Profil Abdelaziz Bouteflika, Presiden Terlama Aljazair

Tokoh penting dalam kemerdekaan Aljazair dari Prancis

Jakarta, IDN Times - Televisi Pemerintah Aljazair mengumumkan bahwa Mantan Presiden, Abdelaziz Bouteflika meninggal dunia pada Jumat (17/9/2021). Dia telah berjuang untuk kemerdekaan negara tersebut dari Prancis. Kemudian menjabat sebagai presiden pada tahun 1999, tapi mengundurkan diri di tengah protes pro-demokrasi pada 2019.

Mengutip Laporan ENTV via AP News, pernyataan dari kantor Presiden Abdelmadjid Tebboune saat ini, tidak menerangkan penyebab kematian atau informasi tentang pengaturan pemakaman. Namun, Bouteflika diketahui menderita stroke pada tahun 2013, kondisi kesehatannya dirahasiakan dari publik Aljazair.

1. Dikenal karena kecerdasannya sejak muda

Melansir BBC, Bouteflika yang dikenal karena kecerdasanya sejak muda lahir di Oudja, Maroko pada 2 Maret 1937. Di tahun pertama sekolah menengahnya, Istana Kerajaan Maroko bahkan memberi selamat atas prestasi akademiknya yang luar biasa.

Ketika berusia 19 tahun, ia bergabung dengan National Liberation Army (ALN) - angkatan bersenjata National Liberation Front (FLN), sebuah gerakan nasionalis yang memperjuangkan kemerdekaan Aljazair dari Prancis.

Bouteflika menjadi ajudan yang cerdas dan berlidah tajam, sehingga membuat staf tentara perbatasan Aljazair, Houari Boumediene terkesan. Ia pun diangkat menjadi Kepala Sekretaris sampai kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962. Sedangkan Boumediene menjadi presiden kedua Aljazair, setelah Ahmed Ben Bella.

Semasa Boumediene dan Ben Bella menjadi pemimpin Aljazair, Bouteflika diangkat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga saat berusia 25 tahun. Setahun kemudian, ia menjadi Menteri Luar Negeri termuda di dunia, sebuah rekor yang masih bertahan sampai saat ini. Ia pun menjadi tokoh berpengaruh dalam gerakan Non-Blok.

2. Berperan penting dalam kestabilan negara

Baca Juga: Aljazair Pindahkan Aliran Suplai Gas Alam ke Spanyol

Mengutip Aljazeera, Bouteflika diangkat sebagai Presiden Majelis Umum PBB pada 1974. Ia mengundang mantan Pemimpin Palestina Yasser Arafat untuk berpidato, sebuah langkah bersejarah menuju pengakuan internasional atas perjuangan Pakistan. Ia juga menuntut China agar diberi kursi di PBB dan mencerca pemerintahan apartheid di Afrika Selatan.

Sebagai presiden mulai tahun 1999, Bouteflika berhasil membawa stabilitas negara yang hampir tekuk lutut pada 1990-an, ketika pemberontakan Islam menewaskan sekitar 200 ribu orang. Dia meluncurkan program pada tahun 2005 untuk mengakhiri perang saudara dengan membujuk muslim radikal supaya meletakkan senjata mereka.

Bouteflika dan angkatan bersenjata negara itu menetralisir pemberontakan Islam Aljazair. Namun, justru menyebar menjadi gerakan di seluruh Sahara yang terkait penyelundupan dan penculikan dengan Al-Qaeda. Sedangkan, para pemimpin Barat menganggap Bouteflika sebagai sekutu dalam memerangi kelompok-kelompok bersenjata di Afrika Utara.

Setelah bertahun-tahun menjabat, Bouteflika mengubah konstitusi untuk membatalkan batas dua masa jabatan presiden. Ia kemudian terpilih kembali pada 2009 dan 2013, di tengah tuduhan penipuan dan kurangnya lawan yang kuat.

3. Meninggal pada usia 84 tahun

Selama 20 tahun sebagai presiden, masa lalunya yang berapi-api menghilang seiring bertambahnya usia dan penyakit yang dideritanya. Skandal korupsi atas proyek infrastruktur dan hidrokarbon turut menghantuinya selama bertahun-tahun. Banyak rekan dekatnya yang terlibat dan sekarang berada di penjara.

Karier politik Bouteflika mulai redup, setelah mengumumkan pencalonannya untuk masa jabatan kelima pada Februari 2019. Hal tersebut memicu protes menuntut agar Bouteflika dan sekutunya mengundurkan diri. Protes berlanjut dan militer turun tangan, mengakhiri pemerintahan Bouteflika.

Bouteflika menghabiskan masa tuanya di rumah perawatan di pinggiran Kota Aljir. Ia dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (17/9/2021). Kemungkinan akan dimakamkan di makam presiden El Alia yang terkenal di Ajazair, bersama mantan pemimpin Aljazair lainnya.

Sepeninggalnya, ada pihak yang mengenang Bouteflika sebagai revolusioner dalam perang kemerdekaan Aljazair dan diplomat yang sangat terampil di negara yang baru merdeka. Namun, banyak juga yang menunjukkan, ia memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden dan memfasilitasi korupsi dengan oligarki yang haus kekuasaan.

Baca Juga: Aljazair Tarik Perwakilan di Maroko Soal Sahara Barat

Fatma Roisatin Nadhiroh Photo Verified Writer Fatma Roisatin Nadhiroh

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya