Turki Mengutuk Sikap Perlakuan Tiongkok Terhadap Para Etnis Uighur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ankara, IDN Times - Pemerintah Turki mengeluarkan sikap mengutuk terhadap tindakan Tiongkok atas perlakuannya terhadap para etnis Uighur yang memancing reaksi dunia internasional. Mereka juga meminta Tiongkok untuk menutup beberapa kamp penahanan. Bagaimana awal ceritanya?
1. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki menilai ini bukan lagi rahasia
Dilansir dari BBC, Turki meminta Tiongkok untuk menutup beberapa kamp penahanan setelah dilaporkan kematian seorang musisi terkenal dari etnis minoritas Uighur bernama Abdulrehim Heyit. Ia diperkirakan telah menjalani hukuman selama 8 tahun penjara dan sudah ada 1 juta warga Uighur yang dilaporkan telah ditahan. Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan mereka mengalami penyiksaan di kamp konsentrasi.
Tiongkok mengatakan fasilitas tersebut adalah kamp pendidikan ulang. Orang-orang Uighur adalah minoritas muslim di Tiongkok yang percakapannya berbahasa Turki di barat laut wilayah Xinjiang, Tiongkok, yang telah lama diawasi secara ketat oleh otoritas Tiongkok. Pada pernyataan yang diungkapkan pada hari Sabtu, 9 Februari, 2019, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, mengatakan ini bukan lagi rahasia setelah tindakan pemerintah Tiongkok bertindak semena-mena terhadap para etnis Uighur.
"Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Turki Uighur yang terkena penangkapan sewenang-wenang menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak politik di penjara, menambahkan bahwa mereka yang tidak ditahan adalah di bawah tekanan besar. Diperkenalkannya kembali kamp-kamp konsentrasi di abad ke-21 dan kebijakan asimilasi sistematis pemerintah Cina terhadap Turki Uighur merupakan hal yang sangat memalukan bagi umat manusia," ungkap pernyataan dari Hami Aksoy seperti yang dikutip dari BBC.
2. Kematian Abdurehim Heyit dianggap sebagai pelanggaran HAM
Editor’s picks
Kementerian Luar Negeri Turki juga mengatakan laporan kematian Abdurehim Heyit semakin memperkuat reaksi publik di Turki terhadap pelanggaran HAM yang serius di Xinjiang dan meminta Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, untuk mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di sana. Pihak pemerintah Tiongkok mengklaim kamp penahanan di Xinjiang adalah pusat pendidikan kejuruan yang dirancang untuk membantu menghilangkan wilayah terorisme.
Pada bulan Oktober 2018 lalu, pejabat tinggi Tiongkok di Xinjiang, Shohrat Zakir, mengatakan peserta pelatihan di kamp-kamp itu berterima kasih atas kesempatan untuk merenungkan kesalahan mereka. Kelompok-kelompok HAM mengatakan kebanyakan dari mereka ditahan tanpa batas waktu serta tanpa tuduhan melakukan pelanggaran seperti menolak memberikan sampel DNA, berbicara dalam bahasa minoritas, dan berdebat dengan para pejabat.
3. Amnesty International merasa sangat prihatin atas kejadian ini
Amnesty International mengatakan sangat prihatin dengan laporan kematiannya, yang belum dikonfirmasi secara resmi. Seperti yang diketahui, Heyit adalah pemain terkenal dari Dutar dengan keahlian instrumen dua senar yang terkenal sulit dikuasai. Pada suatu waktu, ia dihormati di seluruh Tiongkok.
Ia belajar musik di Beijing dan kemudian tampil bersama kelompok seni nasional. Penahanan Heyit dilaporkan berasal dari lagu yang ia bawakan berjudul Fathers. Dibutuhkan liriknya dari puisi Uighur yang menyerukan generasi muda untuk menghormati pengorbanan mereka sebelum mereka.
Tetapi tiga kata dalam lirik "Martys of War" tampaknya membuat pemerintah Tiongkok menyimpulkan bahwa Heyit menghadirkan ancaman teroris. Hal inilah yang membuat pemerintah Tiongkok mengambil keputusan untuk menangkap Heyit dan dibawa ke kamp penahanan.
Baca Juga: Ada Teriak Khilafah hingga Pose Dua Jari pada Aksi Bela Uighur
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.