Protes Deportasi Migran Haiti, Utusan Khusus AS Resign

Sebelumnya, ia mengatakan Haiti membutuhkan bantuan segera

Jakarta, IDN Times - Utusan khusus Amerika Serikat untuk Haiti, Daniel Foote, mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (23/9) waktu setempat sebagai bentuk protes terhadap tindakan deportasi ribuan migran Haiti. Sebelumnya, ia mengatakan Haiti membutuhkan bantuan segera di tengah konflik yang terjadi.

1. Menurut Foote, keputusan yang diambil pemerintah AS dinilai tidak manusiawi 

Dilansir dari BBC, Foote dalam pernyataannya pada Kamis waktu setempat mengatakan keputusan untuk memulangkan para migran Haiti dari bencana gempa bumi serta ketidakstabilan politik merupakan tindakan tidak manusiawi.

Dalam surat pengunduran dirinya, Foote mengatakan Haiti adalah negara runtuh yang tidak dapat mendukung pemasukan paksa ribuan migran yang mengalami kekurangan makanan, tempat tinggal, serta tanpa uang tambahan, di mana itu merupakan tragedi kemanusiaan yang dapat dihindari.

Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, menanggapi dalam konferensi pers bahwa Utusan Khusus Foote memiliki banyak kesempatan untuk menyampaikan kekhawatiran tentang imigrasi selama masa jabatannya dan dia tidak pernah melakukannya.

Psaki juga menggambarkan gambar dari perbatasan yang menunjukkan petugas AS
menunggang kuda dengan mengepung para migran sebagai tindakan mengerikan dan
mengatakan kuda tersebut tidak akan lagi digunakan di wilayah tersebut.

Gambar-gambar yang sudah tersebar luas beberapa waktu lalu di media sosial telah membangkitkan perbandingan suram dengan perbudakan AS dan penganiayaan historis negara itu terhadap orang kulit hitam.

Hal itu menyebabkan tekanan pada pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, serta mendorong seruan dari internal Partai Demokrat untuk memberikan suaka kepada warga Haiti daripada menerbangkan mereka kembali ke negara asal mereka.

Banyak sekali warga Haiti memutuskan kabur setelah bencana gempa bumi pada tahun 2010 lalu.

Sebagian besar dari mereka yang berada di kamp itu telah tinggal di Brazil atau negara-negara Amerika Selatan lainnya dan melakukan perjalanan ke utara setelah tidak dapat memperoleh pekerjaan atau status hukum.

Tahun 2021 ini telah membawa kesulitan lebih lanjutan bagi Haiti, di mana pada Juli 2021 lalu, Presiden Haiti, Jovenel Moise, dibunuh dan pada Agustus 2021 lalu kembali terjadi bencana gempa bumi.

2. Departemen Luar Negeri AS mengkritik pengunduran diri Foote 

Baca Juga: Kepala JPU Haiti Undang PM Haiti soal Kasus Pembunuhan Moise

Pihak Departemen Luar Negeri AS mengkritik langkah pengunduran diri yang diambil oleh Foote karena mundur di saat kritis serta menolak saran bahwa kebijakan yang diajukannya telah diabaikan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan ini adalah momen
menantang yang membutuhkan kepemimpinan.

Ia menambahkan sangat disayangkan bahwa alih-alih berpartisipasi dalam proses kebijakan yang berorientasi pada solusi, Utusan Khusus Foote telah mundur dan salah menggambarkan keadaan pengunduran dirinya.

Price juga mengatakan peran penasihat Presiden adalah memberinya saran terbaik.

Pengunduran diri Foote meninggalkan kekosongan dalam jabatan Utusan Khusus AS untuk Haiti dan Duta Besar AS, Michele Sison, diperkirakan akan segera berangkat setelah dinominasikan untuk bertugas di pos Departemen Luar Negeri AS lainnya serta menambahkan suara kritis lainnya pada tanggapan pemerintah terhadap warga Haiti yang berkemah di perbatasan Texas.

Setidaknya salah satu pejabat tinggi Haiti mendukung pengunduran diri Foote sambil menuduh pemerintahan Biden telah melanggar hak-hak migran Haiti.

Menteri Pemilu Haiti, Mathias Pierre, menggambarkan ini adalah pertama kalinya pihaknya melihat seorang diplomat AS memutuskan untuk melawan kehendak pemerintah AS dan pihaknya merasa salut dengan keputusan itu.

Tak hanya itu, Pierre juga mengkritik elit-elit di Haiti, dengan mengatakan bahwa mereka telah menutup mata karena migrasi mendorong perekonomian.

3. Pemerintah AS telah mengembalikan ribuan migran Haiti serta memindahkan untuk diproses jauh dari perkemahan 

Pemerintah AS telah mengembailkan lebih dari 1.400 migran dari kamp di Del Rio, Texas, AS ke Haiti, termasuk keluarga, serta memindahkan lebih dari 3.200 orang untuk diproses jauh dari perkemahan.

Menurut pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, pada puncaknya tanggal (18/9) lalu, ada sekitar 15.000 orang di kamp itu, sekitar dua pertiga dari keluarga itu.

Banyak dari migran mengatakan mereka berharap bisa tinggal di AS dan mencari suaka.

Tetapi kebihakan pengusiran yang berlaku sejak awal pandemi COVID-19 berarti sebagian besar orang mungkin tidak mendapatkan kesempatan itu.

Beberapa diantaranya sedang dimuat ke penerbangan kembali ke Haiti sementara yang lain dilepaskan ke AS untuk mengejar kasus imigrasi mereka di pengadilan.

Setidaknya ada 4 penerbangan deportasi ke Haiti dijadwalkan Kamis waktu setempat.

Beberapa rekan-rekan dari Partai Demokrat justru mengkritik Biden karena terlalu keras, banyak di antara anggota Partai Republik mengatakan upaya Biden untuk memperkenalkan pendekatan yang lebih kemanusiaan, termasuk pembatalan beberapa tindakan Presiden AS sebelumnya, Donald Trump, telah mendorong imigrasi ilegal.

Dalam beberapa hari terakhir, populasi perkemahan kumuh di bawah jembatan di atas Rio Grande telah berkurang menjadi sekitar 4.000 orang dengan tindakan deportasi, penahanan, serta pembebasan.

Pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan bahwa penentuan siapa
yang dideportasi dan siapa yang diizinkan tinggal di AS untuk melanjutkan kasus imigrasi mereka dibuat berdasarkan kasus per kasus, tanpa memberikan jumlah pembebasan.

Seorang pengacara organisasi HAM Robert F. Kennedy, Wade McMullen, mengatakan
beberapa ratus orang kebanyaan wanita hamil dan orang tua bersama anak-anak, telah dibebaskan di Del Rio selama beberapa hari terakhir.

Yang lain telah meningalkan tepi sungai ke Meksiko agar tidak dideportasi.

Pihak berwenang Meksiko di Ciudad Acuna, di seberang perbatasan dari Del Rio, meningkatkan operasi keamanan pada Kamis waktu setempat.

Hampir 20 mobil patroli dan banyak petugas mengangkat senjata api, berbaris di sepanjang sungai tempat para migran menyeberang bolak-balik.

Baca Juga: Diduga Terlibat Pembunuhan, Kejaksaan Larang PM Haiti Pergi

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya