Ethiopia akan Kembalikan Pengungsi Eritrea ke Kamp Tigray 

Pengungsi tidak disukai warga Tigray

Addis Ababa, IDN Times - Konflik yang meletus di Tigray, Ethiopia tidak hanya membuat para warga Ethiopia yang berada di Tigray mengungsi, tapi juga para pengungsi yang berasal dari negara tetangga, Eritrea ikut melakukan pengungsian dari wilayah Tigray.

Para pengungsi Eritrea di Tigray telah mengungsi ke ibu kota Addis Ababa. Pada Jumat (11/12) pemerintah Ethiopia mengatakan akan membawa pengungsi Eritrea kembali ke kamp di Tigray. 

1. Pengungsi takut dikirim kembali ke Eritrea

Ethiopia akan Kembalikan Pengungsi Eritrea ke Kamp Tigray Ilustrasi Pengungsi (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir dari BBC, Ada sekitar 100.000 pengungsi dari Eritrea yang mengungsi ke Tigray, Ethiopia, karena menghindar dari penindasan politik dan wajib militer, jauh sebelum konflik Tigray meletus, tapi saat ini konflik di Tigray membuat mereka mengungsi ke ibu kota Addis Ababa.

Mengenai pengungsi di ibu kota, pada Jumat 12 Desember, pemerintah Ethiopia mengatakan akan mengembalikan pengungsi Eritrea yang melarikan diri ke ibu kota Addis Ababa dari kamp di Tigray.

"Sejumlah besar pengungsi yang mendapat informasi yang salah keluar secara tidak teratur. Pemerintah dengan aman akan mengembalikan para pengungsi itu ke kamp masing-masing."

Para pengungsi mengatakan bahwa mereka diberitahu akan dibawa dengan bus kembali ke Tigray, namun mereka takut akan dibawa kembali ke Eritrea. Sememtara itu seorang pengungsi wanita menceritakan bahwa banyak warga Tigray marah kepada pengungsi, karena menuduh Eritrea telah mengirim pasukan ke Ethiopia untuk ikut melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). AS juga menuduh pasukan Eritrea telah memasuki Tigray, tapi dibantah oleh Ethiopia dan Eritrea.

"Beberapa orang Tigray memukuli suami saya. Orang-orang di sana mengatakan 'negaramu datang ke sini dan menyerang kami. Kami juga akan membunuhmu.' Kami menjadi sangat takut." Katanya kepada Reuters, yang dilansir dari BBC.

Melansir dari VOA News, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi menyatakan telah menerima banyak laporan mengenai pengungsi Eritrea di Tigray yang dibunuh, diculik dan diduga secara paksa dikirim kembali ke Eritrea, bila hal tersebut benar, maka tindakan tersebut telah melanggar hukum internasional.

2. Pemerintah Ethiopia tidak ingin ada 'campur tangan' dalam bantuan ke Tigray

Ethiopia akan Kembalikan Pengungsi Eritrea ke Kamp Tigray Foto PM Ethiopia Abiy Ahmed Ali saat sedang berdiskusi mengenai pemilu di 2021. Sumber:twitter.com/Abiy Ahmed Ali

Baca Juga: PBB dan Ethiopia Setuju Izinkan Penyaluran Bantuan ke Wilayah Tigray

Melansir dari VOA News, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dituduh ikut terlibat dalam pemulangan paksa pengungsi Eritrea yang ditahan di salah satu pusat transitnya di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa. IOM juga dituduh mengantarkan para pengungsi ke tujuan yang tidak diketahui.

Tuduhan tersebut telah dibantah oleh juru bicara IOM, Safa Msehli. Kepada VOA, ia memberitahu bahwa pusat transit IOM telah diambil alih oleh Badan Urusan Pengungsi dan Pemulangan pemerintah Ethiopia.

“IOM ingin mengklarifikasi bahwa manajemen pusat secara efektif di bawah kendali pemerintah sejak tiga Desember. IOM tidak menahan orang di manapun di dunia ini bertentangan keinginan mereka, juga tidak ikut dalam pemaksaan kembali. Pemerintah telah meminta dukungan IOM untuk sementara menampung sejumlah pengungsi rentan yang berada di Addis Ababa sementara mereka meninjau opsi keluar kamp individu mereka sesuai dengan kebijakan luar kamp pemerintah, sampai sekarang, pusat tetap dalam kendali pemerintah. IOM tidak memiliki aktivitas apa pun, atau kendali atau kewenangan apa pun atasnya."

Melansir dari Al Jazeera, sejak adanya konflik Tigray telah tertutup dari dunia luar, yang membuat PBB dan organisasi kemanusian lainnya sulit memperoleh informasi mengenai keadaan di Tigray. Pemerintah Ethiopia juga menolak adanya "campur tangan" dan ingin mengirim bantuan sendiri, sementara konflik dilaporkan masih terus berlanjut, meski pemerintah telah meraih kemenangan. Bantuan telah mulai disalurkan ke Tigray, pada hari Jumat.

“Saran bahwa bantuan kemanusiaan terhambat karena pertempuran militer aktif di beberapa kota dan daerah sekitar yang berada dalam wilayah Tigray adalah tidak benar dan merusak pekerjaan penting yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Nasional untuk menormalkan kawasan,” pernyataan dari kantor Perdana Menteri, dan menambahkan, “Jangan disalahartikan sebagai konflik aktif."

3. Konflik di Tigray telah menyesarangkan rakyat

Ethiopia akan Kembalikan Pengungsi Eritrea ke Kamp Tigray Foto para warga di Tigray, Ethiopia. Sumber: twitter.com/Francesco Rocca

Konflik di Tigray telah berlangsung sejak 4 November dengan melibatkan pertempuran pasukan Ethiopia dengan TPLF. TPLF telah mendominasi pemerintahan selama hampir 30 tahun, sebelum Perdana Menteri Abiy menjabat di 2018. 

Melansir dari Al Jazeera, dalam konflik tersebut pemerintah pusat menuduh para pimpinan Tigray melakukan pemberontakan terhadap pusat dan menyerang pasukan federal di kota Dansha. Pihak pemberontak menyatakan bahwa pemerintah Abiy telah menyingkirkan dan menganiaya orang-orang Tigray sejak menjabat.

Akibat konflik tersebut ribuan orang diperkirakan telah tewas dan sekitar satu juta orang kini diperkirakan akan mengungsi dari Tigray. Saat ini diperkirakan ada 50.000 warga Ethiopia yang mengungsi ke Sudan. Para pekerja bantuan kemanusian juga dilaporkan ikut menjadi korban konflik.

Pemerintah Ethiopia telah mengatakan bertanggung jawab dalam memberikan keamanan warga, meski saat ini warga Tigray waspada terhadap pasukan pemerintah. Minggu ini pemerintah Ethiopia menyampaikan bahwa telah menembak dan menahan sebentar petugas PBB yang menerobos pos keamanan dan pergi ke tempat yang dilarang. Petugas PBB melakukan penilaian keamanan di Tigray hal tersebut merupakan langkah penting dalam mengirimkan bantuan.

Pertempuran di Tigray telah membuat warga Ethiopia kesusahan. Saat ini dikabarkan ada truk berisi bantuan yang telah menunggu selama berminggu-minggu di perbatasan Tigray. PBB telah menegaskan bahwa perlunya akses yang netral dan tidak terkekang ke wilayah tersebut.

"Jatah makanan untuk orang-orang terlantar di Tigray sudah habis. Kami mengulangi seruan mendesak kami untuk akses kemanusiaan tanpa syarat dan aman ke wilayah yang mengalami dampak." tulis kantor kemanusiaan PBB di Twitter, yang dilansir dari Al Jazeera.

Baca Juga: Pasukan Tigray Tolak Menyerah, Militer Ethiopia Mendekati Mekelle 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya