MHRA Setujui Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca Sebagai Booster

Program diharapkan dimulai pada musim gugur

Jakarta, IDN Times - Regulator obat-obatan Inggris Raya, Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) pada hari Kamis (9/9/2021) menyetujui vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca sebagai vaksin booster. Namun, masih diperlukan persetujuan dari Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI) agar program bisa dilakukan.

Pada awal bulan ini JCVI telah menyetujui dosis ketiga untuk sekitar 500 ribu orang dewasa dan anak-anak yang sangat rentan secara klinis, tapi itu dianggap bukan bagian dari booster.

1. Mereka yang menerima dua dosis AstraZeneca tidak boleh disuntik vaksin lain

MHRA Setujui Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca Sebagai BoosterIlustrasi vaksin COVID-19. (Unsplash.com/Mika Baumeister)

Melansir dari Evening Standard, persetujuan MHRA diberikan setelah melakukan uji klinis vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, Moderna, Johnson & Johnson, Valneva, dan CureVac. Uji klinis itu menghabiskan biaya senilai 19,3 juta pound sterling (Rp380 miliar).

Penelitian ini untuk mengetahui apakah setelah mendapatkan dua dosis, maka dosis ketiga akan memberikan banyak manfaat. Hasil riset menjadi masukkan untuk JCVI yang membahas suntikan penguat pada hari Kamis.

Dalam hasil riset yang dilakukan MHRA menyampaikan vaksin produksi Pfizer-BioNTech dapat diberikan kepada siapa saja, terlepas dari dosis yang mereka miliki sebelumnya. Namun, hal itu tidak berlaku untuk vaksin AstraZeneca, yang hanya akan diberikan kepada orang yang telah menerima dua dosis AstraZeneca.

Dr June Raine, kepala eksekutif dari MHRA, menyampaikan dia senang dapat mengonfirmasi pengunaan booster vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca. Dia menyebut persetujan ini sebagai langkah penting untuk menyelamatkan orang, dikutip dari BBC

Para menteri yakin suntikan vaksin untuk penguat perlindungan ini akan disetujui oleh JCVI.

2. Tahap pertama booster untuk lansia berusia di atas 70 tahun

MHRA Setujui Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca Sebagai BoosterIlustrasi vaksinasi. (Unsplash.com/CDC)

Baca Juga: Singapura Sumbangkan 100 Ribu Dosis Pfizer ke Johor Malaysia

Melansir dari Evening Standard, juru bicara Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial menyampaikan program suntikan penguat ini direncanakan diberikan pada musim gugur untuk melindungi mereka yang paling rentan terhadap COVID-19. Departemen itu memberitahu mengenai vaksin yang akan digunakan berdasarkan saran dari JCVI.

Pada tiga bulan yang lalu, JCVI memberikan panduan sementara, yang dapat diubah mengenai program suntikan dosis ketiga. Dalam tahap pertama akan diberikan kepada orang dewasa yang memiliki sistem imun lemah, lansia yang berusia di atas 70 tahun, dan mereka yang dianggap sangat rentan secara klinis. Petugas kesehatan dan perawat sosial juga masuk dalam program tahap pertama.

Untuk tahap kedua akan diberikan kepada semua orang yang berusia lebih dari 50 tahun, dan untuk berusia lebih dari 16 tahun yang berada dalam kelompok berisiko atau yang memenuhi syarat vaksin flu tahunan, seperti penderita asma dan orang yang merupakan kontak dekat dengan mereka yang mengalami sistem imun lemah.

Panduan itu dirilis karena saat itu JCVI mengatakan ada bukti bahwa vaksin yang digunakan dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap mereka yang memiliki penyakit parah setidaknya selama enam bulan untuk sebagian besar, dan menemukan bukti bahwa daya tahan akan lebih tinggi dengan dosis ketiga.

3. Booster dianggap dapat menyebabkan distribusi vaksin yang tidak adil

MHRA Setujui Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca Sebagai BoosterIlustrasi vaksin COVID-19. (Unsplash.com/Braňo)

Melansir dari The Guardian, profesor imunologi dari Imperial College London, Danny Altmann, menyambut baik keputuan MHRA, dia menyampaikan suntikan booster yang dilakukan Israel telah menunjukkan dosis ketiga dapat meningkatkan perlindungan.

Namun, menurut profesor Andrew Hayward, direktur institut epidemiologi dan perawatan kesehatan dari University College London pemberan booster akan menyebabkan ketidakadilan dalam distribusi vaksin yang adil di seluruh dunia, dia menyarakan agar vaksin lebih baik diberikan kepada negara yang tingkat vaksinasinya masih rendah.

Meski tidak setuju untuk digunakan secara luas profesor Hayward setuju untuk pengunaan dosis penguat pada orang tua dan mereka yang sangat rentan secara klinis.

Pimpinan AstraZeneca telah memperingatkan untuk tidak terburu-buru menawarkan dosis penguat karena belum ada data yang secara jelas menyarankan dosis ketiga, dikutip dari BBC.

Baca Juga: FDA Beri Lisensi Penuh Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya