Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis Air

Anak-anak juga menjadi korban keganasan gando

Jakarta, IDN Times — Krisis air yang melanda Iran, provinsi Baluchistan, tidak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga para hewan. Kekeringan yang terjadi menyebabkan habitat spesies asli buaya air tawar Iran, yakni gando, semakin menyusut.

Kondisi ini lantas berimbas pada menurunnya populasi hewan yang biasa menjadi santapan reptil-reptil tersebut.

Akibatnya, kawanan buaya yang keroncongan itu pun menjadi ganas sampai-sampai menyerang dan memangsa manusia yang memasuki teritori mereka. Korbannya bukan saja orang dewasa, tapi juga anak-anak. 

1. Buaya moncong pendek yang langka

Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis Airilustrasi buaya (pixabay.com/zizome)

Memiliki nama ilmiah Crocodylus palustris, gando merupakan salah satu spesies buaya rawa yang memiliki moncong pendek. Julukan gando sendiri diberikan oleh masyarakat lokal Iran Selatan, orang Baloch, yang bermakna 'berjalan di atas perut'.

Laman Tehran Times menyebutkan bahwa gando merupakan spesies buaya yang langka karena karakteristik tubuhnya yang unik. Secara spesifik, reptil yang satu ini memiliki moncong pendek, tetapi yang paling lebar dari semua spesies dalam genus Crocodylus.

Di samping itu, tubuhnya juga tak kalah panjang, yakni maksimal berkisar 4–5 meter. Tak heran jika mereka memiliki sebutan lain, yakni mugger dalam bahasa Inggris (kata tersebut berasal dari bahasa Hindi yang berarti 'monster laut').

2. Merupakan spesies buaya asli Iran dan subbenua India

Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis Airilustrasi buaya (pixabay.com/sarangib)

Seperti pada penjelasan sebelumnya, provinsi Baluchistan dan Sistan, Iran, merupakan rumah bagi para gando. Di sana, ada sebuah desa yang merupakan habitat dan dijadikan sebagai tempat wisata untuk melihat buaya-buaya tersebut, yakni Desa Bahu Kalat, tepatnya di Gando Protected Area (Kawasan Lindung Gando).

Crocodylus palustris juga bisa ditemukan di wilayah subbenua India yang lain, yakni India, Nepal, Sri Lanka, dan Pakistan. Selain itu, reptil-reptil tersebut bisa jadi juga ada di Bhutan, Bangladesh, Myanmar, tapi kemungkinan besar sudah punah.

Karena termasuk buaya rawa, gando bermukim di area perairan air tawar, seperti sungai, danau, dan pastinya rawa-rawa. Tidak terbatas pada daerah itu saja, kawanan Crocodylus palustris juga mampu beradaptasi di waduk, saluran irigasi, pesisir laguna air asin, dan bahkan muara.

Baca Juga: Harga Pangan Naik 300 Persen, Demonstrasi Besar Terjadi di Iran

3. Populasi gando tercancam akibat perubahan iklim

Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis Airilustrasi buaya (pixabay.com/sarangib)

Laman Down To Earth menyebut, saat ini populasi gando yang ada di provinsi Sistan-Baluchistan berada di kisaran 500 ekor. Angka tersebut masih tergolong vulnerable (rentan terhadap kepunahan) jika merujuk pada Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Kendati demikian, jumlah Crocodylus palustris di alam akan semakin teracam apabila habitatnya rusak. Perubahan iklim menjadi ancaman terbesar terhadap keberlangsungan hidup kawanan gando.

Asghar Mobaraki, salah satu anggota IUCN, menuturkan bahwa suhu lingkungan berperan besar dalam menentukan jenis kelamin si calon bayi. Apabila suhu terlalu panas, ini mengakibatkan buaya yang menetas didominasi oleh satu kelamin saja.

Alhasil, bakal terjadi ketimpangan dalam populasi, yakni terlalu banyak buaya jantan ketimbang betina atau sebaliknya, dan akhirnya menyulitkan terjadinya proses perkawinan.

