Kelompok LGBTQ Italia Protes usai Pemerintah Batasi Hak Adopsi Anak

Negara tidak akui anak adopsi dari pasangan LGBTQ+

Jakarta, IDN Times - Ratusan orang berdemonstrasi di Milan, Italia akhir pekan lalu untuk menentang keputusan baru dari pemerintah yang membatasi hak orang tua sesama jenis mengadopsi anak.

"Jelaskan kepada putra saya bahwa saya bukan ibunya,” tulis salah satu tanda di tengah lautan bendera pelangi yang memenuhi alun-alun Piazza della Scala.

Lainnya tampak mengangkat bolpoin yang digunakan untuk menandatangani akta kelahiran sebagai bentuk protes.

1. Pasangan gay di Italia kesulitan daftarkan anak secara hukum

Italia telah melegalkan pernikahan sesama jenis pada 2016. Meski begitu, tentangan dari Gereja Katolik membuat negara itu tidak mengizinkan adopsi atau jasa ibu pengganti (surrogacy) kepada pasangan gay.

Melansir CNN, orang tua sesama jenis yang ingin mendaftarkan anak mereka yang lahir melalui surrogacy di luar negeri harus mencantumkan satu nama orang tua saja pada akta kelahiran resmi, atau terpaksa membawa kasus mereka ke pengadilan keluarga.

Beberapa kota, termasuk Roma dan Milan, telah menerapkan kebijakan Orang Tua 1/Orang Tua 2 dalam akta kelahiran alih-alih menggunakan ibu/ayah.

Meski begitu, Wali Kota Milan Beppe Sala yang berhaluan kiri-tengah mengungkapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri telah memerintahkan kota itu untuk menghentikan keputusan terbaru. 

"Ini adalah langkah mundur yang jelas dari sudut pandang politik dan sosial, dan saya menempatkan diri saya pada posisi orang tua yang mengira mereka dapat mengandalkan kemungkinan ini di Milan," katanya dalam podcast seraya berjanji untuk melakukan perlawanan.

Baca Juga: Jepang, Inggris, dan Italia Komit Kembangkan Jet Tempur 2035

2. Masalah birokrasi ancam anak-anak yang tidak terdaftar secara hukum

Fabrizio Marrazzo dari Partai Gay mengatakan, ada sekitar 20 anak yang menunggu untuk didaftarkan di Milan. Menurutnya, peraturan baru tersebut tidak adil dan diskriminatif.

Melansir Al Jazeera, seorang ibu atau ayah yang tidak diakui secara hukum sebagai orang tua anaknya dapat menghadapi masalah birokrasi yang besar, termasuk risiko kehilangan anak jika orang tua yang terdaftar meninggal dunia atau hubungan pasangan itu putus.

Elly Schlein, pemimpin Partai Demokrat kiri-tengah yang baru terpilih, termasuk di antara oposisi yang hadir dalam protes tersebut. Ia menuduh pemerintahan Perdana Menteri Giorgia Meroni telah mendiskriminasi anak-anak dari pasangan gay dan tidak mengakui hak-hak mereka, melansir VOA News.

"Kami berbicara tentang anak laki-laki dan perempuan yang tumbuh di komunitas kami dan pergi ke sekolah kami. Ini tidak lagi dapat ditoleransi, dan keluarga-keluarga ini lelah didiskriminasi," kata Schlein. 

3. Pemerintahan Meloni dikenal anti-LGBTQ

Di bawah rezim Meloni, Italia memberikan penekanan kuat pada nilai-nilai keluarga tradisional dan kristiani. Dalam kampanyenya, ia menentang apa yang disebutnya sebagai ideologi gender dan lobi LGBT, melansir BBC.

“Ya untuk keluarga normal, tidak untuk lobi LGBT!” kata Meloni dalam pidatonya tahun lalu sebelum pemilihan.

Awal pekan ini, komite Senat memberikan suara yang menentang rencana Uni Eropa (UE) untuk mewajibkan negara anggotanya mengakui hak orang tua sesama jenis yang diberikan di tempat lain di blok tersebut.

Baca Juga: Grup Wagner Disebut Siapkan Dana Rp230 Miliar Buat Sasar Menhan Italia

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya