35 Negara Tolak Keikutsertaan Rusia di Olimpiade Paris 2024

Rusia harus akhiri perang jika ingin kembali ke olimpiade

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 35 negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Kanada, dan Jerman, sepakat untuk menolak keterlibatan Rusia dalam Olimpiade Paris 2024 mendatang.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (20/2/2023), para pejabat negara tersebut mendesak International Olympic Committee (IOC) untuk mengklarifikasi definisi "netralitas". Dengan demikian, atlet Rusia-Belarus tidak bisa berlindung di balik kata "netralitas" agar bisa tampil di olimpiade. 

“Selama masalah fundamental ini dan kurangnya kejelasan dan detail konkret pada model ‘netralitas’ yang diterapkan tidak ditangani, kami tidak setuju atlet Rusia dan Belarus diizinkan kembali ke kompetisi,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

1. Pro dan kontra terkait tim Rusia dan Belarus yang bertanding sebagai atlet netral

Pernyataan tersebut merupakan hasil dari pertemuan puncak pada 10 Februari di London, di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa atlet Rusia tidak mendapat tempat di Olimpiade Paris selama invasi ke Ukraina terus berlanjut.

"Sementara Rusia membunuh dan meneror, perwakilan negara teroris tidak memiliki tempat di kompetisi olahraga dan Olimpiade," kata Zelenskyy.

IOC diketahui sedang berupaya mencari cara agar atlet Rusia dizinkan ikut Olimpiade. Hal ini mengikuti pendapat pakar hak asasi manusia PBB, yang menyatakan bahwa orang Rusia dan Belarus tidak boleh didiskriminasi hanya karena paspor yang mereka pegang.

Oleh sebab itu, IOC menginginkan atlet dari negara tersebut, yang tidak mendukung perang, dapat berkompetisi sebagai atlet netral tanpa simbol negara.

Terkait hal tersebut, pejabat dari negara yang menentang mengatakan bahwa olahraga dan politik memiliki hubungan erat. Meski bertanding sebagai atlet netral, mereka tetap didukung oleh negara mereka.

“Kami memiliki keprihatinan yang kuat tentang seberapa layak bagi atlet Olimpiade Rusia dan Belarus untuk bersaing sebagai 'netral', di bawah ketentuan IOC yang tidak memberikan identifikasi terhadap negara mereka, sementara mereka didanai dan didukung secara langsung oleh negara mereka,” tulis pernyataan tersebut.

Baca Juga: Belanda Tuduh Rusia Mencoba Sabotase Infrastrukturnya di Laut Utara

2. IOC: hak asasi semua atlet perlu dihormati

Ketika perang dimulai, IOC awalnya menyarankan organisasi olahraga untuk melarang atlet Rusia mengikuti kompetisi. Alasannya untuk menjaga keselamatan para atlet tersebut. Namun, sikap itu berubah sejak awal tahun ini.

Pekan lalu, Presiden IOC Thomas Bach mengatakan, meskipun IOC ikut menjunjung solidaritas dengan para atlet Ukraina, namun olahraga tetap harus menghormati hak asasi semua atlet.

“Sejarah akan menunjukkan siapa yang berkontribusi lebih banyak untuk perdamaian. Mereka yang mencoba untuk menjaga garis tetap terbuka, mereka yang tetap berkomunikasi, atau mereka yang ingin mengisolasi atau memecah belah,” kata Bach.

3. IOC dinilai mempermalukan dunia olahraga internasional

Pada minggu lalu, anggota parlemen Uni Eropa juga mengecam upaya IOC untuk kembali mengintegrasikan Rusia ke dalam ajangan olahraga dunia.

Bahkan, parlemen Uni Eropa meminta 27 negara anggotanya menekan IOC supaya membatalkan keputusannya. Adapun kebijakan IOC itu dianggap telah memalukan dunia olahraga internasional.

Dalam pernyataan hari Senin itu, disebutkan bahwa cara tercepat bagi Rusia untuk kembali ke kancah olahraga internasional adalah dengan mengakhiri perang yang mereka mulai.

Baca Juga: Kosovo Tuding Rusia Ingin Rusak Stabilitas Balkan Barat 

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya