Tiongkok dan Rusia Umumkan Rencana Bangun Stasiun Luar Angkasa

Proyek tersebut terbuka untuk semua negara di dunia

Helsinki, IDN Times - Tiongkok dan Rusia sepakat untuk berencana membangun stasiun luar angkasa bersama di Bulan dengan menandatangani perjanjian pada hari selasa, 9 Maret 2021, waktu setempat. Proyek tersebut bersifat terbuka untuk semua negara di dunia. Bagaimana awal ceritanya?

1. Itu terjadi ketika Rusia merayakan ulang tahun ke-60 penerbangan luar angkasa pertama

Tiongkok dan Rusia Umumkan Rencana Bangun Stasiun Luar AngkasaIlustrasi luar angkasa. (Pixabay.com/CharlVera)

Dilansir dari BBC, badan antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan telah menandatangani perjanjian dengan Administrasi Luar Angkasa Tiongkok untuk mengembangkan fasilitas penelitian di permukaan Bulan, orbit, atau keduanya. Sebuah pernyataan dari badan antariksa kedua negara mengatakan proyek itu akan tersedia untuk negara-negara lain di dunia. Itu terjadi ketika Rusia merayakan ulang tahun ke-60 penerbangan luar angkasa berawak pertamanya.

Pihak International Scientific Lunar Station akan melakukan berbagai penelitian ilmiah termasuk eksplorasi dan pemanfaatan Bulan. Mereka juga menambahkan kedua negara ini akan menggunakan pengalaman mereka yang terakumulasi dalam ilmu ruang angkasa, penelitian, serta pengembangan dan penggunaan peralatan luar angkasa dan teknologi luar angkasa untuk bersama-sama mengembangkan peta jalan demi pembangunan stasiun penelitian ilmiah Bulan internasional.

2. Penjelasan mengenai konsep yang akan dilakukan kedua negara

Tiongkok dan Rusia Umumkan Rencana Bangun Stasiun Luar AngkasaIlustrasi luar angkasa. (Pixabay.com/Pexels)

Konsep yang disepakati oleh kedua negara adalah konsep International Lunar Research Station (ILRS), yang merupakan tahap eksplorasi Bulan oleh Tiongkok yang evolusioner setelah disetujui serangkaian misi pertama di awal tahun 2000an. Tiongkok telah meluncurkan dua pengorbit Bulan, sepasang misi pendarat dan penjelajah, serta pada akhir 2020 lalu, misi pengembalian sampel Bulan oleh pesawat ruang angkasa Chang'e-5 yang kompleks. Pesawat ruang angkasa Chang'e-6 dengan misi pengembalian sampel kutub dan pesawat ruang angkasa Chang'e-7 dijadwalkan sekitar tahun 2023-2024.

Misi oleh pesawat ruang angkasa Chang'e-8 selanjutnya akan dirancang untuk pemanfaatan sumber daya in-situ dan uji teknologi percetakan 3D serta ilmu kehidupan yang terkait dengan potensi tinggal jangka panjang di Bulan. Misi ini akan membentuk basis robotik ILRS sebelum ekspansi ke bisnis jangka panjang. Rusia saat ini sedang bersiap untuk meluncurkan misi pendarat bulan Luna 25, Luna 26, dan Luna 27 pada tahun 2020an.

Tahap awal ILRS akan tampak terdiri dari sejumlah pesawat ruang angkasa terpisah, berbeda dengan program terintegrasi yang lebih kompleks seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional. Tiongkok juga mengembangkan kemampuan untuk penerbangan luar angkasa dan pada bulan Mei 2020 lalu, Tiongkok melakukan pengujian terhadap pesawat ruang angkasa generasi baru dan juga mengembangkan dua peluncur angkat berat terpisah untuk infrastruktur luar angkasa dan misi awak.

Baca Juga: Angkasa dalam Lensa: Cincin Api hingga "Kelelawar" dari Luar Angkasa

3. Tak hanya bersama Tiongkok, Rusia juga menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat

Tiongkok dan Rusia Umumkan Rencana Bangun Stasiun Luar AngkasaMisi pendaratan penjelajah luar angkasa dari Amerika Serikat. (Pixabay.com/stux)

Selain bekerja sama dengan Tiongkok, Rusia juga bekerjasama dengan Amerika Serikat di sektor luar angkasa. Akan tetapi, Rusia tidak menandatangani Perjanjian Artemis yang dipimpin Amerika Serikat untuk eksplorasi Bulan yang dipelopori oleh NASA. Di bawah program Artemis yang diumumkan pada tahun 2020 selama masa jabatan Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, NASA berencana untuk mendaratkan wanita pertama dan pria berikutnya di Bulan pada tahun 2024 ini.

Roscosmos pada tahun 2020 lalu kehilangan monopoli pada penerbangan awak ke International Space Station (ISS) setelah misi pertama yang berhasil dari perusahaan Amerika Serikat, SpaceX. Perusahaan milik Elon Musk ini telah menjadi pemain kunci dalam perlombaan luar angkasa modern serta telah mengumumkan rencana untuk menerbangkan beberapa anggota masyarakat ke Bulan pada tahun 2023 ini dalam perjalanan yang dibiayai oleh seorang miliarder Jepang. 

Baca Juga: AS Tuduh Rusia Sebarkan Hoaks tentang Vaksin Pfizer dan Moderna

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya