Indonesia, Malaysia dan Singapura Angkat Bicara Soal Korban Asap yang Diduga Capai 100.000 Orang

Ketiganya membantah!

Pada 2015, kabut asap dari Indonesia mencapai level tertinggi. Sebuah studi dari gabungan dua Universitas, Harvard dan Columbia menemukan bahwa kabut asap yang menerjang Indonesia, Malaysia dan Singapura memakan korban besar. Dari hasil studi mereka, ditemukan bahwa kandungan partikel berbahaya dapat menyebabkan kematian bagi warga dari ketiga negara bila menghirup oksigen yang terkontaminasi.

Usai studi tersebut dipublikasikan dan Indonesia jadi sorotan dunia, justru bukan hanya negara kita yang membuat pembelaan. Penyangkalan tersebut juga datang dari Malaysia dan Singapura. Perwakilan ketiga negara langsung membuat pernyataan bahwa hasil studi tersebut meleset.

Indonesia, Malaysia dan Singapura 'bersekutu' untuk menyangkal studi.

Indonesia, Malaysia dan Singapura Angkat Bicara Soal Korban Asap yang Diduga Capai 100.000 Orangtodayonline.com

Dari Indonesia, juru bicara pihak penanggulangan bencana dalam negeri mengatakan kalau riset tersebut kemungkinan berdasarkan informasi yang salah. Menurut juru bicara tersebut, seperti dikutip dari Guardian, pihak Indonesia telah melakukan riset sendiri dan menemukan bahwa korban meninggal mencapai 24 orang yang di antaranya merupakan petugas pemadam api.

Sementara itu, Singapura melalui Menteri Kesehatan, Gan Kim Yong mengatakan terpaan jangka pendek dari asap tidak menyebabkan masalah kesehatan yang begitu serius bagi warga. Menurut Kim Yong, studi tersebut tidak berdasarkan kondisi atau fakta di lapangan.

Indonesia, Malaysia dan Singapura Angkat Bicara Soal Korban Asap yang Diduga Capai 100.000 Orangsbs.com.au

Menteri Kesehatan Malaysia, Subramaniam Sathasivam pun mengatakan hal serupa dengan menyebut studi tersebut hanya berdasarkan data komputer bukan dari fakta asli di lapangan. Menurut Suubramaniam warga Malaysia yang meninggal dunia sebagian besar bukanlah disebabkan oleh kabut asap.

Rata-rata mereka yang berusia 80 tahun justru terkena tekanan darah tinggi dan diabetes. Maka, tidak masuk akal jika dikaitkan dengan kabut asap. Namun, Subramaniam justru tidak bisa menjelaskan kenapa penyakit jantung dan penumonia justru meningkat. Padahal kedua penyakit tersebut masuk dalam daftar yang disebabkan oleh partikel PM 2.5.

Baca Juga: Indonesia DARURAT ASAP!

Indonesia dan kabut asap yang sudah mulai berkurang.

Indonesia, Malaysia dan Singapura Angkat Bicara Soal Korban Asap yang Diduga Capai 100.000 OrangReuters via todayonline.com

Seperti diberitakan sebelumnya, kabut asap Indonesia berpotensi membunuh 100.300 orang yang di antaranya 6.500 dari Malaysia dan 2.200 lainnya merupakan warga Singapura. Sementara Indonesia sendiri mencatatkan hampir 92.000 nyawa jadi korban kabut asap ini. Angka tersebutlah yang dibantah oleh para perwakilan ketiga negara.

Akibat tingginya jumlah kabut asap pada 2015 itu, seperti dikutip dari VnExpress International, setiap tahunnya pula Indonesia mendapat kritik dan protes dari Singapura dan Malaysia. Namun, tahun 2016 ini dikabarkan kabut asap telah berkurang.

Indonesia, Malaysia dan Singapura Angkat Bicara Soal Korban Asap yang Diduga Capai 100.000 Oranglifegate.com

Ketegasan pemerintahan yang akhirnya mau ambil bagian dalam pengurangan kabut asap pun dipuji. Usaha mereka mampu membuat para perusahaan menghentikan pembakaran dan pembalakan liar dari hutan Kalimantan dan Sumatera. Menurut data dari pemerintah beberapa area kecil saja yang terlihat titik apinya.

Sampai saat ini, studi tersebut masih diperdebatkan. Belum ada bukti kuat baik dari studi maupun pemerintah terkait jumlah korban.

Baca Juga: Kabut Asap Indonesia Berpotensi Telan Nyawa Hingga 100.000 Orang, Dunia Minta Pemerintah Beraksi!

Topik:

Berita Terkini Lainnya