Tidak hanya itu, berdasarkan laman BBC, kekeringan akibat perubahan iklim juga membuat keberadaan mangsa gando, seperti katak, menjadi semakin langka. Akibatnya, para reptil bermoncong pendek tersebut kelaparan dan mulai menyasar manusia.

Selain karena perubahan iklim, populasi gando juga terpengaruh akibat pembukaan lahan untuk pertanian, pengambilan air dengan cara memompa dan membangun saluran, serta zat-zat kimia (pestisida, herbisida, oli motor, deterjen).

4. Orang dewasa dan anak-anak menjadi korban keganasan para gando yang lapar

Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis Airilustrasi anak-anak (pixabay.com/WikiImages)

Kebanyakan manusia yang menjadi korban tidak dimakan oleh para gando, melainkan hanya sekadar ditenggelamkan. Asghar Mobaraki juga menambahkan, ukuran mereka sebenarnya juga masih kurang besar untuk menyerang dan memangsa manusia. Namun, faktanya berkata lain.

Siahouk, seorang penggembala berusia 70 tahun, mendapatkan gigitan reptil besar tersebut di tangan kanannya. Hal itu terjadi dua tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Agustus, sewaktu dirinya mengambil air di sebuah kolam.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga menjadi target para gando yang 'gelap mata'. Ada anak 9 tahun dilahap oleh seekor buaya pada 2016. Kejadian nahas juga ditimpa oleh anak berusia 10 tahun pada 2019, yang kehilangan lengan kanannya saat mengambil air untuk mencuci baju.

Situasi ini sangat disayangkan. Padahal, dulu, masyarakat Baluchistan sempat hidup berdampingan dengan buaya-buaya tersebut.

5. Rela mengubah kebun menjadi rumah baru para buaya

Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis Airilustrasi perkebunan pisang (pixabay.com/reinout_dujardin1)

Sebagai kiat meredam amarah buaya-buaya yang kelaparan, Malek-Dinas, seorang warga Desa Bahu Kalat, sengaja mengubah kebunnya yang dulu penuh dengan pisang, lemon, dan mangga menjadi hunian baru untuk mereka. Dirinya rutin memberikan potongan-potongan dada ayam kepada para reptil itu. Akan tetapi, yang ia lakukan tentu belum cukup untuk menyelesaikan masalah.

Sayangnya, pemerintah setempat masih belum melakukan hal banyak. Masih sedikit papan peringatan yang terdapat di area sungai habitat gando guna mencegah masyarakat memasuki kawasan tersebut.

Tidak hanya itu, kebijakan yang diambil pemerintah dirasa belum optimal untuk mengatasi permasalahan kelaparan yang dialami buaya-buaya itu.

6. Solusi untuk menghindari gando yang kelaparan

Mengenal Gando, Buaya Asal Iran yang Serang Manusia Akibat Krisis AirCEE yang ada di Sri Lanka (news.mongabay.com/Dinal Samarasinghe)

Menyikapi hal ini, Mobaraki menyebutkan bahwa edukasi dan penyadaran masyarakat, peningkatan infrastruktur, penyediaan fasilitas dasar hidup, dan pengelolaan pembangunan permukiman warga adalah solusi untuk mencegah serangan gando.

Sebagai tambahan, Brandon Sideleau dari CrocBITE, database yang mencatat serangan buaya di seluruh dunia, memberikan saran berupa metode CEE (Crocodile Exclusion Enclosures), yakni pagar pengurung, seperti yang ada di Sri Lanka.

Menurut Sideleau, metode tersebut cocok untuk situasi di Iran karena mampu memitigasi serangan buaya yang kerap kali terjadi di perairan tempat masyarakat mandi dan mencuci baju.

Masyarakat Baluchistan sangat berharap permasalahan air yang terjadi segera terselesaikan. Salah seorang warga bernama Noushervan mengatakan, orang Baluchistan tetap bisa hidup sekalipun hanya makan roti gandum. Namun, mereka tidak akan mampu jika tidak ada air.

Baca Juga: Bela Rusia di Ukraina, Pejabat Iran Sebut Joe Biden Sampah Rasis

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya