Jerman Perkenalkan Sertifikat Digital Vaksin COVID-19

Sertifkat cetak juga bisa dijadikan bukti vaksinasi

Berlin, IDN Times - Pemerintah Jerman pada hari Kamis (10/6/2021) mengumumkan sertifikat digital vaksinasi COVID-19 yang bisa diakses di aplikasi ponsel pintar. Rencanannya sertifkat ini bisa mulai digunakan pada akhir Juni. Sertifikat digital ini merupakan bagian dari program UE yang akan menerapkan perjalanan tanpa batas mulai Juli.

1. Sertifikat digital mulai dibagikan pada minggu ini

Jerman Perkenalkan Sertifikat Digital Vaksin COVID-19Tampilan aplikasi Corona-Warn milik Jerman yang dapat menampilkan sertifikat COVID-19. (Twitter.com/Corona-Warn-App)

Dilansir The Independent, pada pengumuman itu Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengatakan mulai minggu ini pusat vaksinasi, praktik dokter, dan apotek akan mulai membagikan sertifikat digital kepada orang yang divaksinasi sepenuhnya. Sertifikat dapat dilihat di aplikasi ponsel bernama CovPass, yang memungkinkan pengguna mengunduh bukti status vaksinasi virus corona dan memungkinkan mereka mengakses restoran, museum, atau tempat lain yang memerlukan bukti telah melakukan vaksin.

Spahn menyampaikan dihadapan para wartawan bahwa sertifikat vaksinasi harus tersedia untuk semua orang di Jerman yang divaksinasi penuh pada akhir bulan Juni. “Tujuannya agar sertifikat ini juga bisa digunakan di Helsinki, Amsterdam atau Mallorca. Dengan demikian, kami di Uni Eropa menetapkan standar lintas batas yang belum ada di tempat lain di dunia,” kata Spahn kepada wartawan di Berlin, seraya menambahkan bahwa izin vaksinasi digital merupakan langkah penting untuk menghidupkan kembali pariwisata internasional.

Dilansir The Local, sertifikat digital tersebut juga dapat tampil di aplikasi Jerman, Corona-Warn, yang dibuat untuk memperingatkan orang-orang ketika mereka telah melakukan kontak dengan seseorang yang memiliki virus dan telah digunakan secara aktif oleh 25 juta orang. Orang yang belum sepenuhnya divaksinasi juga dapat mengunggah bukti tes negatif atau pemulihan ke aplikasi.

Jerman telah menguji coba sertifikat vaksinasi digital baru di pusat pengujian selama beberapa minggu terakhir. Beberapa orang yang menerima suntikan diberi sertifikat dengan kode QR yang dapat dipindai dengan menggunakan ponsel mereka di sebuah aplikasi dan akan akan diluncurkan secara nasional selama beberapa minggu mendatang.

Bagi mereka yang tidak memakai ponsel pintar dapat menggunakan sertifkat cetak sebagai bukti karena digital tidak wajib dan orang-orang masih dapat menggunakan buklet vaksinasi kertas mereka sebagai bukti jika mereka tidak ingin ikut serta dalam skema digital.

Menurut badan pengendalian penyakit Jerman, Robert Koch Institute, melaporkan pada hari Kamis bahwa 47 persen dari populasi, atau sekitar 39,1 juta orang, telah divaksinasi setidaknya sekali. Laporan sehari sebelumnya menyampaikan bahwa orang yang telah divaksinasi dosis lengkap masih di bawah 19 juta.

2. Apoteker dan dokter masih bingung mengenai sertifikat digital

Jerman Perkenalkan Sertifikat Digital Vaksin COVID-19Ilustrasi apoteker yang sedang mengambil obat. (Unsplash.com/National Cancer Institute)

Baca Juga: Oposisi Namibia Menentang Kesepakatan Genosida Jerman

Dilansir DW, mengenai sertifikat digital itu apoteker dan dokter masih tidak siap dan merasa bingung. Dalam menerbitkan sertifikat digital dokter telah dijanjikan penggantian dari 2-6 euro (Rp34-104 ribu) untuk setiap dokumen digital yang mereka keluarkan kepada pasien yang mereka vaksin. Untuk penerbitan retroaktif dari klinik sertifikat, pusat vaksinasi dan apotek akan menerima 18 euro (Rp312 ribu).

Ada 20 ribu apotek di Jerman dan dapat mulai mendaftar untuk prosedur sertifikasi vaksin digital mulai pekan ini, tetapi seorang apoteker di Berlin yang tidak ingin namanya dipublikasikan menyampaikan pada 9 Juni bahwa dia masih tidak memiliki informasi tentang bagaimana ini seharusnya bekerja. "Saya menerima surat konfirmasi dari asosiasi apoteker yang mengonfirmasi bahwa kami dapat mengeluarkan sertifikat digital. Tapi itu saja, tidak ada informasi tambahan!" Dia mengangkat bahu.

"Kita seharusnya mulai hari Senin. Tapi aku tidak tahu bagaimana melakukannya. Aku tidak punya perangkat lunak untuk itu. Dan aku tidak tahu bagaimana membedakan sertifikat kertas palsu dari yang asli." Dia merasa khawatir, karena mengeluarkan sertifikat palsu dapat dihukum sebagai pelanggaran dan dikenakan denda.

Apoteker itu telah didatangi oleh delapan orang pada 9 Juni yang meminta sertifikat digital. Di apotek, bahkan telah ada 20 orang yang semuanya meminta sertifikat, tapi harus ditolak tanpa bisa memberi tahu mereka kapan mereka bisa mulai membagikan sertifikat digital. "Itu hampir membuatku ingin tertawa," katanya dengan ekspresi putus asa.

Seorang dokter umum, Michael Schafer di Berlin juga bingung dengan sertikat digital, dia tidak tahu harus berkata apa ketika pasiennya bertanya kepadanya tentang sertifikat digital. "Kami mendengar sesuatu yang baru setiap hari," katanya. "Tapi bukan bagaimana tepatnya itu seharusnya bekerja. Pada dasarnya perlu diintegrasikan dalam perangkat lunak administrasi kami, tetapi penyedia perangkat lunak administratif PVS belum diberikan instruksi apa pun."

Pemerintah menginginkan PVS, sistem penagihan untuk penyedia layanan kesehatan, sebagai pengembang dan mendistribusikan pembaruan perangkat lunak yang relevan untuk virus COVID-19 digital, yang paling lambat sudah tersedia pada 12 Juli, tetapi sebaiknya sebelum akhir Juni, tapi Schafer ragu apakah itu akan terlaksana sesuai yang ditentukan.

3. Parlemen Eropa mengumumkan otorisasi penggunaan sertifikat digital COVID-19

Jerman Perkenalkan Sertifikat Digital Vaksin COVID-19Ilustrasi kode QR sertifikat digital vaksin COVID-19. (Unsplash.com/Lukas)

Dilansir DW, pada 9 Juni parlemen Eropa mengumumkan otorisasi penggunaan sertifikat digital COVID-19 di Uni Eropa (UE), dengan mengatakan bahwa negara-negara anggota terserah untuk menerapkan aturan tersebut.

Kebijakan itu mulai berlaku mulai 1 Juli dan akan berlangsung selama 12 bulan, yang merupakan program UE untuk memungkinkan perjalanan yang lebih aman antara negara-negara UE dengan memvalidasi apakah seseorang telah sepenuhnya divaksinasi, baru-baru ini dites negatif untuk virus, atau telah pulih dari penyakit. UE juga akan menyediakan 100 juta euro (Rp1,7 triliun) untuk pembelian alat tes COVID-19.

Dilansir The Independent, selain Jerman, enam negara UE lainnya juga sedang menguji sertifikat digital vaksinasi COVID-19. Berbagai negara di Eropa telah membuka pintu bagi wisatawan Eropa, baik yang divaksinasi maupun tidak. Saat ini warga Inggris bisa terbang ke Spanyol, tanpa pengujian atau karantina, dan Prancis kemarin menyambut warga Inggris yang divaksinasi lengkap hanya dengan uji aliran lateral.

Baca Juga: Uni Eropa-Jerman Hibahkan Rp174 Miliar untuk Riset COVID di Indonesia

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya