Puluhan Siswa yang Diculik di Laut Kamerun Akhirnya Dibebaskan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bamenda, IDN Times - Penculikan puluhan siswa yang terjadi di Laut Kamerun telah dibebaskan. Sebelumnya, sebanyak 79 anak siswa di sebuah sekolah pada awal hari Minggu telah diculik di wilayah Bamenda, Kamerun. Akan tetapi, hanya beberapa orang saja yang belum dibebaskan, yakni kepala sekolah dan seorang guru yang masih ditahan. Bagaimana awal ceritanya?
1. Pihak pemerintah Kamerun telah mengkonfirmasi pembebasan ini
Dilansir dari BBC, sebanyak 79 anak siswa yang diculik pada hari Minggu lalu telah dibebaskan. Sebelumnya, semua siswa tersebut ditinggalkan di salah satu bangunan di kota Bafut, sekitar 24 km dari Bamenda. Pemerintah melalui Menteri Komunikasi Kamerun, Issa Bakary Tchiroma, telah mengkonfirmasi pembebasan seluruh siswa tersebut meski tidak memberikan penjelasan lebih rinci.
Seorang pemuka agama yang sedang melakukan negosiasi dengan para penculik mengkonfirmasi pembebasan itu mengatakan kepala sekolah dan seorang guru. "Puji Tuhan, 78 anak-anak dan supirnya telah dibebaskan. Kepala sekolah dan seorang guru masih bersama para penculik. Mari kita terus berdoa," ungkap seorang pemuka agama, Samuel Fonki, seperti yang dikutip dari Independent.co.uk.
Baca Juga: Termakan Hoaks Penculikan Anak, Perempuan Ini Jadi Bulan-bulanan
2. Para penculik diyakini ingin membentuk sebuah negara baru
Editor’s picks
Motif para penculik puluhan siswa tersebut didasari karena ingin membentuk sebuah negara baru. Para separatis tengah berjuang membentuk sebuah negara Ambazonia. Mereka memberlakukan jam malam dan menutup beberapa sekolah di sekitar untuk dijadikan sebagai tempat pelatihan sebagai bagian dari perjuangan mereka.
Pihak militer Kamerun telah menuduh para penculik yang juga separatis ini meski pihak juru bicara separatis membantah keterlibatan kasus ini. Beberapa saat setelah terjadinya penculikan, sebuah video beredar di dunia maya yang dirilis pada hari Senin lalu menunjukkan salah satu tawanan yang mengatakan bahwa mereka ditangkap oleh "Amba Boys", istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan para separatis.
3. Presiden Kamerun memerintahkan para penculik untuk meletakkan senjata
Presiden Kamerun, Paul Biya, mengatakan kepada para separatis yang terlibat dalam penculikan untuk meletakkan senjata atau dihadapkan dengan kekuatan hukum penuh. Apa yang mereka lakukan sama saja dengan melakukan tindakan pemberontakan di dalam negara sendiri.
Selain itu, adanya diskriminasi yang dialami oleh para separatisme membuat mereka ingin melakukan pemberontakan dengan membentuk sebuah negara sendiri. Dan kebanyakan para penculik tersebut fasih dalam bahasa Inggris sehingga seringkali dianggap remeh dan menjadi sasaran rasisme. Selain itu, mereka semua juga dikeluarkan dari pekerjaan dan dokumen pemerintah setempat hanya diterbitkan dalam bahasa Perancis saja meski bahasa Inggris juga merupakan salah satu bahasa resmi di Kamerun.
Baca Juga: Tak Sanggup Bayar Tagihan, Perempuan di California Palsukan Penculikan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.