Kamp Diserbu Pengunjuk Rasa, Pasien Ebola di Kongo Melarikan Diri

Pengunjuk rasa memprotes penundaan pemungutan suara

Beni, Kongo, IDN Times - Dilansir melalui The Japan TimesBBC dan abc.net.au, sebuah kamp perawatan pasien ebola di timur Republik Demokratik Kongo pada hari Kamis (27/12) telah diserang oleh pengunjuk rasa yang memprotes penundaan pemungutan suara, menurut Kementerian Kesehatan.

1. Sejumlah pasien ebola melarikan diri karena diserang

Kamp Diserbu Pengunjuk Rasa, Pasien Ebola di Kongo Melarikan Dirijapantimes.co.jp (AFP-JIJI)

Kementerian kesehatan Republik Demokratik Kongo mengatakan bahwa 24 pasien telah melarikan diri dari pusat perawatan Ebola di Beni ketika diserang oleh pengunjuk rasa.

"Dari 24 pasien, 17 orang pernah dites dan hasilnya negatif (ebola) satu kali. Mereka harus diuji lagi untuk kedua kalinya sebelum dipulangkan," kata seorang juru bicara Kementerian Kesehatan.

Dilansir melalui abc.net.au, juru bicara Kementerian, Jessica Ilunga mengatakan bahwa 17 pasien sudah dites negatif untuk ebola, sementara tujuh pasien belum dites.

Ilunga menambahkan bahwa tiga pasien telah kembali ke kamp perawatan, sementara petugas kesehatan sedang melakukan kontak dengan 17 orang lainnya untuk mengkoordinasikan kembalinya mereka.

"Pejabat kesehatan memiliki alamat dan nomor telepon untuk empat yang tersisa," ujar Ilunga.

2. Pemicu penyerangan di kamp perawatan karena adanya pengumuman penundaan pemungutan suara

Kamp Diserbu Pengunjuk Rasa, Pasien Ebola di Kongo Melarikan Diribbc.com (REUTERS)

Dilansir melalui The Japan Times, insiden penyerangan ini terjadi menyusul adanya pengumuman bahwa pemilihan yang direncanakan untuk hari Minggu di wilayah tersebut, sekali lagi ditunda karena kerusuhan lokal serta merebaknya wabah ebola. Pada hari Rabu komisi pemilihan negara Kongo mengatakan adanya kerusuhan di wilayah tersebut dan wabah ebola adalah sebagai alasan lebih lanjut mereka menunda pemilihan nasional di sana.

Sedikitnya tiga tenda di tepi lokasi digeledah paksa, tenda perawatan ini dijalankan oleh Mèdecins Sans Frontiéres (MSF). Sejumlah polisi berpatroli di lokasi setelah insiden tersebut, menurut keterangan dari koresponden AFP.

"Beberapa pengunjuk rasa, mereka pergi ke zona terkontaminasi di kamp tersebut," Menurut seorang aid worker.

"Para pengunjuk rasa ingin menyerang pusat transit dan membakar beberapa tenda," ujar Kementerian Kesehatan.

Otoritas kesehatan telah berulang kali mengatakan bahwa itu (ebola) tidak akan mencegah berlangsungnya pemungutan suara namun penduduk setempat mengatakan wabah ebola digunakan sebagai alasan untuk mencabut hak pilih mereka. Komisi Pemilihan juga menunda pemilihan di Yumbi, kota bagian barat karena kekerasan etnis yang menewaskan 100 orang.

Menurut berita yang dilansir melalui BBC selain Beni, penundaan pemungutan suara hingga Maret juga terjadi di wilayah Butembo dan Yumbi.

"Namun pemungutan suara akan terus berlangsung di seluruh wilayah negara seperti yang dijadwalkan yaitu pada hari Minggu, dan presiden berikutnya akan dilantik 18 Januari," ujar komisi pemilihan.

Hal ini memicu unjuk rasa dan serbuan ke kamp perawatan ebola di Beni, Kongo.

Baca Juga: Wabah Ebola Melanda Kongo, 200 Warga Dilaporkan Tewas

3. Pengunjuk rasa dipukul mundur oleh pasukan perdamaian PBB

Kamp Diserbu Pengunjuk Rasa, Pasien Ebola di Kongo Melarikan Dirialjazeera.com (AFP/Alexis Huguet)

Aruna Abedi, wakil direktur pusat isolasi ebola di Beni mengatakan bahwa para pengunjuk rasa menyerang kantor dan badan pemerintah yang mengkoordinir dan menanggapi permasalahan ebola sebelum pasukan penjaga perdamaian PBB mendorong mereka untuk kembali.

"Para pengunjuk rasa berusaha mendorong pintu utama," ujar dr Abedi.

"Ada sekelompok pengunjuk rasa yang ingin memasuki kantor CENI (komisi pemilihan) untuk menuntut penarikan keputusan, tetapi petugas polisi dan tentara yang ada di sana menembak untuk membubarkan para pengunjuk rasa," kata Giscard Yere seorang warga Beni.

Kolonel Safari Kazingufu komandan polisi di Beni mengatakan pasukannya telah dikerahkan ke seluruh kota untuk memulihkan ketertiban, termasuk di sekitar pusat perawatan Ebola

4. Sekilas tentang pemilu Kongo

Kamp Diserbu Pengunjuk Rasa, Pasien Ebola di Kongo Melarikan Diritwitter.com/luchaRDC

Pemilihan kali ini untuk mengggantikan Joseph Kabila yang telah memerintah menggantikan ayahnya yang terbunuh pada tahun 2001. Pemilihan di Kongo direncanakan pada tahun 2016 namun berulang kali tertunda.

Kekosongan kekuasaan berturut turut juga memicu kekerasan militer di wilayah timur Kongo yang berbatasan dengan Rwanda dan Uganda yang dapat mengancam keselamatan pemilih di wilayah tersebut. Pemilihan ini menjadi transfer kekuasaan yang pertama secara demokratis di Kongo.

Emmanuel Ramazani Shadary menghadapi dua penantang utama dari 21 kandidat, yaitu Felix Tshisekedi, presiden partai oposisi terbesar Kongo dan Martin Fayulu, mantan menejer Exxon Mobil dan anggota parlemen nasional.

5. Wabah ebola di Kongo

Kamp Diserbu Pengunjuk Rasa, Pasien Ebola di Kongo Melarikan Diriabc.net.au (Mèdecins Sans Frontiéres)

Kongo mengumumkan adanya epidemi ebola pada Agustus 2018 dan wabah ini telah merenggut 356 nyawa. Ebola telah menimbulkan kekhawatiran bahwa penyakit ini dapat menyebar ke kota-kota besar lainnya di wilayah seperti Goma dan Kisangani bahkan negara tetangga Uganda.

Beni, Butembo dan wilayah pedesaan di sekitarnya juga berjuang melawan ebola yang sekarang menjadi peringkat kedua wabah paling mematikan dalam sejarah sejak Agustus. Banyak penduduk lokal enggan divaksinasi dan lainnya menolak gagasan penguburan yang aman bagi korban wabah ebola. Sejauh ini ebola diperkirakan telah menewaskan lebih dari 350an orang.

Baca Juga: Tiga Pasien Terinfeksi Ebola di Republik Kongo Kabur dari Rumah Sakit

Dyah Photo Verified Writer Dyah

Create your own magic

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya