Polisi Prancis Evakuasi Migran dari Kamp Darurat di Dunkirk

Prancis dan Inggris tengah berselisih terkait kasus migran

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Prancis telah melakukan evakuasi terhadap para migran yang berada di dekat kamp darurat di Dunkirk, Prancis, pada Selasa (16/11) waktu setempat. Baik Prancis maupun Inggris dikabarkan tengah berselisih terkait penanganan atas meningkatnya kedatangan para migran.

1. Menteri Dalam Negeri Prancis memerintahkan tindakan evakuasi terhadap mereka

Dilansir dari BBC, Prancis telah membongkar sebuah kamp migran besar di pantai utaranya di mana semakin banyak orang yang berharap bisa tiba di Inggris.

Petugas Prancis telah menurunkan tenda dan mengevakuasi hingga 1.500 migran dari lokasi yang berdekatan dengan wilayah Dunkirk pada Selasa pagi waktu setempat.

Tak hanya itu, petugas setempat juga telah menangkap 13 tersangka kasus penyelundup manusia.

Menteri Dalam Negeri prancis, Gerald Darmanin, mengatakan kamp migran di pinggiran Dunkirk, tepatnya di Grande-Synthe, sedang dievakuasi atas instruksinya.

Dia juga mengatakan penangkapan baru tersebut berarti Prancis telah menahan sebanyak 1.308 tersangka kasus penyelundup manusia sejak Januari 2021 lalu.

"Para penyelundup ini adalah penjahat yang mengeksploitasi kesengsaraan manusia, pengawas imigrasi ilegal," ungkap pernyataan tegas yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Prancis yang dilansir dari BBC.

Seorang juru bicara pemerintah Prancis mengatakan kamp telah dibongkar untuk menampung para migran, terutama saat mendekati musim dingin.

2. Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Prancis berdiskusi dengan Menteri Dalam Negeri Inggris

Baca Juga: Cegah Imigran Ilegal dari Belarusia, Ukraina Kerahkan Garda Nasional 

Sepanjang tahun ini, lebih dari 23 ribu orang telah menyeberang dari Prancis ke Inggris
dengan kapal dan angka tersebut meningkat tajam dari angka 8.404 yang tercatat pada tahun 2020 lalu.

Pemerintah Inggris telah berulang kali berjanji untuk membuat rute tersebut tidak dapat
digunakan.

Dalam upaya untuk melakukan ini, pemerintah Inggris telah mengusulkan perubahan aturan
imigrasi, yang sedang dipertimbangkan oleh anggota parlemen setempat.

Jika mendapatkan persetujuan, perubahan ini akan mempersulit siapa pun yang tiba dengan kapal untuk mengklaim proses suaka berjalan dengan sukses.

Akan tetapi kelompok-kelompok kemanusiaan telah mengkritik rencana tersebut, yang mengatakan mereka akan secara tidak adil menghukum para migran dari bagian-bagian termiskin di dunia.

Darmanin telah bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, pada Senin (15/11) malam waktu setempat untuk membahas masalah migran.

Patel mengatakan mereka telah membahas berbagai langkah tambahan untuk mengatasi masalah dan menegaskan kembali pentingnya bekerja sama untuk membuat rute mematikan ini tidak dapat dijalankan.

Sebuah sumber terdekat Darmanin mengatakan para menteri membahas solusi teknis untuk memerangi kelompok kejahatan terorganisir.

Namun Menteri Dalam Negeri Prancis ini mengatakan satu-satunya cara untuk mencegah
penyeberangan secara 100 persen adalah dengan mengurangi daya tarik Inggris bagi para migran.

3. Kelompok bantuan setempat mengatakan evakuasi kamp tersebut telah diselenggarakan selama sebulan terakhir

Polisi Prancis Evakuasi Migran dari Kamp Darurat di DunkirkIlustrasi kamp para migran. (Unsplash.com/jricard)

Kelompok bantuan setempat, Utopia 56, mengatakan beberapa evakuasi kamp di wilayah tersebut telah diselenggarakan dalam sebulan terakhir tanpa ada tanggapan yang disesuaikan untuk merawat para migran.

Kelompok itu juga menekankan bahwa negara tidak mengatur distribusi makanan dan tidak
menyediakan fasilitas toilet yang layak serta kamar mandi di kamp-kamp itu.

Pihak berwenang setempat juga memperingatkan kondisi sanitasi yang mengerikan dan kepadatan penduduk di wilayah itu, risiko yang terkait dengan musim dingin yang semakin dekat dan ketegangan yang semakin dalam antara para migran dan pedagang yang sering berakhir menjadi kekerasan.

Pendiri Utopia 56, Yann Manzi, mengatakan mereka yang berkerumun di Grande-Synthe adalah orang Kurdi Irak yang didorong melalui jaringan perdagangan manusia.

Sebagian besar dari mereka mencoba menyeberangi Selat Inggris dengan menggunakan perahu karet kecil, karena polisi mempersulit mereka untuk menyelinap ke truk dan feri.

Dengan pelabuhan dan terowongannya untuk menyeberangi Selat Inggris, wilayah Prancis Utara selalu menjadi magnet bagi orang-orang yang ingin menyeberang ke Inggris, didorong oleh janji-janji para penyelundup akan kehidupan yang lebih baik di sana.

Pada Kamis (11/11) lalu, sebanyak 1.185 orang melakukan penyeberangan dan itu adalah rekor jumlah yang menurut pemerintah Inggris tidak dapat diterima.

Pihak Inggris menuduh pihak berwenang Prancis tidak berbuat cukup banyak untuk mengendalikan penyeberangan serta meminta mereka untuk menekan penyelundupan manusia.

Begitu juga dengan pihak Prancis yang menuduh Inggris meniup skala migrasi di luar proporsi karena alasan politik serta gagal menghalangi orang untuk menyeberang.

Baca Juga: Prancis Selidiki Tuduhan Pemerkosaan Setelah Pesta di Elysee

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya