Lebanon Tak Sanggup Tangani Gelombang Baru COVID, Rumah Sakit Kolaps

Rumah sakit Lebanon hanya dialiri listrik selama 2-3 jam

Jakarta, IDN Times - Tekanan krisis ekonomi Lebanon di tengah pandemik membuat negara kecil di Timur Tengah ini mengaku tidak sanggup menghadapi gelombang baru COVID-19.

Seorang direktur rumah sakit mengungkap pihaknya sudah berjuang namun pada kenyataannya mereka dihadapkan dengan fakta kurangnya obat-obatan dan eksodus tenaga kesehatan ke luar negeri, ditambah fasilitas kesehatan negara itu sekarang juga harus menghadapi pemadaman listrik hampir sepanjang waktu.

"Semua rumah sakit sekarang kurang siap daripada saat gelombang di awal tahun," kata Firass Abiad, manajer rumah sakit umum terbesar di Lebanon, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (25/7/2021).

1. Rumah sakit kolaps karena hanya mendapat aliran listrik 2-3 jam

Lebanon Tak Sanggup Tangani Gelombang Baru COVID, Rumah Sakit KolapsPersonel unit kesehatan bersiap membantu menangani wabah virus corona dalam tur media yang diselenggarakan oleh pejabat Hisbullah di pinggiran kota bagian selatan Beirut, Lebanon,pada 31 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aziz Taher

Firass Abiad mengungkap bahwa sejumlah tenaga medis dan perawat telah pergi, membuat Lebanon kini kekurangan tenaga kesehatan di tengah ancaman pandemik COVID-19.

"Obat-obatan yang dulu tersedia telah habis, dan pemutusan aliran listrik yang berkepanjangan telah membuat rumah sakit terus-menerus terancam," lanjutnya.

Bahkan, kata dia, Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri yang dikelolanya pun berjuang untuk mengatasinya.

“Kami hanya mendapat listrik dua sampai tiga jam, dan sisanya ke genset,” kata Abiad.

Selain khawatir mereka bisa kehabisan tenaga, para tenaga medis memiliki beban besar karena harus terus-menerus berburu bahan bakar minyak.

Baca Juga: Bank Dunia Ancam Hentikan Pendanaan Vaksin COVID-19 untuk Lebanon

2. Harga komoditas naik hingga 80 persen, obat-obatan langka

Lebanon Tak Sanggup Tangani Gelombang Baru COVID, Rumah Sakit Kolapsilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain itu, permintaan besar untuk komoditas yang semakin langka telah mendorong harga-harga naik lebih dari 80 persen sejak 17 Juni 2021.

Bahkan di Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri yang bergengsi, beberapa obat-obatan rutin habis. "Beberapa hari ini antibiotik (habis), yang lain anestesi," kata kepala rumah sakit.

Yang lebih miris, dia mengungkap terkadang pihak rumah sakit terpaksa meminta kerabat pasien untuk mencari sendiri obat-obatan dari rumah sakit atau apotek lain.

3. Ekspatriat Lebanon liburan dan berkumpul dengan kerabat hingga kasus COVID-19 melonjak

Lebanon Tak Sanggup Tangani Gelombang Baru COVID, Rumah Sakit KolapsIlustrasi COVID-19. (IDN Times/Aditya Pratama)

Setelah sempat turun selama musim semi, kasus COVID-19 di Lebanon meningkat lagi ketika ekspatriat mendatangi rumah-rumah musim panas, dan banyak yang berkumpul dengan keluarga dan teman.

Pada Kamis lalu saja, 98 orang dinyatakan positif COVID-19 setibanya di bandara Beirut, kata kementerian kesehatan setempat.

"Ini bisa menjadi bencana jika kenaikan jumlah virus corona ini mengarah ke lonjakan seperti yang kita lihat di awal tahun," kata Abiad.

Baca Juga: Varian Baru Covid-19 Sudah Sampai Lebanon dan Jerman

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya