GCHQ Akan Gunakan AI dalam Menjaga Keamanan Inggris

Masih banyak tantangan dalam pengunaan AI

London, IDN Times - Government Communications Headquarters (GCHQ) pada hari Kamis, 25 Februari akan merilis sebuah makalah berjudul "Etika AI: Perintis Keamanan Nasional Baru", yang akan menjelaskan kerangka etis penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) dalam operasinya untuk menjaga keamanan Inggris. 

Dengan adanya etika dalam pengunaan AI membantu megurangi kekhawatiran dan kritikan mengenai kegiatan pengawasan secara massal.

1. Penggunaan AI sangat membantu

Melansir dari SKY News, menjelang publikasi makalah yang menjelaskan pengunaan etis AI dalam operasinya Jeremy Fleming, direktur GCHQ, menyebut dampak AI pada agensinya "sangat dalam".

"AI telah begitu berharga dalam banyak misi kami karena kami melindungi negara, rakyatnya, dan cara hidupnya. Ini memungkinkan analis brilian kami untuk mengelola besarnya jumlah data kompleks dan meningkatkan pengambilan keputusan untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks, dari melindungi anak-anak hingga meningkatkan keamanan dunia maya. Meskipun evolusi teknologi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini datang dengan peluang besar, hal itu juga menimbulkan tantangan etika yang signifikan bagi semua masyarakat, termasuk GCHQ. Hari ini kami menetapkan rencana dan komitmen kami dalam penggunaan AI secara etis untuk misi kami. Saya berharap ini akan menginspirasi pemikiran lebih lanjut di dalam dan luar negeri tentang bagaimana kami dapat memastikan keadilan, transparansi, dan akuntabilitas untuk mendukung penggunaan AI."

Melansir dari The Guardian, pihak GCHQ belum secara resmi menyampaikan bagaimana mereka menggunakan perangkat lunak AI atau data mana yang akan diolah, tetapi akan bergantung pada pemantauan ponsel dan data pesan serta memantau profil di media sosial.

Sosok kunci di GCHQ percaya AI bisa membantu MI5 dan polisi kontra-terorisme untuk menemukan petunjuk yang terlewat dalam mengidentifikasi potensi ancaman mematikan.

GCHQ secara teori dapat mebantu mengidentifikasi sumber berita atau gambar palsu dengan lebih baik, yang biasanya berasal dari Rusia, dan lebih cepat dalam melacak perangkat lunak virus berbahaya yang sering muncul dari Tiongkok atau Korea Utara.

2. Berbagai kegunaan AI

GCHQ Akan Gunakan AI dalam Menjaga Keamanan InggrisIlustrasi komputer yang menggunakan AI untuk melacak informasi palsu. Sumber:unplash.com/Caspar Camille Rubin

Melansir dari BBC, selain untuk mengungkap berita palsu AI akan digunakan untuk membantu menangani berbagai tindakan lainnya seperti menangani pelecehan seksual terhadap anak-anak, ancaman dari dunia maya dan kelompok perdagangan ilegal.

Dalam menangani kasus pelecehan seks terhadap anak-anak GCHI mengatakan bahwa AI; membantu menganalisis bukti perawatan di ruang obrolan, melacak identitas terselubung pelanggar yang memiliki beberapa akun, menemukan orang-orang yang bersembunyi di dark web, membantu polisi menyusup ke dalam lingkungan aktivitas pelanggar, dan memfilter konten dalam upaya mencegah analis citra yang mengganggu atau tidak perlu

Dalam menghadapi ancaman dari dunia maya AI dapat membantu mengidentifikasi perangkat lunak berbahaya dan penyerang saat mereka terus mengembangkan taktik baru dalam membobil sistem untuk mengambil data.

Kehadiran teknologi yang membuat perdagangan ilegal yang dilakukan berbagai kelompok kejahatan terorganisir menjadi semakin canggih dalam penggunaan teknologi mereka, termasuk alat enkripsi, web gelap dan cryptocurrency, untuk itu AI bisa digunakan dalam membantu; memetakan jaringan internasional perdagangan ilegal, dengan mengidentifikasi individu, rekening dan transaksi, melacak sumber uang dan menganalisis berbagai transaksi yang kompleks, yang mungkin bisa menemukan sponsor negara atau tautan ke kelompok teroris dan membatu menyatukan berbagai jenis data seperti gambar dan pesanan, yang akan melacak dan memprediksi ke mana pengiriman ilegal yang dituju.

Baca Juga: Artificial Intelegence, Solusi COVID-19 ala Paslon IMUN di Makassar

3. Tantangan penggunaan AI

Melansir dari The Guardian, meski sangat membantu penggunaan AI telah membuat khawatir para pengguna teknologi. Daragh Murray, dosen pusat hak asasi manusia dan sekolah hukum di University of Essex, mengatakan masalah bagi badan intelijen seperti GCHQ adalah tidak jelasnya mengenai yang diatur dan yang tidak diatur. “Kesulitan dengan kerangka kerja etis, dan kami telah melihat ini secara konsisten di seluruh sektor teknologi, adalah bahwa kerangka kerja tersebut terkenal tidak tepat. Mereka tidak menetapkan kewajiban konkrit."

Seorang ahli yang telah bekerja sama dengan GCHQ menyampaikan bahwa penggunaaan AI lebih cocok dalam "meningkatkan proses analitik" yang menganalisis kumpulan data besar dan meneruskan hasilnya kepada penyelidik manusia.

Alexander Babuta, seorang peneliti dari Royal United Services Institute, menyampaikan bahwa masalah yang timbul adalah mengenai pemahaman sebesar apa jumlah data yang dikumpulkan.

“Tantangannya adalah menyaringnya dan mengurutkannya ke tingkat yang dapat dikelola sehingga analis manusia dapat memahaminya. Itu adalah proses yang memakan waktu dan sumber daya, tetapi bisa juga tidak terlalu mengganggu karena datanya ditangani oleh mesin, bukan manusia."

Selain itu tantangan lainnya yang akan dihadapi GCHQ adalah bahwa tidak mungkin untuk memperkirakan kapan seseorang telah diradikalisasi ke titik di mana mereka mungkin melakukan pelanggaran terorisme.

Baca Juga: 7 Film Sci-Fi Tentang Artificial Intelligence yang Wajib Kamu Tonton

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya