Goyahnya Predikat Negara Paling Islami pada Selandia Baru

Terkoyaknya kemanusiaan di negara paling Islami sedunia

Jakarta, IDN Times - Serangan penembakan menyerang dua masjid di wilayah Christchurch, New Zealand, pada Jumat (15/3). Satu dari empat pelakunya adalah warga negara Australia, Brenton Tarrant. Sementara, diduga penembakan pada dua masjid di kota Christchurch tersebut terkait dengan manifesto anti-imigran dan anti-Muslim. Hal ini disebabkan akun media sosial milik Brenton sempat mengunggah tautan ke manifesto 87 halaman berisi ide-ide anti-imigran, anti-Muslim, dan penjelasan tentang sebuah serangan. Akun tersebut bahkan sempat menyiarkan secara langsung serangan penembakan tersebut, yang memperlihatkan jelas moncong senjata sedang mengarahkan tembakan. Senjata terlihat mirip dengan Riffle di game PUBG.

Serangan ini menggemparkan dan mengundang simpati dari dunia. Terkoyaknya kedamaian Selandia Baru lewat serangan di masjid tersebut seolah mematahkan fakta Selandia Baru sebagai negara paling Islami di dunia. Sebuah penelitian sosial bertema “How Islamic are Islamic Countries” oleh Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington University, menyebutkan Selandia Baru sebagai negara paling Islami. Hasil penelitian dipublikasikan dalam Global Economy Journal (Berkeley Electronic Press, 2010). Pertanyaannya, mengapa Selandia Baru yang terpilih di antara sekian negara Islam, atau negara dengan penganut Islam terbanyak lainnya?

Baca Juga: Alasan Penembakan Masjid Christchurch Bisa Disiarkan Live di Facebook

1. Nilai moral bukan patokan

Goyahnya Predikat Negara Paling Islami pada Selandia BaruUnsplash/SyedHussaini

Penilaian dilakukan berdasarkan nilai-nilai Islam yang diajarkan dalam Al Quran dan hadis, serta bagaimana praktiknya dalam kehidupan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Nilai-nilai Islami tersebut bukan semata nilai moral, melainkan nilai-nilai budaya yang mencerminkan keadilan, saling menghormati, saling berbagi, dan kebebasan, termasuk di dalamnya kebebasan beragama itu sendiri. Hasil penelitian menilai, nilai-nilai tersebut justru terkadang hilang dalam negara Islam sendiri.

2. Karakteristik yang menunjukkan nilai Islami sebenarnya

Goyahnya Predikat Negara Paling Islami pada Selandia BaruUnsplash/IsaiahRustad

Profesor Askari menggarisbawahi, banyak negara Islam atau dengan umat Islam terbanyak justru melakukan praktik ketidakadilan, korupsi, dan tidak memperhatikan pembangunan serta kesejahteraan warganya. Hal ini tidak sejalan dengan ajaran Islam dan perilaku Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin yang adil.

“Jika negara, masyarakat, atau komunitas memperlihatkan karakteristik seperti korupsi, penindasan, ketimpangan hukum dan sosial, pengekangan terhadap kebebasan memilih, dan agresi sebagai instrumen resolusi konflik alih-alih dialog dan rekonsiliasi, ketidakadilan dalam berbagai bentuk, itu adalah bukti kuat bahwa mereka bukan negara, masyarakat, atau komunitas yang Islami,” jelas Profesor Askari.

3. Selandia Baru beroleh nilai tertinggi untuk hukum dan pemerintahannya

Goyahnya Predikat Negara Paling Islami pada Selandia BaruUnsplash/AliceDonovanRouse

Baca Juga: Jokowi: Siapa Pun Pelakunya, Indonesia Kecam Keras Penembakan Ini

Indeks Negara Islami menggunakan 4 hal yang menjadi parameter, yaitu ekonomi, hukum dan pemerintahan, hak asasi dan politik, serta hubungan internasional. Indeks tersebut mengukur seberapa dekat kebijakan dan pencapaian negara dalam merefleksikan nilai-nilai Islami di atas. Dari keempat parameter, Selandia Baru memperoleh nilai tertinggi lewat hukum dan pemerintahan, menyusul hak asasi dan politik, ekonomi, kemudian hubungan internasional.

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya