Makin Parah, Media Propemerintah Turut Jadi Sasaran Militer Myanmar

Dua jurnalis ditangkap junta militer usai konferensi pers

Jakarta, IDN Times - Pemerintah militer Myanmar menahan dua jurnalis pada minggu lalu, menurut laporan dari reporter yang tidak ingin disebutkan identitasnya demi alasan keamanan. Keduanya diketahui bekerja pada media propemerintah.

Mereka ditangkap setelah menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Kementerian Informasi di ibu kota Myanmar, Naypyitaw.

Dilansir Associated Press, belum ada laporan resmi terkait penahanan dua jurnalis tersebut. Menurut dugaan, hal tersebut berkaitan dengan pertanyaan mereka yang mungkin tidak berkenan bagi pihak berwajib.

Baca Juga: Junta Myanmar Bebaskan 4 Tahanan Asing dan 5 Ribuan Warganya

1. Penangkapan dua jurnalis tersebut menjadi yang pertama berasal dari media propemerintah

Makin Parah, Media Propemerintah Turut Jadi Sasaran Militer Myanmarmiliter Myanmar (commons.wikimedia.org)

Dua jurnalis yang ditangkap oleh pihak militer Myanmar adalah Win Oo, editor di New History for People yang biasa mengunggah video di Youtube dan Zaw min Oo, editor Dae Pyaw (Tell Fortrightly) yang merupakan media online kecil.

Keduanya dipercaya menjadi jurnalis pertama yang berasal dari media pro pemerintah yang ditangkap militer. Menurut laporan dari sumber anonim tersebut, mereka ditahan di penjara utama di Naypyitaw.

Baca Juga: Ekonom Australia dan Eks Dubes Inggris Bebas dari Bui Junta Myanmar

2. Win Oo ditahan disebut membahas tentang Aung San Suu Kyi

Makin Parah, Media Propemerintah Turut Jadi Sasaran Militer Myanmarmantan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi (commons.wikimedia.org)

Menurut sumber, Win Oo ditahan karena empat kali menyebut Aung San Suu Kyi dengan “Amay Suu,” yang berarti “Ibu Suu,” sebuah panggilan hormat dari para pendukung Suu Kyi. Ia meminta mantan pemimpin Myanmar tersebut dibebaskan bersama sejumlah wartawan lainnya sebelum kemudian menanyakan tentang kenaikan harga komoditas.

Dalam konferensi pers tersebut, juru bicara pihak militer, Mayor Jenderal Zaw Min Tun tidak menanggapi pertanyaan terkait Suu Kyi. Meski begitu, ia menjawab pertanyaan Win Oo lainnya.

Kementerian Informasi biasanya mengadakan konferensi pers setidaknya sebulan sekali dengan dihadiri jurnalis dari sekitar 20 media sebagai peserta regulernya. Dalam kesempatan itu, biasanya sangat sedikit jurnalis yang mengajukan pertanyaan yang sulit. 

Baca Juga: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Kepada 19 Pejabat Myanmar

3. Zaw Min Oo ditangkap bertanya soal gencatan senjata antara militer dan kelompok separatis

Makin Parah, Media Propemerintah Turut Jadi Sasaran Militer Myanmarbendera Myanmar (pexels.com/Gu Bra)

Menurut laporan dari jurnalis lainnya yang hadir pada konferensi pers tersebut, Zaw Min Oo ditangkap karena mempertanyakan apakah pembicaraan terkait gencatan senjata antara tentara dan Persatuan Nasional Karen, kelompok pemberontak etnis utama di Myanmar timur.

Gencatan itu telah gagal lantaran tidak adanya parlemen di tempat. Pembicaraan gencatan senjata sering disebut junta militer sebagai salah satu pencapaiannya.

Sebelumnya, Zaw Min Oo juga pernah ditahan pasa masa Suu Kyi berkuasa. Ia dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas dugaan melaporkan informasi palsu terkait pandemi virus corona pada Mei 2020. Kelompok kebebasan pers mengecam penangkapannya, menyebut bahwa kebebasan berbicara juga cacat di bawah pemerintahan Suu Kyi.

4. Jurnalis dan media yang kritis terhadap penguasa kerap dibungkam

Makin Parah, Media Propemerintah Turut Jadi Sasaran Militer Myanmarilustrasi wartawan (pexels.com/Terje Sollie)

Mengutip AP, sejak menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi tahun lalu, pemerintah militer telah menutup hampir semua media yang kritis pemerintah. Mereka juga menangkap hampir 150 jurnalis, penerbit, dan eksekutif media.

Lebih dari 50 orang masih ditahan. Mayoritas dari mereka dikenakan tuduhan penghasutan karena diduga menyebabkan ketakutan, menyebarkan berita palsu, atau melakukan agitasi terhadap pegawai pemerintah.

Selain jurnalis lokal, beberapa jurnalis luar negeri juga pernah ditahan oleh militer Myanmar. Dikutip dari Reuters, negara tersebut menempati peringkat kedua sebagai negara penangkap jurnalis terburuk di dunia dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Komite Protect Journalists.

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya