Jurnalis Uganda Lakukan Protes ke Pasukan Keamanan

Pihak keamanan Uganda dituduh lakukan kekerasan

Kampala, IDN Times - Pada Senin (28/12) jurnalis Uganda yang menghadiri konferensi pers di ibu kota Kampala keluar dari tempat konferensi sebagai bentuk protes, karena dalam acara tersebut petinggi militer Uganda tidak memberikan permintaan maaf setelah para jurnalis mendapat kekerasan, yang diduga dilakukan pihak keamanan.

Dalam acara tersebut justru banyak petugas polisi yang berjaga dan mengatakan mereka takut para wartawan akan menyakiti mereka.

1. Para jurnalis dituduh tidak profesional

Jurnalis Uganda Lakukan Protes ke Pasukan KeamananIlustrasi jurnalis yang mencatat laporan liputan berita. Sumber:twitter.com/The Climate Reality Project

Para jurnalis Uganda mendapat pesan undangan pada hari Minggu untuk menghadiri konferensi pers di hari Senin, 28 Desember yang akan disampaikan oleh kepala pasukan pertahanan, Jenderal David Muhoozi di Pusat Media Kampala.

Namun pada saat konferensi pers yang berbica justru komisaris politik untuk Pasukan Pertahanan Rakyat Uganda (UPDF), Brigjen Henry Matsiko. Matsiko berbicara memgenai peringatan 40 tahun UPDF yang akan datang, namun ketika ditanyai mengenai kekerasan yang dilakukan oleh pihak berwenang terhadap jurnalis, Matsiko justru menuding para jurnalis tidak profesional dan memihak pada salah satu kandidat presiden.

“Bahkan dengan mendengarkan beberapa dari Anda, cara Anda menampilkan diri sendiri, saya mendapat kesan bahwa Anda sedang bergerak ke medan aktivisme yang berbeda. Dan aktivisme memiliki dinamikanya sendiri. Jadi, setelah Anda menjadi jurnalis, buktikan kepada kami bahwa Anda menjalankan profesionalisme. Saya sudah menyesal dan saya katakan biarkan kami semua… tolong, tolong," kata Matsiko yang dilansir dari VOA News.

Karena pernyataan tersebut lebih dari 100 jurnalis yang hadir dalam konferensi pers kemudian segera keluar, mengatakan mereka tidak akan meliput acara tersebut.

2. Jurnalis merasa tidak dilindungi

Jurnalis Uganda Lakukan Protes ke Pasukan KeamananIlustrasi Kebebasan Bersuara (IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: Liput Wuhan, Tiongkok Penjarakan Jurnalis

Jurnalis Uganda merasa tidak aman dalam menyampaikan berita mereka, karena sering terancam oleh kekerasam yang dilakukan pihak keamanan. Mereka para jurnalis tidak akan mengabarkan berita mengenai keamanan negara, bila tidak ada permintaan maaf atas kekerasan yang dialami rekan mereka.

Mengutip dari Anadolu Agency,  Moses Mulondo, ketua Asosiasi Pers Parlemen Uganda (UPPA), mengatakan bahwa para wartawan sudah cukup diserang.

"Kami menderita luka parah di tangan agen keamanan yang seharusnya melindungi kami." Mulondo juga mengatakan bahwa kepala polisi Martin Okoth Ochola sebagai musush dalam kebebasan pers dan pelanggar hak asasi manusia.

Melansir dari VOA News, Abubaker Lubowa, jurnalis foto dari surat kabar Daily Monitor, mengatakan bahwa tindakan untuk keluar dari konferensi pers adalah bentuk solidaritas terhadap rekan mereka yang dirawat di rumah sakit.

'Yang menyakitkan kami, beberapa dari kami telah meliput fungsi negara. Tapi saat Anda meliput oposisi, maka Anda menjadi jurnalis yang buruk. Saat Anda meliput pemerintahan yang berkuasa, maka Anda adalah jurnalis yang sangat baik. Lantas, apa yang harus kita lakukan di negeri ini? Kami mencintai negara kami, tetapi kami tidak dapat bekerja dalam kondisi seperti itu."

Michael Kakumiro, jurnalis foto yang pernah mendapat kekerasan di tahun 2001 saat meliput pemimpin oposisi Kizza Besigye, ia mengatakan kepada VOA bahwa sampai saat ini belum pernah menerima permintaaf maaf atas kekerasan yang dialami.

“Aku bahkan punya bekas luka, kamu bisa lihat. Lihat dahiku. Bagaimana kalau disini? Saya tidak dilahirkan seperti ini. Saya menutupi Besigye. Dan, gabungan polisi dan tentara yang memukuli saya."

Para jurnalis yang juga merupakan warga sipil, namun saat keluar dari Pusat Media Kampala terlihat banyak aparat keamanan yang berjaga, yang terdiri dar 15 sepeda motor polisi, truk polisi, petugas pertahanan daerah yang diduga memegang senapan AK-47, dan van polisi.

Saat dimintai keterangan mengenai petugas yang berjaga Brigjen Flavia Byekwaso, juru bicara UPDF, menyebut penempatan tersebut merupakan kesalahan.

3. Kampanye Bobi Wine diwarnai kekerasan

Jurnalis Uganda Lakukan Protes ke Pasukan KeamananKandidat presiden Uganda, Bobi Wine bersama dengan anggota tim kemanannya Francis Senteza Kalibala yang tewas oleh kendaaran polisi saat berusaha membantu jurnalis yang terluka. Sumber:twitter.com/BOBI WINE

Mengutip dari Africa News, kekerasan terhadap jurnalis terjadi pada Minggu, 27 Desember saat kampanye calon presiden Bobi Wine, seorang penyanyi dan Bintang pop dan anggota parlemen.

Kekerasan pada jurnalis terjadi pada hari Minggu menimpa tiga orang jurnalis. Dalam kekerasan yang diduga dilakukan polisi Ashraf Kasirye jurnalis Ghetto TV mengalami luka serangan benda tumpul di atas mata kiri yang diduga berasal dari tabung gas air mata. Sementara itu anggota keamanan Bobi Wine yaitu Francis Senteza Kalibala dikabarkan tewas oleh kendaaran polisi saat berusaha menolong Ashraf. Kematian Francis belum dikonfirmasi oleh pihak kepolisian.

Bobi Wine dianggap sebagai lawan kuat Presiden Yoweri Museveni, yang telah berkuasa di Uganda sejak tahun 1986. Dia pada bulan November sempat ditahan yang memicu protes dan bentrokan yang menewaskan sedikitnya 37 orang, dan mengawali terjadinya kekerasan dalam kampanye.

Regulator telekomunikasi Uganda pada awal Desember telah meminta YouTube dan Google untuk memblokir saluran video YouTube Bobi Wine, Ghetto TV, yang dianggap mengancam keamanan.

Pemilu Uganda akan berlangsung pada 14 Januari 2021.

Baca Juga: 2020 adalah Tahun Suram Bagi Jurnalis di Seluruh Dunia

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya