Eks Presiden Taiwan Kunjungi China, Perdana sejak Perang Saudara!

Ma berharap kedua negara bisa cepat berdamai 

Jakarta, IDN Times - Mantan presiden Taiwan, Ma Ying-jeou tiba di China pada Senin sore (27/3/2023) waktu setempat. Kehadirannya di bandara Internasional Pudong Shanghai langsung disambut oleh pemerintah pusat dan pejabat kota, dilansir dari Channel News Asia.

Adapun kunjungan tersebut menjadi yang pertama kalinya dilakukan oleh pemimpin atau mantan pemimpin Taipei sejak berakhirnya perang saudara China tujuh dekade silam.

Yayasan Ma mengatakan perjalanan 12 hari mantan presiden tersebut tidak akan melibatkan pertemuan resmi, namun berfokus untuk memberikan penghormatan kepada leluhurnya dan mempromosikan pertukaran pemuda.

Melansir Associated Press, ia diperkirakan akan melakukan perjalanan ke beberapa kota di China termasuk Wuhan, Changsha, dan Nanjing dari tanggal 27 Maret hingga 7 April.

“Saya berharap dapat meningkatkan suasana lintas selat melalui interaksi yang antusias dari anak muda, sehingga perdamaian dapat datang kepada kita lebih cepat dan lebih cepat lagi,” kata pria berusia 73 tahun itu di bandara sebelum keberangkatannya.

Kunjungan Ma dilakukan sehari setelah Honduras, mantan sekutu lama Taipei memutuskan hubungan dengan negara tersebut dan beralih mendukung Beijing.

Baca Juga: Pemimpin Taiwan Bakal Transit di AS, China Berang 

1. Ma dituduh berkhianat

Lawatan Ma ke China menuai kritik dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan. Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, partai tersebut menuduh Ma yang merupakan anggota senior partai oposisi Kuomintang (KMT) itu telah mendukung kebijakan Beijing lewat kunjungannya.

“Kita harus lebih bersatu, … tetapi sangat disayangkan bahwa KMT mendukung komunis China dan mantan presiden Ma mengabaikan ketidaksetujuan publik untuk mengunjungi China saat ini,” kata partai tersebut, dikutip dari Al Jazeera.

Melansir CNN, partai KMT telah lama dikenal memiliki hubungan yang lebih hangat dengan China dibandingkan DPP. Meski menolak dicirikan sebagai pro-Beijing, namun kebijakan partai itu sering mendorong perbaikan hubungan antara kedua negara.

Saat masa kepemimpinan Ma pada 2008-2016, ia bahkan menjalin hubungan ekonomi yang lebih kuat dengan negara tersebut, meski tetap menentang reunifikasi yang didorong Beijing. Ma bahkan bertemu Presiden China Xi Jinping di Singapura pada akhir 2015, tak lama sebelum saingannya Tsai Ing-wen memenangkan kursi kepresidenan.

Baca Juga: China Santai Jelang Kunjungan Pemimpin Taiwan ke AS

2. Kunjungan Ma berikan sinyal Taipei melemah

Melansir DW, profesor di Departemen Ilmu Politik Universitas Nasional Singapura, Ian Chong mengatakan bahwa kunjungan Ma dapat dimaknai sebagai tanda Taipei mulai melemah terhadap Beijing.

"Beijing menambah banyak tekanan militer dari latihan di dekat Taiwan, mereka memberi tekanan ekonomi pada Taiwan, jadi ada kekhawatiran bahwa kunjungan Ma mengirimkan sinyal kelemahan atau kapitulasi," kata Chong.

Ia juga menduga bahwa mantan presiden tersebut mencoba untuk meninggalkan jejak lewat perjalanannya demi mendorong Taiwan berdamai dengan Beijing.

Seorang mantan pemimpin mahasiswa dari protes Lapangan Tiananmen 1989 juga mendesak Ma untuk membatalkan kunjungan tersebut.

"Jika Anda memiliki sedikit saja rasa sayang terhadap Taiwan ... Anda harus mengumumkan pembatalan perjalanan Anda," tulis Wang Dan di halaman Facebook-nya.

Baca Juga: Taiwan Ngaku Sudah Siap jika Tiba-tiba Diserang China

3. Hubungan China-Taiwan makin tegang sejak DPP berkuasa

Beberapa tahun terakhir, ketegangan antara China dan Taiwan telah meningkat sejak DPP mengambil alih kekuasaan. Pemerintahan Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, tetapi DPP menegaskan bahwa negaranya sudah berdaulat dan bukan bagian dari China, dilansir dari CNN.

Akibatnya, Beijing pun memutuskan kontak dengan pemerintahan Taipei yang dipimpin Tsai dan telah melakukan manuver militer di dekat pulau itu. 

Sebelumnya, Taiwan dan China berpisah pada tahun 1949 setelah perang saudara yang dimenangkan oleh Partai Komunis. Partai nasionalis Kuomintang (KMT) yang kalah akhirnya melarikan diri ke pulau Taiwan.

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya