Jerman Minta China Bujuk Putin untuk Akhiri Perang di Ukraina

Jerman ingatkan China untuk tidak memasok senjata ke Rusia

Jakarta, IDN Times -  Kanselir Jerman Olaf Scholz, pada Kamis (2/3/2023), meminta China untuk tidak mendukung Rusia dengan mengirimkan senjata. Sebagai gantinya, ia ingin Beijing dapat menggunakan pengaruhnya untuk mendorong Moskow menarik pasukannya dari Ukraina.

"Pesan saya ke Beijing jelas, gunakan pengaruh Anda di Moskow untuk mendorong penarikan pasukan Rusia. Dan jangan memasok senjata ke agresor Rusia," kata Scholz di parlemen Jerman, dilansir DW.

Pada kesempatan tersebut, dia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap China yang menolak mengecam invasi Rusia. Meski begitu, dia tetap menyambut baik upaya negara tersebut untuk meredam konflik. China diketahui telah mengajukan proposal yang menyerukan gencatan senjata.

"Seseorang berhak mengharapkan China untuk mendiskusikan ide-idenya dengan para pemangku kepentingan utama, dengan rakyat Ukraina dan dengan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelenskyy," kata Scholz.

1. Sulit untuk mencapai kesepakatan damai dengan Rusia

Scholz menjelaskan bahwa tidak ada cara bagi Kiev untuk merundingkan kesepakatan damai dengan Moskow. Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga dinilai belum siap untuk dialog damai dan mengakhiri perang.

"Tidak akan ada kesepakatan damai tanpa keterlibatan rakyat Ukraina," katanya.

Scholz menekankan bahwa keberanian diperlukan untuk menciptakan perdamaian, dan sangat penting agar tidak membiarkan Putin menang.

Oleh sebab itu, ia mendesak masyarakat internasional mengambil sikap yang jelas terkait konflik antara dua negara tersebut. Ia juga mengumumkan bakal segera melakukan perjalanan ke Washington untuk memperkuat kerja sama dengan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Unggah Informasi Perang, Wikipedia Didenda Rusia Rp412 Juta

2. Jerman siap dukung Ukraina dengan pasokan senjata

Mengutip The Straits Times, Berlin dan sekutunya juga telah berbicara dengan Kiev mengenai jaminan keamanan masa depan untuk perdamaian Ukraina, kata Scholz.

“Jaminan keamanan semacam itu, bagaimanapun, datang dengan anggapan bahwa Ukraina berhasil mempertahankan diri dalam perang ini,” kata dia, seraya menambahkan bahwa Jerman akan terus mendukung Kiev dengan pasokan senjata.

Selain itu, ia menyebutkan upaya pemerintahan untuk terlepas dari ketergantungan energi Rusia dengan mengamankan pasokan gas alternatif.

"Kami berhasil melewati musim dingin, bahkan tanpa pasokan gas Rusia," ungkap Scholz.

Ia juga menambahkan bahwa Jerman mempunyai target untuk memproduksi 80 persen energinya dari sumber terbarukan pada 2030.

3. Janji 100 miliar euro untuk militer Jerman

Pidato Scholz di parlemen disampaikan satu tahun setelah dia mengumumkan Zeitenwende, yang berarti perputaran waktu, sebagai reaksinya atas serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Tahun lalu, ia berjanji untuk memberikan dana sebesar 100 miliar euro ke militer Jerman untuk meng-upgrade peralatan atau fasilitas yang sangat dibutuhkan.

Ketika ditanyai tentang dana tersebut, Kepala Komite Pertahanan Bundestag dan anggota koalisi pemerintahan Partai Demokrat Bebas (FDP), Marie-Agnes Strack-Zimmermann, mengatakan bahwa pemerintah telah memesan jet tempur F-35 dan helikopter angkut berat dari AS, serta memulai gerakan digitalisasi baru untuk memodernisasi pasukan.

Kementerian Pertahanan juga menyebut, 30 miliar euro dari total 100 miliar euro telah dialokasikan untuk belanja militer besar-besaran. Meski begitu, banyak kritikus mengatakan bahwa dana tersebut masih tidak cukup untuk menutupi kebutuhan militer.

Menteri Pertahanan Jerman yang baru, Boris Pistorius, juga menyerukan agar anggaran kementeriannya ditingkatkan.

Baca Juga: Invasi Rusia Bisa Percepat Transisi Energi Bersih Ukraina

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya