Oriel College Universitas Oxford Tolak Hapus Patung Cecil Rhodes

Rhodes merupakan pendukung supremasi kulit putih

Oxford, IDN Times - Patung Imperialis Inggris Cecil Rhodes yang terdapat di Oriel College, yang masih bagian dari University of Oxford di Oxford, Inggris selama beberapa tahun terakhir patung itu telah diminta para pengunjuk rasa untuk diturunkan. Permintaan tersebut sebelumnya disetujui, tapi pada hari Kamis (20/5/2021) Oriel College menolak untuk menurunkan patung itu mengabaikan saran komisi independen.

Rhodes yang alumni Oriel College ini merupakan pengusaha yang kaya dari berlian Afrika Selatan dianggap telah mewakili supremasi kulit putih dan mendalami kolonialisme dan rasisme.

1.  Pihak perguruan tinggi akan berfokus pada kesetaraan dan keragamana pendidikan

Dilansir BBC, komisi yang dibentuk oleh Oriel College untuk memberikan saran mengenai penghapusan patung Rhodes mengatakan "mayoritas" anggotanya mendukung pencopotan. Namun, Oriel pada hari Kamis menyampaikan bahwa mereka tidak akan memindahkan patung karena biaya dan proses yang berpotensi memakan waktu bertahun-tahun untuk penurunan.

Meski tidak jadi menurunkan patung Rhodes, pihak perguruan tinggi mengatakan bahwa mereka akan berfokus pada rekomendasi komisi seputar "kontekstualisasi hubungan perguruan tinggi dengan Rhodes" dan meningkatkan keragaman dan kesetaraan pendidikan di antara para mahasiswa, serta penggalangan dana untuk beasiswa guna mendukung mahasiswa dari Afrika selatan.

Rektor Oriel College Lord Mendoza, menyampaikan bahwa pihak perguruan tinggi memahami "kesimpulan bernuansa ini akan mengecewakan bagi sebagian orang, tetapi kami sekarang fokus pada penyampaian tindakan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan pengalaman sehari-hari siswa BME".

Pihak perguruan tinggi mengatakan mayoritas pengajuan ke komisi mendukung retensi patung tersebut. Pemindahan patung akan memerlukan izin perencanaan dari Dewan Kota Oxford, Inggris Bersejarah, dan sekretaris negara bagian untuk pemerintah daerah, Robert Jenrick.

Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza dengan Ratusan Korban Jiwa Pihak Palestina

2. Keputusan batal mengapus patung Rhodes menimbulkan kritikan keras

Oriel College Universitas Oxford Tolak Hapus Patung Cecil RhodesIlustrasi unjuk rasa di Oriel Colleg untuk meminta patung Cecil Rhodes diturunkan. (Unsplash.com/Alex Motoc)

The Guardian melansir, pembatalan keputusan Oriel itu telah menimbulkan kritikan keras terhadap perguruan tinggi di Oxford tersebut. Susan Brown, pimpinan dewan kota Oxford, mengaku kecewa dengan keputusan itu, dia juga mengkritik tindakan Oriel yang tidak menunjukkan pengakuan atas diskriminasi di masa lalu dengan tidak menurunkan patung.

Akademisi juga mengkritik pembatalan itu, Simukai Chigudu, seorang profesor politik Afrika di Oxford, menggambarkan keputusan itu mengerikan.

“Pernyataan dari Oriel College mengejutkan dan, terus terang, memalukan. Itu memperlihatkan ketidaktulusan dari pernyataan komitmen perguruan tinggi untuk berubah, yang dibuat musim panas lalu selama protes anti-rasisme. Namun, yang paling menakutkan adalah omongan dan kebingungan dalam pernyataan kampus. Pernyataan tersebut mengklaim bahwa proses pemindahan patung itu akan terlalu mahal dan tidak akan menghasilkan hasil yang pasti. Apa artinya? Sebagai alternatif untuk menurunkan patung tersebut, Oriel mengatakan mereka akan menambah bekal bagi siswa BAME. Tapi membingkai ini sebagai pilihan biner adalah salah dan menghina."

Seorang mahasiswa bernama Maya, berusia 20 tahun, yang tergabung dalam kelompok kampanye Common Ground Oxford, menganggap tindakan Oriel sebagai “pengkhianatan terhadap kerja kampanye yang telah dilakukan oleh aktivis komunitas dan mahasiswa”. “Tidak ada cara untuk membuat patung netral pada posisinya saat ini, melihat ke bawah pada orang yang lewat di jalan raya. Setiap hari, mahasiswa dan pekerja etnis kulit hitam dan minoritas harus berjalan di bawah kaki batu Rhodes."

Namun, juga ada yang mendukung keputusan itu salah satunya Menteri Pendidikan Gavin Williamson, menyambut baik langkah tersebut, dengan menyampaikan di Twitter. “Keputusan yang masuk akal dan seimbang untuk tidak menghapus patung Rhodes dari Oriel College, Oxford, karena kita harus belajar dari masa lalu kita, daripada menyensor sejarah, dan terus berfokus pada pengurangan ketidaksetaraan."

3. Rhodes merupakan pengusaha berlian Afrika

Oriel College Universitas Oxford Tolak Hapus Patung Cecil RhodesIlustrasi berlian yang diperoleh dari hasil penambangan di Afrika. (Twitter.com/Arteum.ro)

Dilansir DW, Cecil Rhodes yang merupakan alumni Oriel College telah meninggalkan warisan sejumlah besar uangnya untuk beasiswa di Oriel. Rhodes semasa hidupnya telah menghasilkan banyak uang dengan mengimpor berlian dan emas ke Inggris, yang ditambang oleh para pekerja dalam kondisi yang keras di koloni Afrika. Dia mendirikan perusahaan berlian De Beers.

Rhodes sama dengan banyak rekan imperialis lainnya, dia mendukung supremasi kulit putih yang juga menerapkan langkah-langkah segregasi rasial. Koloni Inggris di Rhodesia Selatan dinamai menurut namanya, dan negara yang tidak diakui, yang perbatasannya secara luas dianalogikan dengan Zimbabwe modern, secara singkat menggunakan nama Rhodesia sebelum menjadi republik yang sepenuhnya otonom di bawah pemerintahan mayoritas Kulit Hitam pada tahun 1970.

Mereka yang menentang diskriminasi yang dilakukan pada masa kolonial ingin menghapus patung itu selama bertahun-tahun, yang meningkat setelah adanya dukungan untuk warga kulit hitam pada tahun lalu, yang dikenal sebagai aksi Black Lives Matter, yang memicu protes anti-rasisme tahun lalu di seluruh dunia. Di Inggris  unjuk rasa itu membuat patung pedagang budak Edward Colston di Bristol dirobohkan.

Patung Rhodes juga sebelumnya terdapat di sebuah universitas di Cape Town Afrika Selatan, tapi telah dipindahkan pada tahun 2015.

Baca Juga: Sepakat! Hamas dan Israel Gencatan Senjata Setelah 11 Hari Pertempuran

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya