Kejahatan Kebencian di AS Tertinggi dalam 12 Tahun

Sejak 2014 kejahatan kebencian di AS selalu naik

Jakarta, IDN Times - Sebuah laporan tahunan FBI yang dirilis pada Senin (30/8/2021) menunjukkan kejahatan kebencian pada tahun 2020 di Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi dalam 12 tahun, dengan lebih dari 10 ribu orang melapor ke pihak berwenang. Kejahatan kebencian yang dilaporkan terkait dengan rasis, orientasi seksual, jenis kelamin, agama, atau kondisi tubuh yang memiliki kekurangan.

1. Ada lebih dari 7.700 kejahatan rasial sepanjang 2020

Kejahatan Kebencian di AS Tertinggi dalam 12 TahunUnjuk rasa Black Lives Matter di AS pada 2020, yang dipicu oleh kematian seorang pria kulit hitam. (Unsplash.com/Clay Banks)

Melansir dari BBC, berdasarkan laporan FBI itu ada lebih dari 7.700 kejahatan rasial yang dilaporkan ke FBI pada tahun 2020. Jumlah itu yang paling banyak sejak 2008, dengan 7.783 laporan. Kejahatan kebencian telah meningkat di AS hampir setiap tahun sejak 2014.

Peningkatan kejahatan rasial terhadap keturunan Asia mengalami peningkatan sebesar 70 persen, dari 158 menjadi 274. Kenaikan tindakan rasis terhadap warga kulit hitam di AS naik 40 persen, dari 1.930 menjadi 2.755 insiden. Warga kulit putih yang merupakan mayoritas melaporkan 773 kasus rasis, naik 16 persen.

Dalam laporan FBI memberitahu hampir 62 persen korban menjadi sasaran adalah karena bias ras atau etnis. Untuk pelanggaran berdasarkan agama 13 persen, dengan kebencian terhadap Muslim turun 42 persen dan Yahudi turun 30 persen. Kebencian karena orientasi seksual adalah sebesar 20 persen.

Pelanggaran yang tercatat paling sering dilaporkan sebagai intimidasi, meskipun 18 persen adalah kejahatan penyerangan yang diperparah. Total pelanggar yang tercatat adalah 6.576, yang mayoritas merupakan warga kulit putih sebesar 55 persen, diikuti warga kulit Hitam 20 persen, mereka yang etnisnya tidak diketahui 16 persen, dari ras lainnya 6 persen, dan keturunan Asia 1 persen.

2. Jumlah agensi yang melaporkan kejahatan kebencian berkurang

Baca Juga: Bahas Pengurangan Kejahatan, Biden Akan Bertemu Eric Adams

Melansir dari The Guardian, FBI memiliki kewajiban untuk setiap tahunnya melaporkan data kejahatan kebencian berdasarkan data yang diterima oleh penegak hukum lokal. Namun, jumlah lembaga yang melaporkan menurun selama dua tahun berturut-turut.  Pada tahun 2020, 15.136 agensi mengirimkan laporan, turun 422 lebih sedikit dari tahun 2019.

Total ada lebih dari 18 ribu agen di AS yang berhak mengumpulkan data. Sebagian besar agensi yang berpartisipasi pada tahun lalu melaporkan tidak ada kejahatan rasial yang mereka terima.

Data FBI memiliki kemungkinan kurang lengkap karena di beberapa yurisdiksi, jaksa lokal memiliki pandangan yang berbeda dalam memutuskan kejahatan rasial. Data yang tidak akurat juga kemungkinan karena polisi kurang terlatih dalam memahami kejahatan kebencian. Karena hal itu diperkirakan jumlahnya berpotensi jauh lebih besar daripada yang dilaporkan.

Jaksa Agung AS, Merrick Garland dalam suatu pernyataan menyampaikan tindakan untuk mencegah dan merespon kejahatan kebencian adalah salah satu prioritas tertinggi departemen kehakiman. Dia mengatakan kenaikan sebagian besar kejahatan kebencian didasari oleh ras, etnis, atau identitas gender, Garland juga menyampaikan perlu tindakan segera untuk mengatasi hal ini.

3. Kejahatan rasial terhadap keturunan Asia di AS meningkat selama pandemik

Kejahatan Kebencian di AS Tertinggi dalam 12 TahunIlustrasi menentang rasis terhadap keturunan Asia. (Unsplash.com/Kareem Hayes)

Melansir dari CNN, tindakan rasis kepada keturunan Asia yang mengalami lonjakan sebagian besar dikaitkan dengan pandemik COVID-19 karena virus pertama kali diidentifikasi di China. Laporan Stop AAPI Hate, yang melacak rasisme dan diskriminasi terhadap keturunan Asia di AS menunjukkan ada 4.533 insiden dalam enam bulan pertama tahun ini. Laporanya itu juga menyampaikan ada 9.081 keluhan langsung antara 19 Maret tahun lalu hingga 30 Juni.

Laporan Stop AAPI Hate menunjukkan serangan rasial berupa verbal sekitar 63,7 persen, pengucilan atau penghindaran sekitar 16,5 persen, dan tindakan rasis yang melibatkan fisik sekitar 13,7 persen. Kebanyakan mereka yang menjadi korban adalah wanita sekitar 63,3 persen dan 48,1 persen korban memberitahu insiden itu melibatkan retorika anti-China atau menentang migran.

Banyaknya kasus rasis, terutama terhadap keturunan Asia membuat Presiden Joe Biden pada bulan Mei menyetujui Undang-undang Kejahatan Kebencian COVID-19, yang mempercepat penyelidikan kejahatan rasial dan menyediakan hibah untuk membantu lembaga meningkatkan penyelidikan, identifikasi, dan pelaporan.

Baca Juga: Biden Tanda Tangani Hukum Kebencian Rasial

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya