Tanpa Perlawanan, Israel Kembali Tangkap 2 Napi yang Kabur

Pekan lalu, Israel sudah menangkap 4 napi kabur sebelumnya

Jakarta, IDN Times - Tentara Israel akhirnya kembali menangkap 2 napi tersisa yang kabur dari penjara Gilboa pada Minggu (19/9) waktu setempat setelah hampir 2 pekan kabur. Sebelumnya pada pekan lalu, pihak berwenang Israel kembali menangkap 4 napi yang kabur saat itu.

1. Saat penangkapan, ada bentrokan oleh para pasukan Israel dengan para demonstran Palestina

Dilansir dari BBC, tentara Israel mengatakan telah menangkap kembali 2 napi terakhir dari total sebanyak 6 napi yang kabur dari penjara Gilboa, yang dikenal dengan penjara keamanan tinggi, hampir dua pekan lalu.

Penangkapan kedua napi tersebut terjadi setelah dikepung oleh pasukan keamanan di wilayah Jenin, Tepi Barat. Sebuah penyelidikan sedang diluncurkan ke dalam insiden, yang memicu perayaan di antara warga Palestina.

Pada Minggu pagi waktu setempat, ada bentrokan antara pasukan Israel dan para demonstran Palestina di wilayah Jenin, tetapi kepolisian Israel mengatakan kedua napi itu ditangkap kembali tanpa adanya perlawanan.

Salah satu ayah dari para napi tersebut mengatakan putranya setuju untuk menyerahkan diri agar tidak membahayakan pemilik rumah.

Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan operasi untuk menangkap kembali orang-orang itu mengesankan, canggih, dan cepat, serta menambahkan apa yang salah dapat diperbaiki.

Kedua napi bernama Munadil Nafayat dan Eham Kamamji ini masing-masing menjalani hukuman tanpa dakwaan sejak tahun 2019 lalu serta seumur hidup karena kasus penculikan dan pembunuhan terhadap seorang warga Israel.

2. Pekan lalu, para napi yang kabur tertangkap di dua tempat yang terpisah

Baca Juga: MA Israel Tegakkan UU Israel Sebagai Negara Bangsa Yahudi

Pekan lalu, sebanyak 4 napi kabur sebelumnya telah ditangkap dengan di dua tempat yang berbeda. Ketika itu, dua napi ditemukan di tempat parkir pada Sabtu (11/9) lalu sedangkan dua napi lainnya ditangkap di dekat wilayah Nazareth pada Jumat (10/9) lalu.

Perburuan telah diluncurkan pada Senin (6/9) lalu setelah 6 napi kabur dari penjara Gilboa di Israel bagian utara, dalam pembobolan penjara Palestina pertama dalam skala ini selama 20 tahun terakhir.

Yang paling terkenal dari semua napi yang kabur adalah Zakaria Zubeidi, di mana pada tahun 2000an lalu ia menjadi komandan senior di Brigade Martir Aqsa, sebuah kelompok militan yang secara longgar berafiliasi dengan Fatah, kelompok sekuler yang mendominasi politik Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

Dia juga merupakan salah satu dari hampir 200 gerilyawan yang diberikan oleh amnesti oleh Israel pada tahun 2007 lalu dan dia kemudian beralih ke teater politik, yang menurutnya merupakan cara perlawanan yang lebih efektif ketimbang kekerasan.

Akan tetapi pada tahun 2019 lalu, Zubeidi ditangkap kembali oleh Israel. Saat ini, dia didakwa dengan keterlibatan dalam kasus penembakan pemukim Israel di Tepi Barat, di antara tuduhan lainnya.

Sekitar 5.000 warga Palestina dipenjara di penjara-penjara Israel. Bagi banyak warga Palestina, nasib mereka identik dengan pengalaman pendudukan sehari-hari, banyak yang mengenal seseorang yang merupakan tawanan pasukan keamanan Israel atau pernah menjadi tawanan.

3. Dalam perkembangan terbaru, sejumlah anak di Palestina menjadi sasaran penangkapan

Tanpa Perlawanan, Israel Kembali Tangkap 2 Napi yang KaburIlustrasi anak-anak di Palestina. (Pixabay.com/hosny_salah)

Sejumlah anak Palestina juga ikut terkena dampak gelombang penangkapan terbaru beberapa waktu terakhir ini. Seorang anak bernama Mustafa Amira, berusia 13 tahun, ditangkap oleh tentara Israel pekan lalu ketika dia berada di tanah desa dekat tembok pemisah yang dibangun oleh Israel untuk memisahkan daerah itu dari pemukiman.

Ayahnya bernama Khalil Amira mengatakan Mustafa dan sepupunya, Muhammad, berusia 15 tahun, ditangkap dan dipukuli oleh sekitar 10 tentara Israel dan ditahan semalam oleh kepolisian Israel tanpa diberi makanan atau air.

Mustafa terlihat bengkak di bagian mata dan memar serta luka di wajahnya. Amira mengatakan dia menahan putranya di rumah dari sekolah karena anak itu masih trauma dengan pengalamannya.

Seorang paramedis Bulan Sabit Merah Palestina di El-Bireh, Ziad Abu Latifa, mengatakan pemukulan dan pelecehan anak di bawah umum oleh pasukan keamanan Israel adalah masalah yang sedang berlangsung.

Sejumlah mahasiswa Palestina juga terjerat penangkapan tersebut. Beberapa organisasi Palestina dan karyawan mereka, termasuk komite pertanian dan kesehatan serta kelompok HAM, juga telah digerebek atau ditahan oleh otoritas Israel dalam beberapa hari terakhir ini.

Pada Rabu (15/9) lalu, tentara Israel menggerebek markas Serikat Pekerja Umum di Sektor Jasa dan Kewirausahaan di Ramallah, Palestina, yang menyita beberapa hard disk komputer dan dokumen.

Pertahanan untuk Anak Internasional Palestina (DCIP), Komite Kerja Kesehatan (HWC), dan Komite Persatuan Kerja Pertanian (UAWC) juga baru-baru ini digerebek dengan karyawan ditangkap, komputer dan dokumen disita, serta beberapa kantor ditutup paksa selama 6 bulan ke depan.

Anggota Addameer (Organisasi Tahanan Palestina), Milena Ansari, mengatakan Israel menggambarkan kelompok Palestina sebagai organisasi ilegal yang terkait dengan mempromosikan acara publik adalah serangan yang disengaja terhadap gerakan akar rumput serta solidaritas internasional terhadap kebijakan apartheid Israel.

Menurutnya, penting untuk tidak terseret ke dalam narasi peristiwa Israel karena mereka selalu berusaha membenarkan operasi militer mereka dengan alasan keamanan dan ini telah berlangsung dalam waktu yang lama.

Baca Juga: Kepolisian Israel Tahan Kerabat Narapidana yang Kabur

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya