China Didera Gelombang Panas, Suhu Bakal Cetak Rekor Baru?

Suhu udara melonjak di beberapa kota di China

Jakarta, IDN Times - Sejumlah kota di China telah mengeluarkan peringatan panas ketika negara itu bersiap menghadapi rekor suhu tinggi tahun ini. Suhu udara ibu kota Beijing diperkirakan mencapai lebih dari 36 derajat Celcius pada Senin (15/5/2023).

Kota-kota padat penduduk seperti Jinan, Tianjin, dan Zhengzhou, juga diprediksi lonjakan suhu hingga 37 derajat Celcius, dilansir dari Reuters.

Gelombang panas telah melanda beberapa bagian negara China sejak Maret. Provinsi Yunnan yang terkenal dengan cuacanya yang sejuk pun belum lama ini menghadapi suhu lebih dari 40 derajat Celcius.

Baca Juga: UNICEF: 820 Juta Anak di Dunia Terpapar Gelombang Panas

1. Gagal panen berimbas terhadap ekonomi negara

Badan Meteorologi China telah memperingatkan daerah-daerah untuk bersiap menghadapi panas yang lebih ekstrem tahun ini. Kekeringan yang lebih sering dan badai hujan yang memicu banjir juga diperkirakan terjadi.

Gelombang panas sporadis yang terjadi menjelang musim panas ini juga sangat mengkhawatirkan sektor pertanian. Kerusakan tanaman dapat meningkatkan harga pangan, memperburuk inflasi dan membebani ekonomi China yang berusaha bangkit dari keterpurukan usai kebijakan nol-COVID selama tiga tahun dicabut.

Stasiun penyiaran CCTV melaporkan, daerah Yunnan pada tahun ini hanya mendapatkan curah hujan setinggi 35mm hingga 20 April, sementara curah hujan di ibu kota provinsi Kunming menjadi yang terendah, yaitu kurang dari 8mm.

Cuaca panas juga berdampak terhadap berkurangnya cadangan air. Tahun lalu, suhu tinggi yang berlangsung selama dua bulan menyebabkan sungai-sungai besar dan saluran air mengering di China.

Baca Juga: Cuaca Panas, Spanyol Akan Larang Bekerja di Luar Ruangan 

2. Beban listrik meningkat akibat cuaca panas

Dengan jutaan rumah yang menyalakan AC selama musim panas yang ekstrem ini, situasi pasokan listrik menjadi semakin ketat di seluruh negara.

China Energy News dengan mengutip Lembaga Penelitian Energi Jaringan Negara melaporkan, provinsi tengah, timur, dan barat daya China cenderung mengalami kekurangan listrik selama periode permintaan puncak.

Oleh sebab itu, Beijing telah berupaya meningkatkan produksi batu bara, yang masih menjadi sumber listrik utamanya.

Pemerintah juga telah menyetujui perluasan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar secara besar-besaran. Banyak di antaranya akan digunakan secara maksimun pada saat pasokan listrik menipis, dilansir dari Bloomberg.

Menurut Nannan Kou, seorang analis di BloombergNEF, krisis listrik nasional tampaknya tidak mungkin terjadi lantaran masih banyaknya persediaan batu bara saat ini.

Baca Juga: Kapan El Nino Datang ke Indonesia? Ini Puncak Terpanasnya

3. El nino berpotensi menambah panas

Pakar cuaca mengatakan, cuaca ekstrem yang kini melanda banyak kawasan di Asia disebabkan oleh pemanasan global.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi fenomena cuaca El Niño kemungkinan akan kembali akhir pada tahun ini. Adapun hal tersebut berpotensi memicu naiknya suhu secara global dan kemungkinan munculnya rekor panas baru, dikutip dari CNA.

"Perkembangan El Niño kemungkinan besar akan mengarah pada lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," kata Sekretaris Jenderal WMO Petri Taalas.

WMO memperkirakan kemungkinan terjadinya El Nino pada akhir Juli adalah sebesar persen 60 persen dan pada akhir September sebesar 80 persen.

Mengutip USGS, El Nino mengacu pada pemanasan permukaan laut di atas rata-rata yang biasa terjadi di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik. Fenomena ini biasa dikaitkan dengan peningkatan suhu panas di seluruh dunia, serta kekeringan dan hujan lebat di beberapa tempat lainnya. El Nino terakhir kali terjadi pada 2018-2019

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya