Menlu AS Berupaya Tingkatkan Kerja Sama dengan NATO

NATO adalah sekutu AS yang berharga

Brussels, IDN Times - Pada hari Selasa, 23 Maret Menlu AS Antony Blinken dalam kunjungannya ke Brussels, Belgia bertemu dengan mitra dari anggota NATO lainnya. Pertemuan itu menjadi momen penting bagi AS untuk membangun kembali kemitraan dengan NATO setelah sempat berselisih pada masa pemerintahan Trump.

Di pertemuan itu Blinken dengan aliansinya membahas berbagai topik, yaitu mengenai penarikan pasukan AS dari Afghanistan, kerja sama antara Rusia dan Tiongkok, Turki, dan jalur pipa gas Nord Stream.

1. AS ingin perbaiki hubungan dengan NATO

Melansir dari Reuters, pada kunjungan ke Brussels di hari Selasa, Blinken menjadi pejabat tinggi AS pertama yang mengunjungi NATO sejak Presiden Biden menjabat pada Januari. Dalam kunjungannya Blinken berjanji untuk membangun kembali kemitraanya dengan NATO.

"Saya datang ke sini untuk mengungkapkan komitmen teguh Amerika Serikat (kepada NATO)," kata Blinken kepada wartawan saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. "Amerika Serikat ingin membangun kembali kemitraan kami, pertama dan terutama dengan sekutu NATO kami, kami ingin merevitalisasi aliansi."

Presiden Biden dijadwalkan akan bergabung dalam pertemuan melalui konferensi video dengan para pemimpin Uni Eropa pada hari Kamis. 

AS dan sekutu utamanya NATO sempat mengalami hubungan yang kurang harmonis dalam pemerintahan Trump, yang mengatakan aliansi itu sudah usang dan menghina sekutu atas target anggaran militer. Upaya AS merevitalisasi hubunganya disambut baik oleh para anggota NATO di Eropa.

"Hal terakhir yang dapat kami lakukan adalah menerima begitu saja aliansi ini," kata Blinken, yang telah lama jadi kepercayaan Biden yang berusaha memperbaiki hubungan yang rusak akibat kebijakan "America First" Trump. "Proses menghadapi kekurangan kita sendiri bisa sangat menyakitkan. Bisa jelek. Tapi pada akhirnya, paling tidak hari ini, kita telah tampil lebih baik dan lebih kuat untuk itu," katanya.

2. Pembicaraan mengenai Afghanistan

Baca Juga: Sekjen NATO: Belum Saatnya Pasukan NATO Tinggalkan Afghanistan

Melansir dari VOA News, pada 1 Mei nanti AS akan menarik seluruh pasukan dari Afghanistan setelah melakukan perjanjian damai yang dibuat tahun lalu antara Taliban Afghanistan dengan pemerintahan Trump.

Karena hal tersebut pada pertemuan di hari Selasa salah satu topik utama dalam diskusi selama dua hari pertemuan adalah misi NATO di Afghanistan. Blinken akan membicarakan penarikan pasukan dengan sekutu NATO, baik untuk mendengarkan maupun berbagi pemikiran AS. Dia mengatakan apa pun yang diputuskan AS akan dengan konsultasi negara anggota lain yang telah menjadi bagian dari misi militer. “Kami masuk bersama, kami telah menyesuaikan diri, dan ketika waktunya tepat, kami akan pergi bersama,” kata Blinken.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyampaikan bahwa dia menyambut baik upaya perdamaian, menekankan itu adalah "satu-satunya jalan menuju solusi politik yang langgeng di Afghanistan." Namun, Stoltenberg mengatakan bahwa untuk mencapai perdamaian, semua pihak harus bernegosiasi dengan itikad baik, perlu ada pengurangan kekerasan, dan Taliban harus berhenti mendukung teroris internasional seperti Al-Qaeda.

Menlu Jerman Heiko Maas memperingatkan penarikan pasukan yang dianggap dapat melemahkan keamanan. "Kami ingin penarikan semua pasukan dari Afghanistan berdasarkan kondisi," kata Maas.

Melansir dari Euro News, Biden pada pekan lalu telah menyampaikan bahwa akan sulit bagi AS untuk menarik pasukan pada tenggat waktu 1 Mei. Perkataan Biden dikabarkan telah membuat marah Taliban, yang memperingatkan bahwa AS akan "bertanggung jawab atas konsekuensinya".

Sekutu NATO mengatakan mereka bersedia tinggal di Afghanistan lebih lama, jika AS juga melakukannya. NATO telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun dan saat ini memiliki 9.600 pasukan, 2.500 tentara merupakan pasukan AS.

3. Pembahasan lainnya

Menlu AS Berupaya Tingkatkan Kerja Sama dengan NATODalam kunjungannya ke Brussel, Belgia, Blinken juga membahas mengenai Rusia, Tiongkok, Turki, dan Iran. Sumber:twitter.com/Secretary Antony Blinken

Melansir dari VOA News, dalam rencana kunjungan Blinken juga mencakup pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan JosepBorrell, kepala kebijakan luar negeri UE. Departemen Luar Negeri mengatakan agenda pertemuan termasuk upaya pemulihan ekonomi sebagai tanggapan terhadap pandemi virus corona dan mengatasi "tantangan global yang datang dari Iran, Rusia, dan Tiongkok." Bagian terakhir dari agenda kunjungan di Belgia adalah pembicaraan bilateral dengan Wakil Perdana Menteri Belgia dan Menteri Luar Negeri Sophie Wilmes.

Melansir dari Euro News, hubungan kerja sama antara Rusia dengan Tiongkok juga masuk dalam topik pembahasan. Jamie Shea yang merupakan mantan wakil asisten sekretaris jenderal NATO menyampaikan mengenai Rusia dan Tiongkok.

"NATO telah melakukan pekerjaan yang baik dengan pasukannya di Eropa Timur, memblokir ancaman konvensional Rusia. Tapi masalah utamanya adalah apa yang kita lakukan terhadap aktivitas Rusia di bawah layar radar, campur tangan pemilu, serangan dunia maya?" AS berbicara tentang serangan siber pembalasan terhadap Rusia. Dan saya pikir itu akan membutuhkan lebih banyak waktu. Apakah NATO pergi ke Asia atau apakah itu pada dasarnya menangani tantangan Tiongkok di Eropa, khususnya, misalnya, jaringan dan investasi 5G?"

Menlu Rusia dan Tiongkok, Sergey Lavrov dan Wang Yi telah menunjukkan persatuan mereka pada pertemuan hari Selasa, yang mengutuk sanksi baru Barat atas tuduhan Tiongkok melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Setelah pertemuan keduanya mengeluarkan pernyataan bahwa campur tangan pihak asing terhadap urusan internal dengan alasan demokrasi tidak dapat diterima.

Selain itu pertemuan juga membahas Nord Stream, Turki dan sengketa internal NATO lainnya Blinken mengatakan dia akan mengangkat masalah kontroversial dari Nord Stream 2 dengan mitranya dari Jerman. AS khawatir jalur pipa gas yang kontroversial itu dapat merusak Kemanan Ukraina dan UE.

Blinken mendesak Turki untuk sepenuhnya merangkul aliansi tersebut setelah Ankara dikecam karena membeli peralatan militer dari Rusia. Turki tetap membeli dari Rusia meskipun ada ancaman sanksi AS.

Baca Juga: Rusia Keluar Dari Perjanjian Open Skies karena AS-NATO

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya