Ribuan Pendukung Trump Protes Hasil Akhir Pilpres, 20 Orang Ditangkap

Sempat terjadi kericuhan antara pro-Trump dan anti-Trump

Washington, D.C, IDN Times - Sebanyak ribuan para pendukung Donald Trump menggelar protes besar-besaran yang berakhir dengan penangkapan sebanyak 20 orang. Tak hanya itu saja, sempat terjadi kericuhan antara para pendukung Trump dengan anti-Trump yang menyebabkan 4 orang mendapatkan tikaman. Bagaimana awal ceritanya?

1. Mereka kecewa dengan keputusan yang diambil Mahkamah Agung Amerika Serikat terkait gugatan Trump

Dilansir dari BBC, di Washington D.C., para anggota polisi berusaha memisahkan kedua belah pihak, baik itu pendukung Trump maupun anti-Trump, di mana sebuah strategi yang termasuk melakukan penyegelan terhadap Black Lives Matter Plaza, tempat para demonstran tandingan berkumpul. Para demonstran pendukung Trump diikuti oleh anggota sayap kanan Proud Boys, yang berpakaian kuning dan hitam, dengan mengenakan rompi anti peluru sambil membawa tulisan "Stop the Steal". Saat malam tiba, kelompok Proud Boys dan anti demonstran antifa, saling berteriak dan menghina sehingga kericuhan antara pendukung Trump dan anti-Trump tak terhindarkan.

Penikaman yang dilakukan terhadap 4 orang terjadi di dekat pusat kota Harry's Bar, tetapi tidak jelas siapa dan dari mana kelompok yang mengalami luka-luka saat itu. Protes besar-besaran juga terjadi di Olympia, Atlanta, dan St. Paul, yang berada di Minnesota. Pihak kepolisian Olympia mengatakan 1 orang telah tertembak dan 3 orang lainnya ditangkap atas bentrok tersebut. Dengan demikian, total sebanyak 20 orang yang telah ditangkap di wilayah Washington, D.C, atas kericuhan tersebut.

2. Pidato dari 2 orang terdekat Trump mendesak Trump untuk tidak mundur memperjuangkan gugatan hasil akhir Pilpres Amerika Serikat

Ribuan Pendukung Trump Protes Hasil Akhir Pilpres, 20 Orang DitangkapKericuhan yang terjadi antara para pendukung Trump dengan anti-Trump pada hari Sabtu, 12 Desember 2020, waktu setempat. (Twitter.com/KPadhiana)

Pidato dari 2 orang terdekat Trump, Michael Flynn (manan Penasihat Keamanan Nasional era Donald Trump) dan Sebastian Gorka (mantan Pejabat Gedung Putih) mendesak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk tidak mundur dari aksi kampanye hukum untuk membalikkan hasil akhir Pemilu Presiden Amerika Serikat yang dianggapnya ada kecurangan. Flynn menyamakan situasi yang dilakukan para demonstran dengan tentara dan pendeta yang menembus tembok Yerikho dengan menggemakan seruan penyelenggara demonstrasi untuk "Jericho Merches" yang bertujuan membatalkan hasil akhir Pemilu Presiden Amerika Serikat.

Salah seorang demonstran bernama Luther Anderson mengatakan sebelumnya telah memilih Barack Obama dan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada Pemilu Presiden lalu, namun ia tidak dapat membayangkan Biden saat menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.

Alasannya, Trump telah membebaskan orang-orang berkulit hitam dari penjara melalui perombakan pidana sementara Biden hanya berkontribusi pada Undang-Undang Kejahatan tahun 1994 yang memperpanjang hukuman pidana bagi banyak orang serta banyak dari beberapa yang diantaranya berkulit hitam tetap mendekam di penjara. Ia juga seakan-akan menyalahkan media yang selalu menggambarkan sosok Biden sebagai pemimpin yang baik serta menuding Trump sebagai pemimpin yang jahat.

Baca Juga: Prioritaskan Vaksin untuk Warga AS, Trump Lakukan Ini

3. Mahkamah Agung Amerika Serikat menolak gugatan hukum yang diajukan Trump

Ribuan Pendukung Trump Protes Hasil Akhir Pilpres, 20 Orang DitangkapPresiden Amerika Serikat, Donald Trump. (Instagram.com/realdonaldtrump)

Pada hari Jumat, 11 Desember 2020, lalu pihak Mahkamah Agung Amerika Serikat menolak semua gugatan yang diajukan Trump terkait hasil akhir Pemilu Presiden Amerika Serikat 2020 ini. Keputusan tersebut dikeluarkan tanpa adanya perbedaan pendapat publik, untuk menolak tantangan tersebut adalah indikasi terkuat bahwa Trump tidak memiliki peluang untuk membalikkan hasil akhir Pemilu Presiden Amerika Serikat di pengadilan dan bahkan para hakim yang dia tempatkan di sana ternyata tidak tertarik untuk menyetujui gugatan tersebut.

Electoral College akan bersidang pada hari Senin, 14 Desember 2020, waktu setempat untuk menetapkan kemenangan Biden secara resmi. Pengacara dari pihak partai Republik, Ben Ginsberg, mengatakan upaya Trump dapat merusak hasil akhir Pemilu Presiden melalui retorika dan tantangan pengadilan yang memberikan ujian besar pada demokrasi Amerika Serikat. Ia juga menambahkan partai Republik benar-benar memiliki kewajiban untuk membuat negaranya kuat kembali serta menyembuhkan celah yang coba diletakkan Trump dalam fondasi negara dan demokrasi.

Baca Juga: Trump Tinggalkan Gedung Putih, Prancis Minta Amazon Cs Bayar Pajak

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya