Malala Khawatirkan Nasib Perempuan Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai meminta agar dunia memastikan perlindungan atas hak-hak perempuan Afghanistan setelah negara itu dikuasai kelompok Taliban.
"Kita tidak bisa berkompromi tentang perlindungan hak-hak perempuan dan perlindungan martabat manusia," kata Malala dalam panel tentang pendidikan anak perempuan Afghanistan di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat seperti dikutip dari ANTARA, Sabtu (25/9/2021).
1. Malala sampaikan kekhawatirannya terhadap nasib pendidikan perempuan di Afghanistan setelah Taliban berkuasa
Aktivis perempuan berusia 24 tahun itu menyampaikan kekhawatirannya terhadap kelompok Taliban yang akan memberlakukan aturan keras terhadap perempuan di Afghanistan, seperti yang pernah mereka lakukan saat pertama kali berkuasa 20 tahun lalu. Apalagi saat ini berbagai negara dan organisasi mulai mengambil sikap terhadap Taliban.
Padahal, menurut Malala, ketika Taliban tak berkuasa, kesempatan kerja dan pendidikan bagi perempuan Afghanistan telah sangat berkembang.
"Sekarang saatnya kita berpegang pada komitmen dan memastikan hak-hak perempuan Afghanistan dilindungi, dan salah satu yang penting adalah hak atas pendidikan," ujar Malala yang bergabung dalam sesi PBB tersebut melalui video.
Baca Juga: Taliban Minta Menlu Afghanistan Berbicara di Sidang Majelis Umum PBB
2. Malala korban penembakan Taliban saat masih berusia 15 tahun
Malala selamat dari terjangan peluru yang ditembakkan Taliban ke kepalanya pada 2012 saat dia berusia 15 tahun.
Sejumlah anggota Taliban mengincar aktivis pendidikan asal Pakistan itu karena keberaniannya berbicara lantang tentang pendidikan bagi anak perempuan. Serangan terhadap Malala menyulut kemarahan di Pakistan dan dunia internasional.
Editor’s picks
Beberapa pemimpin dunia berjanji untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak perempuan Afghanistan pada pertemuan tahunan PBB minggu ini, tetapi tidak jelas bagaimana mereka akan melakukannya.
3. Taliban hanya membuka sekolah menengah untuk anak laki-laki
Kekhawatiran atas hak-hak perempuan di Afghanistan meningkat sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus, 20 tahun setelah mereka digulingkan dari kekuasaan oleh pasukan Barat menyusul serangan 11 September 2001 di AS.
Taliban mengatakan mereka telah berubah sejak pemerintahan 1996-2001, ketika mereka melarang perempuan meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki.
Taliban menimbulkan keraguan tentang seberapa besar mereka akan menghormati hak-hak perempuan ketika kelompok itu mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan membuka sekolah menengah untuk anak laki-laki, tetapi tidak untuk anak perempuan.
4. Presiden Uni Eropa dan PM Spanyol angkat bicara soal Taliban
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan keinginan Taliban untuk diakui secara internasional adalah satu-satunya pengaruh global untuk menekan pemerintah yang inklusif dan menghormati hak-hak, terutama bagi perempuan, di Afghanistan.
Di antara mereka yang berbicara di PBB tentang penderitaan perempuan dan anak perempuan Afghanistan adalah Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez.
"Tidak ada masyarakat, yang mengizinkan hanya setengah populasinya untuk bergerak maju dan dengan sengaja membuat setengah lainnya terbelakang, akan langgeng," kata Sanchez.
Baca Juga: Taliban: Mujahidin yang Sakiti Rakyat Afghanistan Bukan Barisan Kami!