Uji Mesin Roket Tiba-Tiba Berhenti, NASA Anggap Bukan Kegagalan

Seharusnya mesin tersebut harus menyala selama 8 menit

Mississippi, IDN Times - Uji mesin roket yang dilakukan oleh NASA pada hari Sabtu, 16 Januari 2021, waktu setempat tiba-tiba berhenti serta hanya menyala selama lebih dari 1 menit dan pihak NASA menilai ini bukanlah sebuah kegagalan. Padahal, uji mesin tersebut seharusnya menyala selama 8 menit. Bagaimana awal ceritanya?

1. Tim terkait sedang mempelajari data untuk mencari tahu permasalahan dalam mesin roket tersebut

Uji Mesin Roket Tiba-Tiba Berhenti, NASA Anggap Bukan KegagalanUji coba mega roket NASA pada tanggal 16 Januari 2021 waktu setempat. (Twitter.com/NASA)

Dilansir dari BBC, uji mesin untuk mega roket NASA telah berakhir lebih awal dan keempat mesin telah menyala saat itu selama lebih dari 1 menit. Tahap inti dari Space Launch System (SLS) sedang dievaluasi di Stenis Space Center di Mississippi, Amerika Serikat, di mana mesin tersebut seharusnya menyala selama 8 menit untuk mensimulasikan pendakian roket ke orbit. SLS merupakan bagian dari program NASA, Artemis, yang bertujuan untuk mengembalikan orang Amerika Serikat ke permukaan bulan pada tahun 2020an.

Ketika melakukan penerbangan perdananya, SLS akan menjadi roket paling kuat yang pernah terbang ke luar angkasa. Tim di Stennis sedang mempelajari data untuk mencari tahu apa yang terjadi dalam mesin tersebut dan manajer program SLS di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA di Alabama, John Honeycutt, mengatakan ada banyak dinamika yang terjadi saat mesin dimatikan. Masalah yang belum diketahui memicu apa yang disebut NASA sebagai identifikasi kegagalan, diikuti oleh kegagalan komponen tersebut.

Sebagai akibat dari kesalahan tersebut, komputer onboard, yang dikenal sebagai pengontrol mesin, mengirim pesan ke komputer lain yang disebut pengontrol tahap inti, yang mengambil keputusan untuk mematikan kendaraan.

2. Pejabat NASA masih belum memutuskan apakah menjalankan kembali tes hotfire

Uji Mesin Roket Tiba-Tiba Berhenti, NASA Anggap Bukan KegagalanUji coba mega roket NASA pada tanggal 16 Januari 2021 waktu setempat. (Twitter.com/NASAKennedy)

Administrator NASA, Jim Bridenstine, menolak menyebut uji coba tersebut sebagai kegagalan dan ia menambahkan sebelum pihaknya menempatkan astronot Amerika di roket Amerika, saat itulah pihaknya membutuhkannya untuk menjadi lebih sempurna. Pejabat NASA juga belum memutuskan apakah akan menjalankan kembali hotfire, sebuah uji coba di mana keempat mesin RS-25 dinyalakan bersamaan, atau melanjutkan pengiriman tahap inti ke Kennedy Space Center (KSC) di Florida untuk mempersiapkannya demi penerbangan perdana roket, sebuah misi yang disebut Artemis-1.

Mengenai peluncuran roket yang direncanakan tahun 2021 ini, Jim Bridenstine menilai masih terlalu dini dan sedang mencari tahu apa yang salah pada mesin itu. Misi Artemis-1 akan mengevaluasi bagaimana kinerja kapsul SLS dan Orion sebelum NASA melakukan pengulangan putaran bulan dengan astronot pada tahun 2023 ini. Hal in juga akan diikuti oleh pendaratan pertama manusia di Bulan sejak misi Apollo 17 pada tahun 1972 lalu.

Baca Juga: 5 Fakta Roscosmos, Badan Antariksa Milik Rusia Pesaing NASA

3. Sistem Peluncuran Luar Angkasa NASA pertama kali dibuat pada tahun 2011 lalu

Uji Mesin Roket Tiba-Tiba Berhenti, NASA Anggap Bukan KegagalanUji coba mega roket NASA pada tanggal 16 Januari 2021 waktu setempat. (Twitter.com/NASAKennedy)

Sistem Peluncuran Luar Angkasa NASA pertama kali dibuat pada tahun 2011 dan pada akhirnya bersatu untuk perjalanan tanpa awak di sekitar Bulan akhir tahun 2021 ini. Setiap roket SLS akan menggunakan 4 mesin roket RS-25 untuk meluncurkan tahap inti sejauh 65 meter. Roket tersebut juga akan mengandalkan dua pendorong roket padat dan sebuah panggung atas untuk meluncurkan kapsul awak NASA, Orion, di luar orbit.

Badan NASA saat ini memiliki 16 mesin RS-25, yang diselamatkan dari program pesawat ulang-alik yang saat ini sudah tidak terpakai. Mesin tersebut akan digunakan pada empat peluncuran roket SLS pertama untuk misi Artemis 1 hingga Artemis 4. Karena mesin pada misi pertama itu merupakan sisa pesawat ulang-alik, mereka telah dirombak dengan pengontrol komputer baru serta peningkatan yang memastikan mereka dapat menangani tuntutan kinerja yang lebih tinggi dari peluncuran SLS.

Itu bukanlah satu-satunya bagian yang didaur ulang dari program-program sebelumnya. Seperti mesinnya, penguat roket padat juga digunakan untuk mendorong armada pesawat ulang-alik NASA ke orbit. Mereka juga telah dimodifikasi untuk bekerja dengan SLS, tetapi mereka tidak akan digunakan selamanya karena seiring perkembangan teknologi, penguat samping akan ditukar dengan penguat yang lebih canggih lagi.

SLS akan berisi sepasang booster yang diikat ke sisi panggung inti yang terdiri dari empat mesin RS-25 di dasar kendaraan dan ditumpuk di atasnya akan menjadi komponen roket dengan kapsul Orion dan modul servis yang bertengger di atasnya. Seluruh kendaraan akan ditutup dengan sistem orbit peluncuran yang dirancang untuk menarik kapsul menjauh dari roket jika terjadi kesalahan selama peluncuran. NASA telah secara sistematis menguji berbagai komponen roket SLS selama beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Akan Digunakan NASA untuk Misi Deep Space, Ini 5 Fakta Pesawat Orion

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya