaulat sebesar 1,2 triliun euro atau setara dengan Rp20.210 triliun.

Mereka berpendapat bahwa perusahaan minyak perlu waktu untuk mengadaptasi kecakapan teknik mereka untuk mengejar teknologi hijau.

Para pengamat politik setempat mengatakan potensi perpecahan koalisi atas pertanyaan itu dapat menghasilkan kompromi yang akan memerlukan pengecualian beberapa perairan untuk eksplorasi minyak di masa depan, terutama di Kutub Utara.

Kemungkinan perselisihan lain dalam koalisi sayap kiri adalah Eropa, dengan keanggotaan Norwegia di Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) sangat disukai oleh Partai Buruh tetapi ditentang oleh Partai Eurosceptic Center, Partai Sosialis Kiri, dan Partai The Reds.

Store mengatakan pemerintahannya akan fokus pada pengurangan emisi CO2 negara itu sesuai dengan Perjanjian Paris 2015, tetapi menolak ultimatum apa pun pada kebijakan energi.

Baca Juga: Norwegia akan Denda Orang yang Kencing ke Arah Rusia

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya