Bahrain Terima Impor dari Wilayah Pendudukan Israel
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yerusalem, IDN Times - Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Bahrain Zayed bin Rashid al-Zayani telah memberitahu bahwa Bahrain akan terbuka untuk impor produk Israel dari wilayah pemukiman, pada hari Kamis (3/12).
Kesepakatan antara Bahrain dan Israel terjalin setelah Al-Zayani bertemu Perdana Menteri Netanyahu di Israel, pada 2 Desember. Kesepakatan tersebut membuat posisi Palestina akan semakin sulit.
1. Bahrain telah menjalin hubungan dengan Israel
Pada hari Selasa, Menteri Pariwisata Bahrain Zayed bin Rashid al-Zayani tiba di Israel dengan membawa 40 pebisnis. Dalam kunjungan tersebut romobongan Al-Zayani bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, melansir dari RT.
Setelah pertemuan tersebut Al-Zayani, pada hari Kamis memberitahu bahwa Bahrain akan menerima impor produk Israel, termasuk produk dari wilayah pemukiman Israel.
"Kami akan memperlakukan produk Israel sebagai produk Israel. Jadi kami tidak punya masalah dengan label atau asal," kata Al-Zayani kepada Reuters saat berkunjung ke Israel.
Dalam peraturan Uni Eropa (UE) produk dari wilayah pemukiman harus disertai label penjelasan saat di Ekspor ke negara angota UE. Sementara itu pada bulan lalu Amerika telah mengambil kebijakan menghapus perbedaan bea cukai antara barang yang dibuat di Israel dan di permukiman.
Sementara itu melansir dari Reuters, pada bulan September Israel dikabarkan akan menjual produk anggur yang berasal dari Dataran Tinggi Golan ke Uni Emirat Arab. Wilayah tersebut merupakan wilayah pendudukan.
Sebelumnya pada 15 September Bahrain bersama dengan Uni Emirat Arab telah meresmikan hubungan dengan Israel, yang terjalin berkat dukungan Amerika. Kedua negara yang menjalin hubungan dengan Israel berdalih bahwa hal tersebut untuk menghentikan Israel mencaplok wilayah lebih luas lagi di Tepi Barat, yang dianggap oleh banyak negara sebagai tindakan Ilegal Israel, melansir dari Reuters.
2. Tindakan Bahrain dianggap bertentangan dengan resolusi PBB
Tindakan Bahrain tersebut telah menimbulkan protes dari pihak Palestina, Wasel Abu Youssef dari Organisasi Pembebasan Palestina( PLO) mengatakan pada hari Kamis bahwa keputusan tersebut bertentangan dengan "resolusi internasional dan PBB". Youssef juga meminta para negara Arab untuk tidak menerima produk dari Israel, yang bertujuan untuk mencegah ekonomi Israel semakin kuat, melansir dari TRT World.
Editor’s picks
Melansir dari RT, PLO khawatir dengan perkembangan lrael yang memperoleh dukungan Amerika yang dipimpin Presiden Trump. Dukungan tersebut membuat Israel semakin leluasa untuk mencaplok wilayah yang direbut Israel selama perang enam hari, yang berlangsung pada tahun 1967.
Palestina tentu semakin khawatir dengan posisi Israel yang semakin kuat dan solusi perdamaian dengan Israel akan semakin sulit tercapai.
Baca Juga: Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh, Israel Diduga Sebagai Dalang
3. Israel berharap perdagangan dengan Bahrain di 2021 mencapai 220 juta dolar
Pada kunjungan Al-Zayani ke Israel juga telah melahirkan kesepakatan Memorandum of Understanding (MoU) dalam bidang pariwisata.
“Keterbukaan pariwisata dengan Negara Israel dalam rangka deklarasi dukungan untuk perdamaian yang disimpulkan antara kedua belah pihak akan berdampak besar untuk mendukung kedua negara dan memperkaya sektor pariwisata," kata Al-Zayani, yang dilansir dari TRT World,
Selain itu Israel dan Bahrain juga sepakat untuk membangun kerja sama dalam berbagai bidang, termasuk penerbangan dan ekonomi.
Melansir dari Reuters, Dengan menjalin kerja sama target yang Israel harapkan dalam perdagangan dengan Bahrain bisa mencapai 220 juta dolar pada 2021, namun kemungkinan target tersebut tidak termasuk kesepakatan pertahanan dan pariwisata.
Al-Zayani memberitahu bahwa maskapai Bahrain, Gulf Air sementara ini telah dijadwalkan untuk memulai penerbangan ke Tel Aviv pada 7 Januari, lalu diikuti dengan layanan pengiriman.
"Kami kagum dengan betapa terintegrasinya IT (Teknologi Informasi) dan sektor inovasi di Israel telah tertanam dalam setiap aspek kehidupan."
Masih melansir dari Reuters, Al-Zayani juga mengecilkan spekulasi mengenai warga Israel yang mengunjungi Bahrain akan menghadapi risiko serangan balasan atas pembunuhan seorang ilmuwan nuklir Iran pada Jumat lalu, yang menurut Iran pelakunya adalah agen milik Israel.
"Kami tidak melihat adanya ancaman, dan oleh karena itu kami tidak melihat perlunya persyaratan untuk keamanan tambahan atau perlakuan khusus bagi Israel."
Baca Juga: Jubir Kemlu: Calling Visa untuk Israel Bukan Buka Hubungan Diplomatik
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.