UU Buruh Tuai Kecaman, Demonstran Serbu Kantor Media Hungaria

Sebelumnya, 2 anggota parlemen diusir saat siarkan petisi

Budapest, IDN Times - Kantor salah satu media di Hungaria kini menjadi sasaran amarah publik yang dimana undang-undang tersebut dinilai kontroversial. Sebelumnya, 2 anggota parlemen yang mencoba menyiarkan petisi penolakan undang-undang tersebut diusir dari kantor media tersebut. Bagaimana awal ceritanya?

1. Alasan mereka menolak undang-undang tersebut dinilai seperti "undang-undang perbudakan"

UU Buruh Tuai Kecaman, Demonstran Serbu Kantor Media Hungariatwitter.com/AJENews

Dilansir dari BBC, kantor media publik Hungaria, MTVA, menjadi sasaran amarah publik yang menentang Undang-Undang Buruh. Mereka menentang undang-undang tersebut karena dinilai seperti "undang-undang perbudakan". Sebelumnya, 2 anggota parlemen yang ingin mencoba menyiarkan petisi untuk publik dengan menolak undang-undang tersebut telah diusir oleh kantor MTVA.

Karena dikeluarkan secara paksa, anggota parlemen oposisi telah mengambil tempat mereka. Aturan tersebut menyebutkan bahwa perusahaan dapat membayar hingga 400 jam lembur setiap tahunnya dan menunda pembayaran tersebut hingga 3 tahun, meskipun saat ini sedang diperdebatkan oleh koalisi MEP, koalisi penguasa saat ini. Kedua anggota parlemen tersebut telah mendengar teriakan protes pengunjuk rasa dan terlibat perkelahian dengan penjaga keamanan kantor tersebut.

Reformasi lain yang disahkan oleh parlemen, yang didominasi oleh partai penguasa saat ini, termasuk tagihan yang membuka jalan bagi pengadilan administratif baru untuk mengawasi kasus administrasi publik. Menteri Kehakiman Hungaria, Laszlo Trocsanyi, yang juga merupakan sekutu dekat dari perdana menteri Hungaria, Viktor Orban, akan mengawasi proses pengadilan, yang menyebabkan sejumlah orang memperingatkan bahwa perdana menteri dapat memiliki pengaruh politik yang sangat besar terhadap sistem peradilan.

2. Selain menuntut undang-undang tersebut, pengunjuk rasa meminta Hungaria untuk bergabung dengan Kantor Penuntut Umum Uni Eropa

UU Buruh Tuai Kecaman, Demonstran Serbu Kantor Media Hungariatwitter.com/Atlatszo

Unjuk rasa besar-besaran yang terjadi selama 5 hari beruntun ini dipimpin oleh anggota serikat pekerja dan mahasiswa, meskipun ada bendera dari partai Hakbik di sayap kanan Hungaria serta topeng anti pemerintahan Guy Fawkes juga terlihat di jalanan.

Selain menentang Undang-Undang Buruh, para pengunjuk rasa juga menuntut penyeruan pengadilan independen, media publik independen, serta Hungaria untuk bergabung dengan Kantor Penuntut Umum Uni Eropa. Protes yang terjadi selama 5 hari terakhir ini adalah yang paling kejam di Hungaria selama lebih dari satu dekade dengan sebanyak puluhan orang ditangkap dan setidaknya ada 14 polisi mengalami luka-luka.

Kantor media yang diserbu oleh para pengunjuk rasa di Budapest telah dikelilingi oleh pasukan polisi anti huru hara pada hari Senin, 17 Desember 2018, waktu setempat tetapi jumlah pengunjuk rasa kali ini lebih sedikit ketimbang hari-hari sebelumnya sejak protes tersebut dimulai pada hari Rabu, 12 Desember 2018, lalu. Pemerintah menilai perlu adanya reformasi tenaga kerja yang dinilai justru menguntungkan para pekerja serta perusahaan yang perlu mengisi kekurangan tenaga kerja atau buruh. Namun, sebagian besar buruh di Hungaria protes dengan kebijakan tersebut.

3. Hungaria merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran paling rendah di Uni Eropa

UU Buruh Tuai Kecaman, Demonstran Serbu Kantor Media Hungariatwitter.com/almodozo

Hungaria merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran terendah di Uni Eropa, yakni mencapai 4,2% pada tahun 2017. Meski demikian, pemerintah Hungaria mengatakan undang-undang yang dibuatnya bisa mengatasi kekurangan tenaga kerja. Populasi di Hungaria tiap tahun semakin menurun karena jumlah kematian lebih banyak ketimbang kelahiran seperti yang diungkapkan oleh lembaga statisik Eropa.

Anggota Koalisi MEP oleh partai Fidesz, Gyorgy Schopflin, mengatakan bahwa reformasi ini telah terdistorsi oleh pihak oposisi. Bahkan, secara terang-terangan mereka menyebut demonstrasi ini digerakkan oleh seorang milyarder Amerika Serikat yang juga kelahiran Hungaria, George Soros. Mendengar tudingan tersebut, Soros langsung membantah dan mengatakan pihak berwenang Hungaria menggunakannya sebagai kambing hitam masalah ini.

Baca Juga: Demonstran Unjuk Rasa di Paris, 107 Orang Ditangkap Polisi

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya