Wartawan Pakistan pro-Imran Khan yang Hilang Pekan Lalu Kini Bebas

Abrahim diduga diculik oleh badan keamanan negara

Jakarta, IDN Times - Seorang jurnalis televisi terkemuka Pakistan yang hilang pekan lalu, diduga karena dukungannya terhadap mantan perdana menteri Imran Khan, telah kembali ke rumah setelah dibebaskan oleh para penculiknya. 

Kabar kebebasan Sami Abrahim dikonfirmasi oleh saudaranya Ali Raza melalui Twitter pada Selasa pagi (30/5/2023). 

“Syukur kepada Tuhan,” cuit Raza dalam bahasa Urdu setelah pembebasan saudaranya.

Stasiun televisi BOL, tempat Abrahim bekerja, juga mengonfirmasi hal tersebut dalam sebuah pengumuman berita

Jurnalis berusia 50 tahun itu hilang pada hari Kamis (25/5/2023) ketika delapan orang tak dikenal dengan empat kendaraan mencegat mobilnya dalam perjalanan pulang kerja di ibu kota, Islamabad, dan membawanya pergi.

1. Abrahim sering kritik perdana menteri dan militer Pakistan

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan Abrahim, namun banyak orang meyakini bahwa dia ditahan oleh badan keamanan negara yang terkenal suka menculik dan menganiaya wartawan.

Abrahim telah lama menentang pemerintahan pengganti Khan, Perdana Menteri Shehbaz Sharif secara terang-terangan. Ia juga kerap mengkritik militer Pakistan, yang secara langsung memerintah negara itu selama hampir setengah dari 75 tahun kemerdekaannya.

Khan, mantan pemain kriket yang menjabat dari 2018 hingga 2022, dicopot dalam mosi tidak percaya di parlemen tahun lalu. Ia berulang kali menuding Washington, Sharif dan militer Pakistan sebagai dalang di balik pemecatannya, namun tuduhan itu dibantah oleh ketiganya.

Baca Juga: 11 Orang Suku Nomaden di Pakistan Tewas dalam Longsor Salju

2. Jurnalis lainnya yang hilang belum dibebaskan

Hilangnya Abrahim terjadi dua minggu setelah jurnalis pro-Khan lainnya Imran Riaz Khan menghilang. Adapun Khan hingga saat ini belum dibebaskan.

"Kami sangat khawatir dan takut akan nyawanya," kata saudara laki-lakinya, Usman Riaz Khan pada Senin (29/5/2023), dikutip dari RFE/RL.

Hilangnya dua jurnalis bulan ini menyusul protes keras oleh pendukung Imran Khan. Mereka terlibat bentrok selama berhari-hari dengan polisi di seluruh Pakistan dan menyerang fasilitas umum serta instalasi militer lantaran tak terima dengan penahanan mantan perdana menteri dari ruang sidang di Islamabad.

Kekerasan baru mereda setelah Khan dibebaskan atas perintah Mahkamah Agung.

Sejak protes mematikan tersebut, pemerintah telah menindak para pendukung Khan dan menangkap lebih dari 5 ribu. Mereka diancam akan diadili di hadapan pengadilan militer yang tertutup bagi media dan pengamat lainnya.

3. Komunitas media minta pemerintah ungkap keberadaan jurnalis yang hilang

Pekan lalu, pengawas media internasional, Reporters Without Borders (RSF), menyatakan keprihatinannya terhadap keselamatan Riaz. Dalam sebuah pernyataan, mereka mendesak pemerintah Pakistan untuk memastikan penghormatan terhadap supremasi hukum dengan segera mengungkapkan keberadaan dan kondisinya.

Komunitas media dan jurnalis Pakistan juga menuntut pertanggungjawaban atas pembunuhan Arshad Sharif, pembawa acara TV terkemuka Pakistan, di Kenya Oktober lalu.

Wartawan berusia 50 tahun itu tinggal di negara Afrika tersebut untuk menghindari penangkapannya atas tuduhan memfitnah militer. Menurut polisi Kenyal, petugas melepaskan tembakan ke arah mobil Sharif saat dia melaju melewati pos pemeriksaan di luar Nairobi.

Belakangan, polisi Nairobi menyatakan penyesalan atas penembakan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah kasus salah identitas selama pencarian mobil serupa yang terlibat dalam kasus penculikan anak, dilansir dari AP.

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya