Prancis Konfirmasi Kasus Pertama Varian Baru COVID-19

Padahal, varian baru tersebut terdeteksi di Inggris

Paris, IDN Times - Prancis akhirnya mengonfirmasi kasus pertama varian baru virus COVID-19 yang terjadi belum lama ini. Sebelumnya, varian baru tersebut telah terdeteksi di Inggris pada beberapa hari yang lalu yang membuat beberapa negara ramai-ramai memblokade perjalanan ke Inggris. Bagaimana tingkat penularan virus varian baru tersebut?

1. Kasus pertama tersebut merupakan warga negara Perancis yang datang dari Inggris

Prancis Konfirmasi Kasus Pertama Varian Baru COVID-19Suasana di sekitar kota Paris, Prancis. (Pixabay.com/edmondlafoto)

Dilansir dari BBC, pihak Kementerian Kesehatan Prancis telah mengidentifikasi kasus pertama varian baru virus COVID-19 berasal dari warga negara Prancis yang baru datang dari Inggris pada tanggal 19 Desember 2020 lalu. Pihaknya juga telah memeriksa kondisi korban dan tidak menunjukkan gejala apapun serta saat ini sedang berada dalam isolasi di rumahnya.

Pada hari Rabu, 23 Desember 2020, lalu Prancis telah menutup perbatasannya tetapi mengakhiri larangan perjalanan dengan memberikan kesempatan kepada para warganya untuk menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 sebelum bepergian. Sebanyak ribuan pengemudi truk telah menghabiskan Natal mereka di Kent sambil menunggu untuk menyeberangi Selat Inggris. 

2. Tak hanya Prancis, negara-negara lain juga melaporkan kasus varian baru

Prancis Konfirmasi Kasus Pertama Varian Baru COVID-19Ilustrasi virus COVID-19. (Pixabay.com/geralt)

Selain Prancis, negara-negara lain di dunia juga melaporkan kasus pertama varian baru, salah satunya adalah Jepang yang telah melaporkan pada hari Jumat, 25 Desember 2020, lalu. Pihak Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan sebanyak 5 orang yang tiba antara 18-21 Desember 2020 terdeteksi positif COVID-19 dan dikirim ke tempat karantina langsung dari bandara. Para pejabat mengatakan analisis lebih lanjut menunjukkan mereka tertular varian baru virus COVID-19.

Sedangkan di Amerika Serikat, pihak otoritas setempat juga mengumumkan pada hari Kamis, 24 Desember 2020, mengatakan bahwa penumpang yang datang dari Inggris mewajibkan menunjukkan tes negatif COVID-19 sebelum keberangkatan dan pihak Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit setempat mengatakan aturan tersebut baru diberlakukan pada pekan depan.

Pada hari Jumat, 25 Desember 2020, Paus Fransiskus mengatakan dalam pesan Natal tahun ini bahwa vaksin COVID-19 harus tersedia untuk semua dan menyerukan kepada para pemimpin politik dan bisnis untuk mempromosikan kerja sama, bukan persaingan dalam pendistribusiannya.

Baca Juga: Varian Baru Covid-19 Sudah Sampai Lebanon dan Jerman

3. Tingkat penularan varian baru lebih ganas dibandingkan varian asli COVID-19

Prancis Konfirmasi Kasus Pertama Varian Baru COVID-19Ilustrasi virus COVID-19. (Pixabay.com/Tumisu)

Sepanjang pandemi ini, SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, telah bermutasi. Itu telah mengakumulasi sekitar satu atau dua mutasi setiap bulan dan hal itu tidak mengherankan karena virus selalu bermutasi. Tetapi varian baru di Inggris, yang disebut B.1.1.7, telah memperoleh mutasi lebih cepat dari yang diperkirakan para ilmuwan.

Varian tersebut memiliki 17 mutasi berbeda dalam kode genetiknya dan 8 dari mutasi tersebut terjadi di bagian kritis virus, yang disebut protein lonjakan, menjangkau dan mengikat sel manusia selama tahap awal infeksi. Ketika para ilmuwan pertama kali mendeteksi B.1.1.7 pada akhir September 2020 lalu, ia dengan cepat mengambil alih beberapa bagian di Inggris, mendorong keluarnya bentuk virus lain. Pada awal Desember 2020, varian baru telah mendorong keluarnya bentuk virus lain di London dan menjadi yang dominan.

Untuk mengetahui penularan dengan pasti, para ilmuwan harus membawa B.1.1.7 ke laboratorium dan melihat apakah lebih baik dalam menginfeksi sel dan menyebar antar hewan. Beberapa negara telah melakukan pendistribusian vaksin COVID-19 secara bertahap dan kabarnya, vaksin tersebut efektif mengalahkan varian baru COVID-19. Alasannya, ketika kita mendapatkan vaksin, sistem kekebalan kita membuat banyak antibodi untuk melawan sebagian besar virus, tidak hanya satu bagian kecil yang dapat berubah ketika virus bermutasi.

Jadi meskipun varian tersebut mengandung 17 mutasi, beberapa antibodi yang menargetkan vaksin kemungkinan masih akan mengikat dan menetralkan virus.

Baca Juga: Nigeria Temukan Varian Baru COVID-19

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya