Arab Saudi Umumkan Target Emisi Nol Karbon Pada 2060

Arab Saudi akan pangkas 30 persen emisi metana pada 2030

Jakarta, IDN Times - Arab Saudi pada hari Sabtu (23/10/2021) mengumumkan target untuk mencapai emisi nol karbon pada 2060. Pengumuman itu disampaikan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Saudi Green Initiative (SGI) di Riyadh, beberapa hari sebelum KTT iklim COP26 di Glasgow.

Rencana target nol emisi ini membuat Arab Saudi bergabung dengan lebih dari 100 negara yang telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih.

1. Arab Saudi berkomitmen untuk mengurangi 278 juta ton emisi karbon per tahun

Arab Saudi Umumkan Target Emisi Nol Karbon Pada 2060Ilustrasi emisi karbon dari industri. (Unsplash.com/ETA+)

Melansir dari Reuters, Pangeran Mohammed menyampaikan rencana nol emisi ini dilakukan sambil mempertahankan peran memperkuat keamanan dan stabilitas pasar minyak global. Dalam target ambisius ini telah dibuat rencana untuk memangkas emisi metana hingga 30 persen dari tingkat 2020 pada 2030, yang juga dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

Dalam menjalankan program nol emisi ini Arab Saudi akan menghilangkan 278 juta ton emisi karbon dioksida per tahun pada tahun 2030, lebh tinggi dari target sebelumnya 130 juta ton. Inisiatif SGI ini akan dilaksanakan dengan melibatkan investasi lebih dari 190 miliar dolar AS (Rp2,7 kuadriliun). Negara itu juga akan menanam lebih banyak pohon.

Produsen minyak Teluk lainnya, Uni Emirat Arab, bulan ini mengumumkan rencana emisi nol bersih pada tahun 2050, periode waktu tersebut sama dengan yang ditargetkan oleh AS dan Inggris Raya.

Untuk mewujudkan rencananya ini Arab Saudi telah membangun pembangkit energi terbarukan pertamanya, ladang angin yang dibuka pada April 2021 dan mulai menghasilkan pada bulan Agustus. Arab Saudi telah berencana untuk untuk membangun pabrik penghasil hidrogen yang bernilai 5 miliar dolar AS (Rp71,1 triliun).

2. Arab Saudi merupakan pemasok sekitar 10 persen minyak global

Arab Saudi Umumkan Target Emisi Nol Karbon Pada 2060Ilustrasi Industri Minyak Arab Saudi (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari Associated Press, meski akan mengurangi emisi Arab Saudi juga ingin mempertahankan bisnis minyaknya yang memasok sekitar 10 persen minyak global dan diperkirakan memiliki 17 persen cadangan minyak global. Bisnis minyak setiap tahunnya bisa menghasilkan 150 miliar dolar AS (Rp2,1 kuadriliun) untuk pendapatan negara.

Sebagai produsen minyak terbesar di dunia Arab Saudi memiliki pengaruh luar biasa atas pasar energi dan dapat menekan produsen lain. Pada tahun lalu Arab Saudi berhasil mengekang produksi Rusia di tengah perlambatan permintaan akibat pandemik.

Negara yang sangat bergantung dengan minyak ini menentang bahan bakar fosil dihapus dengan cepat, mengigatkan perubahan tergesa-gesa akan merugikan negara-negara berpenghasilan rendah dan yang tidak punya akses energi dasar. Belum lama ini sebuah dokumen yang bocor menunjukkan Arab Saudi dan negara-negara lain, berusaha meminta PBB memperlambat negara-negara menjauh dari bahan bakar fosil.

Menurut kelompok Greenpeace yang memperoleh dokumen ini mengatakan Arab Saudi berusaha mendorong penggunaan teknologi penangkapan karbon. Kelompok itu mengatakan teknologi itu belum terbukti dan akan membuat negara-negara mengeluarkan lebih banyak gas rumah kaca, dengan asumsi dapat mengeluarkannya dari atmosfer nanti.

Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan dalam mengembangkan energi terbarukan, penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon, dan penangkapan udara langsung, hidrogen dan bahan bakar rendah karbon merupakan hal yang penting.

Saat ini konsumsi energi global didominasi oleh bahan bakar fosil, seperti minyak mentah, gas alam, dan batu bara. Hanya 10 persen listrik yang dihasilkan oleh tenaga surya dan angin.

Baca Juga: Koalisi Saudi Hancurkan 6 Drone Houthi di Langit Arab Saudi

3. Arab Saudi diperkirakan akan meningkatkan ekspor minyak

Arab Saudi Umumkan Target Emisi Nol Karbon Pada 2060Ilustrasi Kilang Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari BBC, Richard Black, rekan senior di Unit Intelijen Energi dan Iklim, sebuah lembaga pemikir ini mengatakan target nol bersih Arab Saudi "sangat disambut", tetapi dia meminta perlu menjelaskan lebih rinci mengenai cara mencapai target tersebut. Dia mengatakan penangkapan karbon yang diserukan masih spekulatif.

Karena target nol bersih hanya berlaku untuk emisi domestik, yang berarti emisi yang dihasilkan dari bahan bakar yang dikirim ke negara lain tidak akan dihitung. Arab Saudi diperkirakan tidak akan mengurangi produksi minyak dan gasnya, negara itu tampaknya akan meningkatkan ekspor ke China dan India, yang permintaan diperkirakan akan meningkat.

Amin Nasser, kepala eksekutif  Saudi Aramco, perusahaan minyak milik Arab Saudi mengatakan Aramco memiliki tujuan untuk memperluas kapasitas produksi minyak dan gasnya sambil berusaha untuk mencapai nol emisi bersih dari operasinya sendiri pada tahun 2050. Nasser menyerukan lebih banyak investasi global untuk memastikan pasokan minyak mentah tercukupi.

Baca Juga: Arab Saudi Tak Karantina Jemaah Umrah bila Vaksinasi Pakai Vaksin Ini 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya