Polisi Guatemala Selamatkan 126 Migran dalam Peti Kemas

Bahkan beberapa di antara mereka ada yang berasal dari Asia

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Guatemala pada Sabtu (9/10) waktu setempat berhasil menyelamatkan sebanyak 126 migran yang ditemukan berada di peti kemas di pinggir jalan. Bahkan, dari para migran yang ditemukan juga terdapat migran dari negara Asia.

1. Berawal dari salah seorang migran yang meminta tolong serta ketukan dari dalam kontainer 

Polisi Guatemala Selamatkan 126 Migran dalam Peti KemasIlustrasi perkampungan migran di perbatasan (unsplash.com/@barbarazandoval)

Dilansir dari BBC, mereka ditemukan pada Sabtu pagi waktu setempat antara wilayah Nueva Concepcion dan Cocales setelah warga setempat melaporkan telah mendengar suara teriakan di dalam peti kemas tersebut.

Pihak berwenang yakin mereka ditinggalkan oleh penyelundup yang telah dibayar untuk membawa mereka ke Amerika Serikat melalui Meksiko.

Sebanyak 126 migran tersebut ditemukan berasal dari negara Haiti yang sedang dilanda krisis akhir-akhir ini. Bahkan ada juga migran yang berasal dari Nepal dan Ghana.

Berbicara setelah penemuan itu, seorang juru bicara polisi setempat mengatakan pihaknya telah mendengar suara tangisan dan ketukan dari dalam kontainer, lalu setelahnya membuka pintu dan menemukan ada 126 migran yang tidak berdokumen.

Petugas memberikan pertolongan pertama kepada para migran sebelum mengawal mereka ke tempat penampungan yang dikelola oleh Guatemalan Migration Institute.

Juru bicara otoritas migrasi Guatemala, Alejandra Mena, mengatakan bahwa para migran telah tiba di Amerika Tengah di Honduras dan dari sana mulai melakukan perjalanan berbahaya ke utara, tepatnya ke AS.

Saat ini, mereka akan diangkut kembali ke perbatasan dengan Honduras dan diserahkan kepada pihak berwenang setempat.

2. Migran asal Nepal melalui perjalanan panjang sebelum terdampar di pinggir jalan 

Polisi Guatemala Selamatkan 126 Migran dalam Peti KemasIlustrasi migran yang berusaha menyeberang perbatasan (stockphoto.com/JohannaSvennberg)

Migran asal Nepal yang terdampar mengatakan bahwa mereka membayar para penyelundup manusia puluhan ribu dolar AS untuk membawa mereka dalam perjalanan yang sulit dari Kathmandu (Nepal) ke Bolivia serta kemudian melalui darat melintasi Darien Gap di Panama melalui Amerika Tengah ke Meksiko.

Sebelum diberlakukan pembatasan penerbangan akibat pandemi COVID-19, para migran biasanya dibawa melalui Kuala Lumpur (Malaysia) atau Moskow (Rusia) ke Sao Paulo (Brazil) dan La Paz (Bolivia), di mana orang Nepal mendapatkan visa saat kedatangan.

Sebagian besar tidak berhasil dan dideportasi dari bandara transit dalam perjalanan.

Bulan September 2021 lalu, hampir 30 warga Nepal dalam perjalanan ke Sao Paulo dan Bolivia melalui Moskow ditahan di Bandara Frankfurt, Jerman, setelah dicurigai bahwa mreka diperdagangkan. Setelahnya, beberapa dari mereka dideportasi kembali ke Nepal.

Migran Nepal yang berhasil mencapai AS atau telah berbicara dengan keluarga di negara asalnya dari Meksiko mengatakan mereka telah membayar lebih dari Rp948,8 juta kepada para penyelundup atau suap kepada petugas imigrasi di sepanjang jalan untuk sampai ke sana.

Baca Juga: Chile dan Interpol Ungkap Sindikat Penyelundupan Migran

3. Penyelamatan para migran terjadi sehari setelah pihak Meksiko menahan 652 migran

Polisi Guatemala Selamatkan 126 Migran dalam Peti KemasIlustrasi migran di perbatasan negara (unsplash.com/@barbarazandoval)

Penemuan para migran tersebut terjadi sehari setelah pihak berwenang Meksiko telah menahan sebanyak 652 migran, termasuk sekitar 350 anak-anak, yang bepergian dengan 3 truk trailer ganda berpendingin di dekat perbatasan selatan AS.

Tentara di pos pemeriksaan militer di Tamaulipas, Meksiko, menggeledah truk setelah mendengar suara di dalam.

Peristiwa itu mencerminkan kekhawatiran yang berkembang atas jumlah migran, di antaranya sejumlah besar warga Haiti, yang mengambil risiko signifikan dalam upaya mereka untuk mencapai AS.

Ribuan orang Haiti telah meninggalkan negaranya dan mencari pekerjaan di negara-negara di seluruh Amerika Latin.

Sekitar September 2021 lalu, sebanyak 13 ribu orang Haiti berkumpul di bawah jembatan yang menghubungkan Del Rio di Texas, AS ke Ciudad Acua di Meksiko.

Sejak itu AS telah mendeportasi lebih dari 7.500 orang ke Haiti. Utusan khusus AS untuk Haiti, Daniel Foote, sebelumnya mundur dari jabatannya sebagai bentuk protes atas deportasi terhadap ribuan warga Haiti oleh pemerintah AS saat itu.

Alasannya, orang-orang yang dipulangkan setelah melarikan diri dari bencana gempa bumi dan ketidakstabilan politik merupakan bentuk tidak manusiawi.

Baca Juga: Polandia Dituduh Secara Ilegal Dorong Migran ke Belarus

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya