Kenya Ingin Tutup Kamp Pengungsi di Dadaab dan Kakuma

UNHCR memiliki waktu 14 hari untuk menutup kamp

Nairobi, IDN Times - Pada Rabu 24, Maret Pemerintah Kenya mengumumkan niat untuk menutup dua kamp pengungsi yang terletak di bagian utara yaitu kamp Dadaab dan Kakuma. Dua kamp tersebut menampung ratusan ribu pengungsi dari negara tetangga Somalia.

Kenya berencana menutup dua kamp tersebut sejak 2016. Dua kamp pengungsi itu banyak menampung orang-orang dari Somalia karena itu penutupuan dikaitkan dengan perselisihan Kenya dan Somalia terkait batas laut.

1. Batas waktu pemindahan pengungsi

Melansir dari VOA News, Menteri Dalam Negeri Kenya Fred Matiang’i pada Rabu, 24 Maret mengumumkan rencana untuk menutup dua kamp pengungsi, Dadaab dan Kakuma. Karena penutupan itu Kenya menuntut UNHCR dalam dua minggu, untuk segera memberikan “peta jalan” mengenai evakuasi pengungsi.

UNHCR mengatakan akan melanjutkan dialog dan telah meminta Kenya untuk menjamin perlindungan bagi para pengungsi. Dalam sebuah pernyataan, badan pengungsi PBB tersebut mengatakan, "Keputusan itu akan berdampak pada perlindungan pengungsi di Kenya, termasuk dalam konteks pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung."

Namun, Kementerian Dalam Negeri melalui Twitter menyampaikan bahwa tidak ada ruang lebih lanjut untuk negosiasi.

Pada hari Selasa, otoritas Kenya mengatakan kepada UNCHR bahwa pengungsi akan dikirim ke perbatasan dengan Somalia, bila UNHCR tidak menutup kamp sesuai dengan batas waktu dua minggu.

2. Niat penutupan sudah ada sejak 2016

Kenya Ingin Tutup Kamp Pengungsi di Dadaab dan KakumaIlustrasi kamp pengungsi yang berencana ditutup oleh pemerintah Kenya. Sumber:unsplash.com/Julie Ricard

Baca Juga: Kenya Tidak Hadir di Sidang Sengketa Maritim dengan Somalia

Melansir dari DW, pemerintah telah berniat untuk menutup kamp Dadaab, yang dekat dengan perbatasan Somalia sejak 2016. Dalam rencana penutupan kali ini kamp Kakuma, yang berada di dekat Sudan Selatan juga akan ditutup.

Kamp pengungsi Dadaab, didirikan pada tahun 1991 untuk menampung orang-orang yang melarikan diri dari kekeringan dan peperangan di Somalia, dan Kamp Kakuma, yang sebagian besar menampung warga Sudan Selatan, dan juga terdapat orang-orang dari Ethiopia, Burundi, Kongo dan Sudan. Pada bulan lalu di Kakuma terdapat 1.700 pengungsi baru. Jumlah pengungsi kedua kamp itu jika digabungkan memiliki 512.000 pengungsi, menurut statistik UNHCR. 

Matiang'i meyampaikan bahwa penutupan dua kamp itu sebagai tugas pemerintah untuk melindungi warga Kenya, yang merujuk kejadian serangan Al-Shabaab yang berbasis di Somalia terhadap pusat perbelanjaan Westgate di Nairobi pada 2013. Lalu kejadian di Garissa University College pada 2015 di Kenya timur, yang menurut penyelidikan intelijen bahwa elemen di dalam kamp telah terlibat dalam perencanaan teroris.

Pada tahun 2016, UNHCR juga telah menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas niat pemerintah Kenya saat itu untuk mengakhiri menampung pengungsi. Niat Kenya di 2016 terhalang oleh Pengadilan Tinggi Kenya dengan alasan bahwa Nairobi akan melanggar kewajiban internasionalnya. Kenya telah menjadi "suar terkemuka" untuk perlindungan internasional, kata UNHCR pada saat itu, memberikan keamanan bagi ratusan ribu orang yang melarikan diri dari penganiayaan.

Sejak 2013 Kenya, Somalia, dan UNHCR menyepakati skema repatriasi sukarela, pengungsi Somalia dalam setidaknya tujuh perjalanan ke wilayah Somalia yaitu ke Baidoa dan Mogadishu, ibu kota Somalia untuk menilai kemungkinan pengembalian. Pemulangan sukarela dari Januari hingga Desember tahun lalu berjumlah 26, berdasarkan catatan UNHCR, sementara 53 pengungsi telah dimukimkan kembali ke negara lain. 

Kenya juga menampung puluhan ribu lebih pengungsi di kamp-kamp yang lebih kecil seperti Kalobeyei, juga di barat laut Kenya, dan dekat Nairobi. Banyaknya pengungsi tentunya semakin meningkatkan pekerjaan bagi pemerintah, namun pemulangan ke Somalia sepertinya akan sulit dilakukan karena tiga perempat keluarga Somalia kekurangan air minum, menurut Save the Children pada hari Senin.

3. Penutupan tidak terkait dengan hubungan diplomatik

Melansir dari Reuters, kamp pengungsi Dadaab dan Kakuma, yang kebanyakan merupakan orang-orang dari Somalia. Rencana penutupan kamp ini terjadi saat ini Kenya dan Somalia sedang bersitegang. Pada Desember lalu hubungan diplomatik kedua negara terputus karena Somalia menuduh Kenya mencampuri urusan dalam negerinya.

Kedua negara itu juga sedang berselisih terkait batas laut. Sengketa tersebut dibawa ke meja pengadilan Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Kenya pada sidang sengketa tersebut tidak hadir.

Meski sedang berselisih dengan Somalia pemerintah Kenya menyampaikan bahwa penutupan kamp tidak terkait dengan hubungan diplomatik yang saat ini terjadi dengan Somalia.

Baca Juga: Kisah Pasar Gelap Jual Beli Bayi di Kenya 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya