Tuntut Reformasi Konstitusi, Oposisi Tanzania Ditangkap

Pihak partai Chadema menilai kediktatoran masih berlanjut 

Dodoma, IDN Times - Partai oposisi utama Tanzania, Chadema, mengumumkan bahwa pemimpinnya, Freeman Mbowe, bersama 10 anggotanya telah ditangkap oleh pihak berwenang setempat pada hari Rabu, 21 Juli 2021, pagi waktu setempat di kota pelabuhan laut Mwanza. Pihak partai mengatakan kediktatoran di Tanzania masih berlanjut sampai saat ini. Bagaimana awal ceritanya?

1. Partai Chadema mempertanyakan keberadaan Mbowe sampai saat ini 

Tuntut Reformasi Konstitusi, Oposisi Tanzania DitangkapPemimpin Partai Chadema Tanzania, Freeman Mbowe. (Instagram.com/freemanmbowetz)

Dilansir dari Aljazeera.com, Partai Chadema mengatakan pemimpinnya dan para anggota lainnya ditangkap sebelum konferensi yang direncanakan untuk menuntut reformasi konstitusi. Mbowe bersama 10 anggota Partai Chadema ditangkap di kota pelabuhan laut Mwanza pada hari Rabu, 21 Juli 2021, pagi waktu setempat. Pihak partai mengutuk penindasan hak-hak warga Tanzania dengan kekuatan terkuat serta ini merupakan tanda-tanda bahwa kediktatoran yang ada selama pemerintahan Presiden Tanzania saat itu, John Magufuli, masih berlanjut.

Partai Chadema mengungkapkan bahwa Mbowe didatangi oleh pasukan polisi di hotel tempat ia menginap ketika dia tiba pada pukul 2:30 pagi hari yang sama dan ditangkap bersama dengan para pemimpin lainnya. Sementara anggota Partai Chadema lainnya dibawa ke kantor polisi Mwanza, tidak ada informasi mengenai keberadaan Mbowe sehingga Partai Chadema terus mempertanyakan keberadaan pemimpinnya itu. Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari kepolisian setempat mengenai penangkapan ini.

2. Penangkapan tersebut terjadi 4 bulan setelah Samia Suluhu Hassan menjabat sebagai Presiden Tanzania yang baru 

Tuntut Reformasi Konstitusi, Oposisi Tanzania DitangkapPemimpin Partai Chadema Tanzania, Freeman Mbowe. (Twitter.com/ChademaTz)

Penangkapan itu terjadi 4 bulan setelah Samia Suluhu Hassan resmi ditunjuk sebagai Presiden Tanzania sekalugus wanita pertama yang memimpin Tanzania pada Maret 2021 lalu menyusul kematian mendadak pendahulunya, John Magufuli. Ada harapan besar bahwa Hassan akan perubahan dari aturan otokratis pendahulunya, yang dijuluki "Bulldozer" karena gaya kepemimpinannya yang tanpa kompromi. Mantan Calon Presiden dari Chadema, Tundu Lissu, yang tinggal di pengasingan di eropa, mengatakan bahwa kebangkitan Hassan setelah kematian Magufuli pada Maret 2021 lalu telah membawa harapan bahwa pemerintahan teror Magufuli dan perang terhadap demokrasi akan berakhir.

Ia menambahkan penangkapan Mbowe serta para pemimpin Chadema justru menghancurkan harapan seperti itu dan saat ini protes nasional dan isolasi internasional telah terjadi terhadap rezimnya. Tak sampai di situ, penangkapan itu terjadi setelah Mbowe berjanji untuk melanjutkan pertemuan mengenai reformasi konstitusi meskipun otoritas Provinsi Mwanza melarang adanya pertemuan publik untuk menahan penyebaran COVID-19.

Sebelum ditangkap, Mbowe mengunggah sebuah video di akun media sosial Twitter miliknya pada hari Senin, 19 Juli 2021, lalu bahwa pihaknya tidak dapat melanjutkan dengan tatanan lama dan pihaknya juga memiliki hak untuk bertemu tetapi ditangkap, dipukuli, dituduh, serta dibawa ke pengadilan selama 2-3 tahun dan kemudian dibebaskan. Ia menambahkan jika mereka ingin menangkap semua anggota Partai Chadema, biarkan mereka memperluas penjara terlebih dahulu karena pihaknya semua siap ditangkap dan tidak akan meminta jaminan.

Baca Juga: Tanzania Tangguhkan Rute Penerbangan ke India

3. Pada bulan Maret 2021 lalu, pihak oposisi Tanzania menuduh adanya penyimpangan yang meluas sebelum dan selama proses pemungutan suara

Tuntut Reformasi Konstitusi, Oposisi Tanzania DitangkapIlustrasi Pemilihan Umum. (Unsplash.com/element5digital)

Partai Chadema telah mengusulkan adanya perubahan konstitusi, yang dikatakan perlu untuk melindungi demokrasi mengikuti aturan yang dibuat Magufuli. Hassan, dari Partai Chama Cha Mapinduzi yang berkuasa saat ini, telah menjabat sebagai Wakil Presiden Tanzania sebelum akhirnya menjabat sebagai Presiden Tanzania pada bulan Maret 2021 lalu.

Di bulan yang sama, pihak oposisi telah menuduh adanya penyimpangan yang meluas sebelum dan selama pemungutan suara di negara Afrika Timur tersebut yang menurut beberapa pengamat telah menyimpang tajam dari cita-cita demokrasi dalam 5 tahun terakhir ini. Tuduhan itu termasuk penolakan ribuan pemantau Pemilu, perlambatan besar-besaran dalam layanan internet dan pesan teks, serta pengisian kotak suara. Pada Pemilu Presiden Tanzania yang digelar pada akhir Oktober 2020 lalu, Magufuli dinyatakan sebagai pemenang dengan perolehan suara sebesar 84 persen, sementara Calon Presiden dari pihak oposisi, Tundu Lissu, hanya menerima suara sekitar 13 persen.

Baca Juga: Selandia Baru Ajukan Reformasi untuk Cegah Krisis Air

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya