Guinea Gelar Persidangan Kasus Pembantaian 2009, Renggut 157 Nyawa!

Tentara mengepung dan menembaki demonstran

Jakarta, IDN Times - Persidangan terhadap pelaku pembantaian di stadion selama protes pada 2009 di Guinea dibuka pada Rabu (28/9/2022), tepat 13 tahun setelah peristiwa itu terjadi. Dalam pembantaian itu, ada lebih dari 157 korban tewas oleh militer.

Mereka yang didakwa dalam persidangan itu sebanyak 11 pria, termasuk mantan pemimpin kudeta Moussa Dadis Camara. Persidangan dilakukan sehari setelah Camara dan lima terdakwa lainnya ditahan. Para terdakwa akan kembali menghadapi sidang pada 4 Oktober.

1. Tentara melakukan pemerkosaan dan pembunuhan

Guinea Gelar Persidangan Kasus Pembantaian 2009, Renggut 157 Nyawa!Ilustrasi pemerkosaan. (Pexels.com/Alex Green)

Melansir Associated Press, insiden itu terjadi selama protes pada 2009 untuk menentang rencana Camara mencalonkan diri sebagai presiden. Namun, demonstrasi itu berubah menjadi pembantaian setelah pasukan  keamanan bertindak kejam, dengan menembak mati dan memerkosa demonstran.

Militer saat itu menyampaikan, kekejaman dilakukan tentara yang tidak terkendali. Tapi, penyelidikan Human Rights Watch (HRW) melaporkan, ajudan utama Camara berada di stadion dan mengepung tempat para pendukung oposisi berkumpul dan memblokir pintu keluar. Tentara kemudian masuk dan melepaskan tembakan dengan senapan AK-47, ketika para demonstran yang panik mencoba menyelamatkan diri.

Beberapa bulan setelah pembantaian, Camara selamat dari upaya pembunuhan kemudian melarikan diri ke pengasingan di Burkina Faso. Pria yang berusaha membunuhnya, Toumba Diakite, termasuk di antara mereka yang didakwa terlibat dalam pembantaian dan merupakan mantan ajudannya.

Baca Juga: Korupsi Mengakar, Parlemen Guinea-Bissau Dirombak Presiden

2. Sekitar 600 korban pembantaian telah diidentifikasi

Guinea Gelar Persidangan Kasus Pembantaian 2009, Renggut 157 Nyawa!Ilustrasi aksi unjuk rasa. (Unsplash.com/Pawel Janiak)

Melansir Reuters, juru bicara Organisasi Guinea untuk Hak Asasi Manusia, Alseny Sall, menyampaikan bahwa saat ini setidaknya sudah ada 600 korban insiden stadion yang berhasil diidentifikasi.

Beberapa jenazah korban ada yang tidak sampai kepada keluarga. Salah satu yang mengalami hal itu adalah Salimatou Bah, seorang penjual beras, yang suaminya merupakan salah satu korban.

"Hal terberat bagi saya adalah tidak bisa meratapi suami saya. Mayatnya hilang dan tidak pernah dikembalikan kepada kami. Ini adalah situasi yang membebani saya. Yang kami inginkan hanyalah keadilan. Persidangan ini harus memastikan hal seperti itu tidak pernah terjadi lagi di negara ini," katanya.

Asmaou Diallo, ayah korban yang juga korban, mengaku bahwa dirinya diserang dan nyaris tidak bisa menyelamatkan diri. Dia juga melihat putranya terbunuh di depannya.

"Citra yang paling mengejutkan bagi saya hari itu adalah tubuh anak saya yang terbunuh. Saya masih belum memproses apa yang terjadi. Mengetahui bahwa persidangan ini akan berlangsung adalah untuk semua korban awal dari harapan untuk pembebasan," kata Diallo, yang sekarang mengepalai asosiasi orang tua dan korban pembantaian.

3. Persidangan mendekatkan korban terhadap keadilan

Guinea Gelar Persidangan Kasus Pembantaian 2009, Renggut 157 Nyawa!Ilustrasi palu pengadilan. (Unsplash.com/Tingey Injury Law Firm)

Selama bertahun-tahun, pemerintah Guinea berusaha mencegah kembalinya Camara, khawatir hal itu dapat memicu ketidakstabilan politik. Namun, kudeta tahun lalu menempatkan junta militer yang saat ini berkuasa setuju dengan pemulangan Camara untuk diadili.

Camara akhirnya kembali pada akhir tahun lalu. Dia mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia percaya pada sistem peradilan negara itu, dan siap untuk mengatakan yang sebenarnya.

Associate direktur keadilan internasional HRW, Elise Keppler, mengatakan bahwa persidangan itu membawa korban selangkah lebih dekat dengan keadilan.

“Persidangan adalah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk keadilan bagi para korban di Guinea, yang harus disertai dengan reformasi untuk memungkinkan penghormatan terhadap hak dan lebih banyak penuntutan pelanggaran. Kantor Kejaksaan ICC telah memainkan peran penting dalam memajukan persidangan penting ini melalui pemantauan berkelanjutan dan kunjungan yang sering ke Conakry," katanya.

Nada Al-Nashif, penjabat Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, juga menyampaikan bahwa persidangan itu merupakan langkah penting untuk keadilan.

Baca Juga: 200 Aktivis Lingkungan Tewas, Amerika Latin Paling Mengerikan!

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya