PBB Butuh 254 Juta Dolar untuk Bantu Korban Konflik di Mozambik

Gas alam yang melimpah tidak mensejahterakan rakyat

Maputo, IDN Times - Konflik di Mozambik masih terus terjadi dan eskalasi kekerasan di tahun ini meningkat pesat. Para kelompok militan terus menyengsarakan warga Mozambik. Beberapa wilayah yang terkena dampak kekerasan di Mozambik adalah provinsi Cabo Delgado, Nampula, Zambezia dan Niassa.

Karena konflik tersebut PBB melaporkan membutuhkan dana sebesar 254 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,5 triliun untuk membantu warga yang mengalami dampak konflik.

1. Konflik di Mozambik membuat 530.000 warga mengungsi

PBB Butuh 254 Juta Dolar untuk Bantu Korban Konflik di MozambikFoto para pengungsi di Mozambik. Sumber: twitter.com/ UNHCR Mozambique

Melansir dari Al Jazeera, kelompok-kelompok militan yang terkait dengan ISIS telah melancarkan berbagai kekerasan di provinsi Cabo Delgado yang kaya akan gas alam sejak tahun 2017 dan telah menewaskan lebih dari 2.300 orang.

Kekerasan di Mozambik terus meningkat di tahun ini dan membuat ratusan ribu warga terkena dampak. Untuk membantu para korban konflik PBB melaporkan bahwa dana yang dibutuhkan sebesar 254 juta dolar atau sekitar Rp 3,5 triliun.

Melansir dari VOA News, menurut laporan PBB terjadi peningkatan warga yang menghindari kekerasan di provinsi Cabo Delgado. Terjadi peningkatan serangan oleh kelompok pasukan bersenjata non-negara yang membuat 530.000 orang di provinsi Cabo Delgado, Nampula, Zambezia, dan Niassa mengungsi. Angka tersebut hampir lima kali lipat dari jumlah yang tercatat di bulan Maret.

PBB juga melaporkan bahwa banyak pengungsi yang melarikan diri dari tempat tinggal mereka dengan hanya membawa pakaian yang mereka kenakan. PBB memperingatkan bahwa tahun depan akan ada 1,1 juta orang yang membutuhkan bantuan.

"Mereka kehilangan harta benda, mata pencaharian, masa depan mereka. Bantuan kemanusiaan sangat penting untuk meringankan penderitaan mereka," kata Myrta Kaulard, koordinator kemanusiaan PBB di Mozambik, pada Jumat 18 Desember, yang dikutip dari Al Jazeera.

2. Wanita dan anak-anak rentan mengalami penculikan

Melansir dari VOA News, juru bicara UNHCR Babar Baloch menyampaikan mengenai dampak konflik yang terjadi di Mozambik.

"Dalam kekerasan itu, rumah-rumah dijarah dan dibakar, keluarga dipisahkan dan pusat kesehatan serta sekolah rusak parah. Akses menuju lahan pertanian telah dututup dan kegiatan ekonomi lainnya dibatasi. Ada indikasi serius bahwa krisis ini dapat menyebar ke luar perbatasan negara jika tidak dihentikan."

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan bahwa perempuan dan anak perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk diculik, kekerasan dan eksploitasi berbasis gender, sementara anak laki-laki yang diculik berisiko dibunuh atau direkrut oleh kelompok bersenjata.

Jens Laerke, juru bicara OCHA, menyamapaikan layanan-layanan penting yang kewalahan akan sangat mempengaruhi kemampuan untuk membantu semakin banyak korban konflik dan pengungsian.

“Lebih dari 90 persen pengungsi tinggal dengan kerabat atau teman, yang sumber dayanya sudah langka semakin ditekan. Komunitas yang menampung para pengungsi juga membutuhkan bantuan internasional. Kami khawatir banyak daerah yang menampung para pengungsi akan banjir di musim hujan yang akan datang."

Baca Juga: Mozambik dan Tanzania Sepakat Lawan Kelompok Teroris di Cabo Delgado

3. Konflik terkait gas alam yang dimiliki Mozambik

PBB Butuh 254 Juta Dolar untuk Bantu Korban Konflik di MozambikFoto pabrik gas alam di Mozambik. Sumber:twitter.com/ African Development Bank Group

Melansir dari BBC, Saat ini dalam menangani konflik pemerintah Mozambik mengandalkan bantuan militer dari pihak swasta Rusia dan Afrika Selatan. Mozambik saat ini berada dalam tekanan untuk menerima dukungan atau intervensi skala besar dari negara tetangga, yang khawatir konflik akan semakin mendekati perbatasan, namun tanpanya Mozambik akan menangani konflik tanpa campur tangan negara tetangga, karena pemerintah akan dinilai gagal menangani konflik.

Saat ini situasi konflik di Mozambik telah dikaitkan dengan sumber daya yang mereka miliki.

Menteri Hubungan Internasional Afrika Selatan Naledi Pandor, menyatakan di Mozambik telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dan perebutan atas sumber daya alam.

Kelompok uskup dari Afrika Selatan yang baru-baru ini berkunjung ke Pemba ibu kota provinsi Cabo Delgado mengatakan bahwa "Hampir semua orang yang diajak bicara setuju bahwa perang adalah tentang perusahaan multinasional untuk memegang kendali atas sumber daya mineral dan gas provinsi, dengan mengosongkan daerah pesisir".

Menteri Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell Fontelles memberikan kritikan terhadap pemerintah Mozambik, yang menurutnya pemerintah gagal memberikan hak warga terkait sumber daya gas alam.

"Kami tidak dapat mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di Mozambik adalah perpanjangan sederhana dari apa yang disebut gerakan teroris Islam. Sampai batas tertentu itu benar. Tetapi kekerasan bersenjata di bagian utara Mozambik disebabkan oleh kemiskinan dan ketidakadilan dan penduduk di daerah itu yang kehilangan rasa hormat terhadap negara yang tidak dapat menyediakan apa mereka butuhkan. Mozambik memiliki cadangan gas alam terbesar ketiga di Afrika setelah Nigeria dan Aljazair. Kamu bisa membayangkan bahwa ini menyebabkan warga merasa terpinggirkan. Ini adalah negara kaya dan mereka berada dalam kemiskinan."

Baca Juga: Terjangan Topan Idai di Mozambik dan Zimbabwe Tewaskan Ratusan Orang

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya